Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

Tafsir Bil-Ma'thur - Coggle Diagram

- - - - Sahifah Ali bin Abi Talhah(m143H) yang mencatat riwayat Ibn Abbas. Tafsir Sufyan bin Said al-Thawri(m161H). Tafsir Abd al-Razzaq bin Hammam al-San’ani(m211H). Tafsir al-Nasai (m303 H)
  - - - Mujahid(m104H), Said bin Jubayr(m95H), Qatadah(m118H) yang mencatat tafsiran guru mereka Ibn Abbas
        
        Muhammad bin Kaab(m120H), Zaid bin Aslam(m136H) yang mencatat tafsiran Ubay bin Kaab dan Hasan al-Basri(m110H)
        
        Masruq bin al-Ajda’(m63H) yang mencatat tafsiran Abdullah bin Mas’ud.
  - - - Berusaha mengumpulkan riwayat yang ma’thurat dalam tafsir dari hadith-hadith, kata-kata sahabatt, kata-kata Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in.
        
        Munculnya tafsir al-Quran yang lengkap: Tafsir Ibnu Majah(m273H). Tafsir Imam Ibnu Jarir al-Tabari(m310H). Tafsir Abu Bakar bin al-Mundhir al-Naysaburi(m318)
  - - - Maka sukar sekali untuk menilai riwayat tersebut dan membezakan antara riwayat yang sohih dan daif. Contohnya: Tafsir Bahr al-Ulum oleh al-Samarqand. Tafsir Bahr al-Muhit karangan Abu Hayyan. Tafsir al-Quran al-Azim hasil garapan Ibn Kathir
- - - - Pentafsiran hadith kepada al-Quran dapat dilihat dalam beberapa bentuk: Hadith mentafs irkan terhadap ayat-ayat al-Quran yang mujmal(menyeluruh). Hadith mengkhususkan terhadap sesuatu ayat yang umum. Hadith menentukan ikatan terhadap sesuatu ayat yang mutlak. Hadith menjelaskan kemusykilan yang terdapat pada ayat al-Quran. Hadith menguatkan kedudukan sesuatu hukum yang terdapat dalam al-Quran. Hadith menerangkan dengan lebih meluas apa yang dikemukakan oleh al-Quran. Hadith mentafsirkan perkataan-perkataan al-Quran
        
        Contohnya dalam firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 11 yang bermaksud Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu
        
        Ayat ini menjelaskan pensyariatan harta pusaka adalah umum untuk semua anak, Seorang anak berhak mendapat harta pusaka apabila bapa meninggal, namun hukum ini dikhususkan oleh hadith yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud: Daripada Abdullah bin Amru r.Anhuma dari Rasulullah SAW bersabda membawa maksud “Seorang yang membunuh tidak boleh mewarisi.” Hadith ini mengkhususkan hukum yang umum dalam ayat, mana-mana anak yang membunuh bapanya sama ada secara sengaja atau tidak sengaja tidak berhak mewarisi harta bapanya.
  - - - Namun tafsir para sahabat diterima menjadi pegangan dalam tafsir al-Quran perlulah memenuhi kriteria berikut: Sanadnya baik dan tidak terputus. Perawinya bersifat adil dan mempunyai hafalan yang baik. Riwayat tidak bertentangan dengan athar sahabat lain yang lebih kuat. Riwayat tidak bertentangan dengan hadith nabi yang sahih. Tidak bertentangan dengan al-Quran
        
        Contohnya surah al-Maidah ayat 3 yang bermaksud: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.”
        
        Para sahabat memahami hanya sekedar pemberitahuan bahwa Islam sudah disempurnakan dan disampaikan semuanya oleh Nabi S.A.W. Akan tetapi Umar bin Khathab menangis dan mengatakan tiada setelah kesempurnaan melainkan ada kekurangan. Yakni tugas nabi selesai dan ajalnya pun semakin dekat. Wafatnya ini merupakan musibah bagi para sahabat. Sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. tidak lebih dari 81 hari hidup setelahnya.
  - - - Mentafsir al-Quran dengan al-Quran dapat dilihat dari berbagai sudut:
        Pentafsiran terhadap ayat-ayat yang ringkas. Pentafsiran secara yang lebih jelas terhadap ayat yang berbentuk menyeluruh ”mujmal”. Pentafsiran dengan mengkhususkan ayat-ayat yang umum. Pentafsiran melalui ketentuan ikatan(muqayyad) terhadap suatu ayat yang mutlak. Pentafsiran melalui ayat-ayat nasakh. Pentafsiran dengan cara menyesuaikan antara dua perkara yang dilihat secara zahirnya bertentangan antara satu sama lain
        
        Contohnya: dari surah Al-Fatihah ayat 7 yang bermaksud "(iaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;". Dalam ayat ini golongan yang dikurniakan oleh Allah dengan nikmat Iman disebut
        secara mujmal(menyeluruh) dijelaskan dalam ayat 69 surah al-Nisa’ yang bermaksud
        
        Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, iaitu: Nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang soleh, dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.
  - - - Pandangan yang kuat ialah tabiin termasuk dalam tafsir bi al-Ma’thur kerana mereka adalah murid kepada para sahabat.
      - Contoh Tafsir bi al-Ma’thur. Tafsir Al-Durr al-Manthur fi al-Tafsir bi al-Ma’thur (As Suyuthy), Tafsir Jami’ul Bayan (Ibnu Jarir At Thabary), Tafsir Asbabun Nuzul (Al Wahidy), Tafsir Al Quranul ‘Adhim (Al Hafidh Ibnu Katsir)
      - Contohnya : Imam Al-Tobari r.a menukilkan riwayat itu dari para Rabi' yang telah meriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a maksud kalimah dalam surah Al-baqarah ayat 29 "Kemudian ia menuju dengan kehendaknya ke arah (bahan-bahan) langit". Menurut Anas bin Malik, ayat ini bermaksud Allah meninggikan kedudukan-Nya merentasi langit.