Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Korioamnionitis et causa KPD - Coggle Diagram
Korioamnionitis et causa KPD
Definisi,etiologi, faktor risiko korioamnionitis
Etiologi
Bakteri anaerob: Gardnerella vaginalis, Bacteroides spp.
Bakteri anaerob fakultatif: Streptococcus grup B, Ureaplasma urealyticum, Escherichia coli, Listeria monocytogenes.
Bakteri aerob: Mycoplasma pneumoniae
Faktor Risiko
Proses kelahiran berlangsung dalam waktu yang lama
Mengonsumsi minuman beralkohol.
Ibu berusia muda kurang dari 21 tahun
Ibu hamil perokok aktif
Kelahiran prematur karena ketuban pecah dini
Definisi
Korioamnionitis adalah peradangan akut pada selaput ketuban, cairan ketuban, plasenta dan / atau desidua
Histologi selaput ketuban
Amnion
merupakan membrane internal yang membungkus janin dan cairan ketuban.
Korion
merupakan membrane eksternal yang berwarna putih dan terbentuk vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis.
Patofisiologi KPD
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahanbiokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahanstruktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagenberubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada daerah di sekitarpecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone ofexteme altered morphologi (ZAM)”
Fisiologi air ketuban dan selaput ketuban
Air ketuban
Prichard dan Sparr menyuntikkan kromat radioaktif ke dalam air ketuban ini. Hasilnya, mereka menemukan bahwa janin menelan ± 8-10 cc air ketuban atau 1% dari total seluruh volume air ketuban tiap jam. Apabila janin tidak menelan air ketuban ini (pada kasus janin dengan stenosis), maka akan didapat keadaan hidramnion.
selaput ketuban
Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan korion. Amnion adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan langsung dengan cairan amnion (Likuor Amnii). Amnion sendiri merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin. Sehingga, pembentukan komponen-komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Pada uji kekuatan peregangan, resistensi terhadap robekan dan ruptur, didapatkan bahwa lapisan desidua dan korion laeve sudah robek terlebih dahulu daripada amnion.
Komplikasi ibu dan janin akibat KPD
Komplikasi Ibu
infeksi masa nifas
partus lama
infeksi saat bersalin
perdarahan post partum
meningkatkan kasus bedah caesar
Komplikasi janin
infeksi polimikrobial intraamnion
prolaps tali pusat
sindrom distress napas
malpresentasi janin.
kematian janin
Cara menegakkan diagnosa dan diagnosa banding
CMD
Pemeriksaan Fisik
Takikardia maternal
Takikardia fetal, denyut jantung janin >160 kali per menit
Demam maternal
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada fundus uterus
Sekret serviks purulen yang didapatkan pada pemeriksaan inspekulo
Tanda-tanda lainnya: hipotensi, diaphoresis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk korioamnionitis mencakup pemeriksaan kultur, histologi, dan pemeriksaan laboratorium lainnya, seperti leukosit esterase. Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk menilai kesejahteraan janin atau menilai ada tidaknya insufisiensi serviks jika usia gestasi masih dalam trimester kedua.
Anamnesis
Usia gestasi
Paritas
Sekret purulen
Mekonium pada air ketuban
Nyeri perut
Riwayat infeksi menular seksual
Demam maternal
Riwayat infeksi saluran kemih
DD
infeksi saliiran kemih
pielonefritis
epidural anesthesia induced fever
Tatalaksana dan resustansi gawat janin
Tatalaksana
Regimen untuk pasien dengan alergi ringan penisilin: Cefazoline 2 gram intravena, 3 kali sehari + Gentamicin loading dose 2 mg/kgBB intravena
Regimen untuk pasien dengan alergi berat penisilin: Clindamycin* 900 mg intravena, 3 kali sehari dan Gentamicin loading dose 2 mg/kgBB intravena
Ampicillin 2 gram intravena, 4 kali sehari + Gentamicin loading dose 2 mg/kgBB intravena
Resusitasi gawat janin
Rekomendasi ACOG (1995) untuk memperbaiki perfusi plasenta dan oksigenasi janin apabila didapatkan gambaran DJJ yang tidak meyakinkan adalah: memberikan oksigen pada ibu menggunakan face mask sebesar 8-10 L/menit, posisi miring ke samping, menghentikan atau menunda pemberian obat-obatan yang menstimulasi kontraksi uterus, dan apabila volume intravaskuler dinilai kurang, maka diberikan cairan intravena.
Embriogenesis
Blastula
Gastrula
Morula
Neurula
Zigot
Fetus