Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Laki-laki 31thn, Histologi (Skenario), ASPIRIN, VIANDA DIFA I. …
Laki-laki 31thn
MALARIA
DEFINISI
penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium sp, Dapat menular melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
KLASIFIKASI
Malaria Falsiparum (malaria tropika)
demam timbul intermiten dan dapat kontinyu dapat menyebabkan malaria berat dan kematian
Malaria Vivaks (malaria tersiana)
demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari
Malaria Ovale
Pola demam berulang dan bebas demam 2 hari
malaria kuartana
demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari
Malaria Knowlesi
demam timbul intermiten dan dapat kontinyu
ETIOLOGI
Parasit darah perifer (protozoa) genus
Plasmodium (bentuk aseksual)
Transmisi
Gigitan nyamuk Anopheles betina
Transfusi darah (melalui jarum suntik)
Bayi (malaria kongenital)
Melalui plasenta pada ibu penderita malaria
DD
Demam tifoid
demam lebih dari 7 hari, sakit kepala, diare, brakikardi, leukopenia
Malaria tanpa komplikasi
Demam dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2 - 7 hari, sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, hb naik,trombosit turun, uji torniquet positif
Infeks Saluran Pernatasan Akut (ISPA)
Batuk, beringus, sakit menelan. sakit kepala, sesak napas
Radang otak (meningitis/ensefalitis)
demam dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.
Malaria berat atau malaria dengan komplikasi
Hepatitis
demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas
PRASITOLOGI PLASMODIUM
Plasmodium Falciparum
Malaria Tropika
TROFOZOIT
Inti berwarna merah, protoplasma berbentuk cincin, Besar parasit kurang lebih 2 mikron
SKIZON
Plasma dengan inti telah terbagi, Merozoit berjumlah 18-24 buah
GAMETOSIT
Bentuk khas seperti pisang (banana form), inti padat dikelilingi pigmen, sitoplasma berwarna biru
Plasmodium Vivax
Malaria Tertiana
TROFOZOIT
Protoplasma berwarna biru dan bentuknya tidak teratur (amoebid), - Tampak vakuola, inti lebih besar
SKIZON
Protoplasma padat (inti sudah terbagi) menjadi merozoit, Merozoit berjumlah 12-24 buah
GAMETOSIT
Mengisi seluruh eritrosit, protoplasma berwarna biru dan inti padat
Plasmodium Malariae
Malaria Quartana
TROFOZOIT
Berbentuk pita dan cincin, Pigmen kasar dan berwarna cokelat tua
SKIZON
Plasma dalam inti sudah terbagi, menjadi merozoit, Merozoit berjumlah 8-12 buah, pigmen kasar berkumpul ditengah dikelilingi oleh merozoit yang letaknya teratur disebut rosette
GAMETOSIT
Pigmen kasar, tersebar dalam sitoplasma parasit
Plasmodium ovale
Malaria ovale
TROFOZOIT
1 kromatin dot, berbentuk cincin, inti padat
SKIZON
Jumlah merozoit biasanya 8 buah
EPIDEMIOLOGI
penyakit endemis di daerah tropis dan sebagian daerah subtropis di Afrika, Asia, serta Amerika Tengah dan Selatan
Indonesia timur: Sumatera, Kalimantan dan sulawesi
Asia tenggara : plasmodium falciparum dan vivax, 2010-2018 menurun hingga 70%
Papua : pada 2017 >100 kasus (p. falciparum)
PATOGENESIS
setelah melalui jar. hati, p falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke sirkulasi
merozoit masuk ke RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi
merozoit yang lolos akan menginvasi eritrosit
terbentuk aseksual parasit dalam eritrosit
sporozit masuk kedalam darah
sitoadherensi
sekuestrasi
2 more items...
perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler
parasit tumbuh mengkonsumsi dan
mendegradasi protein intraseluler, terutama Hb
Heme mengalami polimerisasi
menyebabkan perubahan membran eritrosit
Bentuk eritrosit menjadi irregular, lebih bersifat antigenik dan kehilangan kemampuan berubah bentuk
Kejadian immunopatologi
produksi sitokin yang tidak teratur
hipergamaglobulinemia (infiltrasi kronis sel darah putih seperti sel plasma dan limfosit ke dalam hati.)
Bentuk imunitas terhadap malaria
Imunitas alamiah non imunologis
Berupa kelainan-kelainan genetic polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria
Imunitas didapat non spesifik
Sporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh magrofag dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin kemudian menghambat pertumbuhan parasite (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik).
