Pun truk-truks sampah yang masih satu-dua menghiasi tempat pembuang an sampah Kotabaru bergegas menyudahi hajatnya, terengah berlari menuju pos masing-masing pulang. Puluhan rubuh dekil yang sedari tadi mengais-ngais harta karun karun di tengah gunungan sampah TPS itu pun satu per satu lari cung gang langgang, menyelamatkan diri dari kebas. Memikul hasil jarahannya dengan tergesa. Namun tidak bagi Sohiri. Tubuh kurus kummal mengenaskan itu tetap tinggal bermandikan hujan, tengah asyik menekuri pekerjaan hariannya, sambil sesekali membetulkan letak belacu yang menutupi hidungnya. hidung menangkal bau sampah busuk terkena hujan Sekadar penyumpal di sekitarnya. Tangan dekilnya lagi-lagi mengorek-korek tumpukan sampah di hadapannya. Sedangkan sukmanya berkelana di peraduannya, kembali terbayang satu per satu wajah anggota keluarganya. Istrinya, Jamilah, yang sedang hamil tua, Adi, anak sulungnya yang tahun ini masuk sekolah dasar, Linggar. Surti, Lina, dan Yusuf yang hanya berjarak satu tahun, yang semuanya menggantungkan sesuap nasi pada rangka berbalut kulit yang hampir tak berdaya miliknya.