Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PORTUGIS DAN SPANYOL - Coggle Diagram
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PORTUGIS DAN SPANYOL
PERLAWANAN ACEH
PENYEBAB
Keinginan Portugis untuk memonopoli Aceh
Portugis melarang orang Aceh untuk berdagang
Penangkapan kapal milik Aceh oleh Portugis
UPAYA PERTAHANAN
Melengkapi kapal-kapal layar milik pedagang Aceh dengan meriam
Memberi tentara dan persenjataan di setiap kapal
Mendatangkan bantuan persenjataan
Blokade perdagangan
Melarang wilayah kekuasaan Aceh menjual Lada dan Timah kepada Portugis
PERLAWANAN TERNATE
PENYEBAB
Portugis melakukan monopoli perdagangan
Portugis ikut campur dalam pemerintahan
Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat Ternate
KRONOLOGI
Pada 1565, rakyat Ternate di bawah kepemimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan terhadap Portugis. Untuk membendungnya, Portugis menggunakan cara licik untuk menangkap dan membunuh Sultan Hairun.
Hal ini semakin membuat rakyat Ternate marah. Saat Sultan Baabullah memimpin perlawanan tersebut, mereka berhasil menahan dan merebut benteng milik Portugis.
Orang Portugis yang ditawan akan dibebaskan oleh Sultan Baabullah jika bangsa Portugis meninggalkan Ternate. Akhirnya Portugis meninggalkan Ternate dan menetap di Timor Timur hingga 1975.
PERLAWANAN MALUKU (1570-1575)
LATAR BELAKANG
Portugis memperoleh keleluasaan penuh untuk berdagang di Maluku sejak disepakatinya Perjanjian Tordesillas (1494) dan Saragosa (1529). Membuat Spanyol harus hengkang dari Nusantara dan memfokuskan koloninya di Amerika Tengah dan Selatan. Kondisi ini membuat Maluku, sumber rempah-rempah utama dapat dikontrol sepenuhnya oleh Portugis.
KRONOLOGI
Pada waktu-waktu tersebut, perdagangan rempah-rempah di Maluku cukup terbuka dengan pedagang dari berbagai daerah. Namun Portugis berkehendak lain, mereka menginginkan monopoli sehingga dapat mengontrol harga dan meraup untung yang besar.
Sultan Baabulah, putra Sultan Khairun kemudian mengambil alih kekuasaan dengan satu tujuan yaitu menghancurkan Portugis. Sultan menyerukan perlawanan seluruh Maluku melawan Portugis.
Perang berkobar selama lima tahun, sementara Portugis sedang dalam kesulitan mengingat Malaka secara terus-menerus mendapat ancaman dari Aceh.
pasukan Sultan Baabulah berhasil menguasai wilayah Portugis dan tersisa Benteng Sao Paulo. Setelah ultimatum pada Juli 1575, Portugis terpaksa meninggalkan Maluku baik koloni maupun perdagangannya.