Imunitas didapat spesifik
Merupakan tanggapan sistem imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik
pembentukan kompleks imun
Pemeriksaan
FISIK
Malaria Ringan
Demam (≥ 37,5°C), Konjungtiva dan pucat, splenomegali, dan hepatomegaly
Malaria Berat
Kejang multiple,Hipoglikemia, Distress pernafasan, Hipotensi, Oliguria atau anuria, Anemia dan Ikterik
Vital sign
Suhu > 40C
Nadi cepat dan lemah/kecil
RR > 35 x/menit (dewasa); 40 x/menit (
balita); > 50 x/menit (anak < 1 thn)
PENUNJANG
Pemeriksaan sediaan darah tepi
Fungsi: ada tidaknya parasit malaria, spesies dan stadium plasmodium, serta kepadatan parasit
Pemeriksaan tetes tebal
positif apabila ditemukan parasit pada per 200 leukosit
Pemeriksaan tetes tipis
pengecatan Giemsa, Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit
Rapid Diagnostic Test
Fungsi : Deteksi antigen parasit malaria
menggunakan antigen histidine rich protein untuk mendeteksi parasit
Lactate dehydrogenase (Plasmodium yg lain)
Tes Serologi
mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan jumlah parasit sangat minimal
Tes molekuler
Mampu memberikan hasil positif
meskipun jumlah parasit sedikit
Pungsi lumbal dan analisis cairan serebrospinal
Menyingkirkan DD infeksi otak
ANAMNESIS
RPS
Demam
Menggigil
Berkeringat
Sakit kepala
Mual muntah
Diare
Nyeri otot/pegal-pegal
RPD
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria
Riwayat berkunjung/tinggal di daerah
fokus/endemis tinggi malaria
MALARIA
Tatalaksana
FARMAKOLOGI
primakuin
falciparum : dosis 0,25 mg/kgBB (hari pertama)
vivax : dosis dosis 0,25 mg /kgBB (14 hari)
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP)
diberikan perhari menurut berat badan, max 4 tablet pada bb >60
Malaria falsiparum dan malaria vivax
Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP)
Primakuin
Malaria vivax relaps
Primakuin
Malaria ovale
Malaria malariae
Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP)
preventif
penyemprotan rumah (indoor recidual spraying)
pembagian kelambu berinsektisida
pengambilan sampel darah di daerah endemis
pengobatan serempak melalui kegiatan puskesmas keliling (pusling)
Penyebaran ikan pemakan jentik
Membersihkan tempat sarang nyamuk
mengolesi badan dengan anti gigitan nyamuk
promotif
Penyuluhan malaria, Penyebaran media informasi, partisipasi petugas kegiatan berbasis masyarakat
KOMPLIKASI
Koma (malaria serebral)
Anemia berat
Hipoglikemia
Syok
Gagal ginjal akut
Black water fever
Ikterus
PATOFISIOLOGI
Infeksi eritrosit oleh plasmodium
Eritrosit pecah
Plasmodium mengeluarkan antigen GP1
Merangsang makrofag mengeluarkan pirogen
Dikirim ke hipotalamus
Pengeluaran asam arakidonat
Sintesis PGI2
1 more item...
Sintesis prostaglandin PGE2
1 more item...
Eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket
Gx aliran eritrosit di kapiler
Melekat pd endotel kapiler
Hipoksia
Sesak napas
Destruksi eritrosit berlebih, gx eritropoiesis
Anemia
Penurunan Jumlah eritrosit yang terinfeksi
Jar. ikat limpa bertambah (mengeras)
Splenomegali
Penyumbatan Pembuluh darah kapiler otak
penurunan Suplai O2 ke otak
Anoksia otak
penurunan kesadaran -> kejang
Sumbatan kapiler darah di ginjal
Gx sirkulasi ginjal
Black water fever
malaria haemoglobinuria, dengan gejala karakteristik serangan akut, menggigil, demam, hemolisis intravaskular, hemoglobinemia, hemoglobinuria, dan gagal ginjal.
Gx fungsi hati
Hepatomegali
peningkatan Kadar bilirubin
Ikterus
Demam sejak 2 minggu
Infeksi
Keganasan
Anamnesis
Demam hilang timbul, menggigil,
berkeringat
Nyeri otot dan persendian di seluruh
tubuh
Pernah berkunjung ke Papua 1 bulan yang
lalu
RPS, RPD tidak ada
Infeksi
Malaria
Chikungunya
Pemeriksaan
Fisik
Vital sign
4 more items...
Pemeriksaan kepala leher (mata)
2 more items...
Pemeriksaan fisik abdomen
1 more item...
Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
6 more items...
Pemeriksaan mikroskopi
1 more item...
