Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
BULIMIA NERVOSA, MUHAMMAD HELMI AZAZI, 1808260083 - Coggle Diagram
BULIMIA NERVOSA
EDUKASI
-
Menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi secara cukup, istirahat yang cukup, serta berolahraga secara teratur dan secukupnya.
-
Bercerita dengan orang-orang terdekat mengenai masalah yang dihadapi atau mengikuti komunitas-komunitas dengan orang-orang yang mengalami hal yang serupa agar dapat saling berdiskusi dan mendukung satu sama lainnya.
-
Mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu gangguan bulimia agar Anda dapat menghadapinya secara efektif.
Menerapkan teknik-teknik menangani stres dan rileksasi, seperti meditasi, yoga, dan sebagainya.
-
-
Membangun keberhargaan diri dengan memaafkan diri sendiri, fokus pada hal-hal positif pada diri Anda, dan memberikan penghargaan kepada diri Anda.
-
-
DEFINISI, ETIOLOGI, F. RESIKO
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan perilaku makan yang berlebihan, diikuti dengan perilaku kompensatori untuk menjaga berat badan (misalnya memuntahkan kembali makanan)
Etiologi bulimia nervosa masalah belum diketahui pasti, namun diperkirakan bersifat multifaktorial.
Faktor Risiko
Pengaruh lingkungan, termasuk konsep berat badan dan bentuk tubuh yang ideal di masyarakat, pola asuh orang tua yang perfeksionis, tekanan dalam keluarga, dan konflik orang tua merupakan faktor risiko bulimia nervosa.
Sementara itu, riwayat mengalami trauma atau kekerasan seksual pada masa kecil merupakan faktor risiko bulimia nervosa, tapi bukan untuk gangguan makan lainnya
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Prognosis bulimia nervosa tergantung pada tata laksana yang dipilih, serta gangguan fisik dan gangguan psikiatri yang menyertainya.
Perilaku memuntahkan kembali makanan pada bulimia nervosa bisa menimbulkan berbagai komplikasi medis, seperti gangguan keseimbangan elektrolit (yang bisa menimbulkan aritmia), robekan esophagus, gangguan lambung, masalah dengan kesuburan, dan kerusakan gigi.
Pasien yang menginduksi muntah sering mengalami gejala-gejala refluks gastroesofageal (GERD), disfagia, dan odinofagia.
-
-
-
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bulimia nervosa diduga serupa dengan gangguan penyalahgunaan zat, yaitu akibat perubahan fungsi pada korteks prefrontal, korteks insulae, korteks orbitofrontal, dan striatum.
Impuls untuk terus makan dimediasi oleh hiperaktivitas korteks orbitofrontal dan korteks cinguli anterior, serta kegagalan inhibisi oleh sirkuit prefrontal lateral.
Hal ini didukung oleh penelitian menggunakan fMRI (functional magnetic resonance imaging) pada pasien dengan bulimia nervosa yang menunjukkan adanya peningkatan volume grey matter di korteks orbitofrontal medial
Grey matter merupakan substansia nigra yang mempengaruhi fungsi otak, misalnya pada keadaan klinis atrofi otak, grey matter mengalami penurunan volume sehingga berdampak kepada penurunan kualitas hidup.
Penelitian menggunakan fMRI oleh Seitz et al menemukan adanya hiperaktivitas regio parieto-oksipital dan aktivasi cinguli posterior pada pasien bulimia nervosa dibandingkan kontrol.
Mereka juga menemukan hipoaktivitas di regio cinguli anterior, temporo-parietal junction, dan regio parahipokampal.
PENEGAKAN DIAGNOSA
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5) yang menjadi panduan untuk Asosiasi Psikiater Amerika (American Psychiatrist Association), beberapa kriteria dari gangguan bulimia
-
Adanya kejadian-kejadian mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara cepat dan tidak terkontrol (binge eating). Individu yang mengonsumsi makanan lebih dari kondisi normal dan dalam waktu dua jam diikuti dengan perasaan kehilangan kendali.
Adanya perilaku-perilaku kompensasi yang tidak sesuai untuk mengindari kenaikan berat badan secara terus-menerus. Misalnya, memuntahkan makanan, berolahraga secara berlebihan, pengunaan obat pencahar, puasa secara berlebihan, dan sebagainya.
-
-
-
-
-