Kejang
Klasifikasi kejang
Kelistrikan sel otak
Patofisiologi kejang
Definisi, etiologi, faktor resiko dan cmd epilepsi
Tatalaksana awal kondisi darurat status epileptikus
Komplikasi dan prognosis status epileptikus serta Edukasi terkait kejang epileptikus
Indikasi EEG dan neuroimaging pada epilepsi
Diagnosa banding kejang
Mioklonik
Epilepsi Partial Sederhana (tanpa ganggguan kesadaran)
Grand Mal
Epilepsi Partial Kompleks (diserta gangguan kesadaran)
Petit Mal (Absence)
Epilepsi Partial Umum Sekunder
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
- Idiopatik: tidak terdapat les structural di otak atau deficit neurologis. Diperkirakan mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.
- Kriptogenik: dianggap simtomatis tetapi penyebabnya belum diketahui. Termasuk di sini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik
- Simtomatis: bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi structural pada otak, misalnya; cedera kepala, infeksi SSP, kelainan congenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neurodegeneratif.
Faktor resiko epilepsi antara lain:
- Asfiksia neonatorium
- Riwayat demam tinggi
- Riwayat ibu yang memiliki faktor resiko tinggi (wanita dengan latar belakang susah melahirkan atau pengguna obat-obatan, hipertensi)
- Pasca trauma kelahiran
- Riwayat ibu yang menggunakan obat anti konvulsan selama kehamilan
- Riwayat intoksikasi obat-obatan maupun alkohol
- Adanya riwayat penyakit pada masa anak-anak (campak, mumps)
- Riwayat gangguan metabolisme nutrisi dan gizi
- Riwayat keturunan epilepsi
Epilepsi didefinisikan sebagai kejang berulang yang tidak terkait dengan demam atau dengan serangan otak akut
Cmd
Anamnesis:
Riwayat penyakit paling baik jika didapatkan dari orang yang melihat langsung kejadian kejang. Akan tetapi pasien juga dapat memberikan keterangan tentang aura, kesadaran, dan keadaan postiktal
Pemeriksaan fisik:
- Pada pemeriksaan neurologis pada pasien epilepsi biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat memberikan petunjuk untuk penyebabnya.
- Tanda-tanda fokal menunjukkan adanya lesi otak yang mendasarinya.
- Tangan dan wajah yang tidak simetris dapat menunjukkan atrofi serebral terlokalisasi atau kontralateral hemisfer ke sisi yang lebih kecil.
Epilepsi
Gegar otak
Kejang nonepilepsi psikogenik
Movement disorder
Sinkop, sinkop kejang
Pemeriksaan EEG dengan rekaman video disamping tempat tidur pasien saat ini merupakan pemeriksaan baku emas dalam mendiagnosis epilepsi. Pemeriksaan EEG juga dapat menjadi predictor rekurensi epilepsi. Abnormalitas EEG yang dapat menjadi prediktor rekurensi epilepsi
Studi neuroimaging yang dilakukan pada pasien epilepsi adalah pemeriksaan Computed tomography (CT)-Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang berguna dalam mendeteksi adanya lesi pada otak yang menjadi pemicu terjadinya epilepsi, contohnya tumor otak.
Prognosis
Karena prognosis sangat bergantung pada tipe epilepsi serta sindrom epilepsi yang diderita, prognosis untuk tiap pasien bisa berbeda. Persentase rekurensi berkisar antara 15 hingga 70% pada pasien dengan abnormalitas pada pemeriksaan EEG dan MRI. Terapi obat antiepilepsi juga hanya efektif pada 70% pasien saja
Edukasi
Epilepsi adalah penyakit yang membutuhkan perhatian khusus dari keluarga dan lingkungan sekitar pasien. Epilepsi dapat terjadi kapan saja. Risiko kecelakaan terutama pada tipe dengan gangguan kesadaran, sering terjadi. Pasien membutuhkan pengawasan khusus pada saat berdekatan dengan lingkungan air seperti di sekitar kolam atau saat mandi. Epilepsi tidak memungkinkan pasien untuk berkendara sendiri, berenang atau bekerja pada bidang yang berdekatan dengan penggunaan api atau alat berat.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien epilepsi adalah pasien jatuh pada status epileptikus. Status epileptikus dapat terjadi pada semua tipe epilepsi. Sekitar 0.5% hingga 10% dari seluruh kematian pada pasien epilepsi diakibatkan oleh status epileptikus dengan angka rasio mortalitas 2,8.