Demam tifoid
Demam berdarah dengue (DBD)
Obat-obatan
KELUHAN UTAMA : DEMAM
FISIOLOGI
Regulasi suhu tubuh
Pengaturan fisiologis tubuh
Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas
Suhu tubuh dapat dipertahankan konstan panas
Dilakukan oleh hipotalamus
Homeostasis
Terlalu panas
Vasodilatasi
Panas memancar keluar dari permukaan kulit
Berkeringat
Pendinginan evaporasi
penurunan Laju metabolisme basal
Terlalu dingin
Vasokonstriksi
Mengalihkan darah dari kulit ke jaringan yang lebih dalam dan menurunkan pengeluaran panas dari permukaan kulit
Aktivitas otot rangka
Menggigil
peningkatan Laju metabolisme basal
peningkatan Sekresi tiroksin
KLASIFIKASI
Demam Kontinua
suhu tinggi terus menerus tidak ada fluktuasi
Demam Intermiten
suhu naik dan turun dalam beberapa jam selama sehari
Bila puncak kenaikan suhu dan kembali normal terjadi setiap hari, disebut quotidian
Jika berkelang sehari disebut tertian
Jika terjadi setiap 3 hari disebut quartan
intermittent fever
Demam Remiten
suhu tinggi terus menerus terdapat fluktuasi
Demam Septik
suhu naik tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada malam hari
Demam Pel Ebstein
demam dengan periode bebas demam selama 3-4 hari, untuk kemudian suhu tubuh kembali meningkat selama 7 – 10 hari
Low grade fever
bila suhu tubuh tidak melebihi 37,8 C sepanjang hari dan meningkat pada malam hari.
Prolonged fever
Demam yang berlangsung lebih dari 14 hari
Chronic Fever
Demam yang berlangsung lebih dari satu bulan-setahun
Histologi (Skenario)
Seri rubrisitik
Rubiblast
Sel termuda dan berbentuk bulat
Punyai ukuran paling besar pada seri ini
Bentuk bulat dan open face type
Sitoplasma biru keruh (opaque blue)
Tidak mempunyai granula pada sitoplasmanya
Prorubrisit
Sel lebih tua dari rubriblast dengan bentuk tetap bulat
Ukuran lebih keci dari rubriblast
Inti bulat dengan gambaran lebih dense
Sitoplasma biru keruh dan tidak mempunyai garnula
Rubrisit
Ukuran semakin kecil, tetapi bentukannya tetap bulat
Bentuk bulat dan dense chromatin type
Warna sitoplasma mulai tercampur dengan warna merah
Sitoplasma tetap tidak mempunyai granula
Metarubrisit
Ukuran sangat kecil seperti ukuran eritrosit
Bentuk tetap sel bulat
Inti bulat dan piknotis serta terletak eksentris
Sitoplasma berwarna buffy dan tidak mengandung granula
Eritrosit
Ukuran 7-8 mikron
Bentuk sel menjadi cakram biconcave
Inti sudah menghilang
Warna sitoplasma menjadi merah muda
Seri myelositik
Myeloblast
Sel terbesar
Bentuk sel bulat, inti bulat, dan open face type
Sitoplasma pucat. Jernih (transculent)
Di dalam sitoplasma ini tidak terdapat granula
Promyelosit
Sel lebih kecil, tetapi bentuknya tetap bulat
Mempunayai inti bulat dan mulai dense
Sitoplasma tetap transculent, tetapi mulai mengandung granula azurofilik
Myelosit
Sel bulat, tetapi ukurannya lebih kecil lagi
Inti tetap bulat dan dense chromatine type
Sitoplasma transculent dan mulai timbul granula spesifik, sehingga pada fase ini bisa dibedakan 3 macam sel :
Myelosit neutrophil : inti bulat, granula halus dan pucat
Myelosit easinofil : inti bulat, granula kasar, tidak besar, dan bersifat asidofilik/merah
Myeloblast basophil : inti bulat, granula kasar, tidak sama besar dan bersifat basofilik/biru
Granulosit leukosit
Sel matang siap dilepas ke dalam pembuluh darah
Nama sesuai dengan bentuk inti dan jenis granula spesifik
Yang terdapat di dalam sitoplasma : stab/band/ segmen neutrophil, eosinophil dan basophil
Seri trombositik
Megakaryoblast
Bentuk sel tidak teratur karena sitoplasmanya berupa tonjolan
Ukuran paling kecil pada serinya
Inti bulat dan open face type
Sitoplasma biru keruh seperti pada rubiblast
Dalam sitoplsama mempunyai granula
Promegakaryosit
Ukuran lebih besar dari megakaryoblast, bentuk sel tidak teratur karena ada tonjolan sitoplasma
Bentuk inti tidak bulat lagi, bergelambir
Sitoplasma biru keruh dan tidak bergranula
Megakaryosit
Ukuran sel amat besar, memenuhi seluruh lapang pandang mikroskop
Bentuk sel bulat seperti bola
Inti lobulated, serupa bunga
Sitoplasma mengandung granula merata
Metamegakaryosit
Ukuran paling besar
Sel tetap bulat, ciri seperti megakaryosit
Granula mulai membentuk kelompok kelompok pada bagian tepi sel untuk nantinya akan menjadi granula dari platelet
ASPIRIN
menghambat sintesis prostaglandin -> mengurangi demam
VIANDA DIFA I.
(6130019043)