Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Kejang e.c Status Epilepticus - Coggle Diagram
Kejang e.c Status Epilepticus
Komplikasi
Primer
menyebabkan kerusakan pada neuron dan memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron lainnya.
Perubahan pada sistem jaringan neuron, keseimbangan metabolik, sistem saraf otonom, serta kejang berulang dapat menyebabkan komplikasi sistemik. dan juga menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal ginjal.
Kejang juga menyebabkan perubahan fungsi saraf otonom dan fungsi jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau aritmia )
Sekunder
pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital.
Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik.
Diagnosa banding kejang
Ensephalitis
Meningitis
Epilepsi
Kejang demam
Prognosi
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi.
Cara menegakkan diagnosa status epilepticus dan indikasi/kontraindikasi EEG
EEG → alat yg dapat merekam aktivitas listrik pada otak melalui elektroda yg diletakkan pada kulit kepala. Hasil rekaman dari elektroencefalograf adalah berupa grafik gambaran aktivitas listrik otak.
Untuk mendiagnosa lesi
mendiagnosa cedera kepala
priode keadaan dimensia atau pingsan
monitoring pemberia anastesia
mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit
Indikasi
pasien mengalami atau diduga kejang
evalusi efek serebral dari berbagai gangguan sistemik
mengetqahui gangguan tidur ( sleep disorder ) atau narkolepsi
mendiagnosa koma
melokalisir terjadinya potensial listrik otak yang disebabkan trauma, tumor, gangguan vaskular dan penyakt degeneratif
Kontraindikasi
Tumor otak
cedera kepala
Abses otak
ensefalitis
Mati batang otak
Anamnesis
Anamnesa yang dapat ditanyakan antara lain adalah mengenai onset kejang, adakah gejala prodromal atau aura sebelumnya, gambaran secara jelas bagaimana kondisi pasien saat terjadi kejang, durasi kejadian, dan bagaimana kondisi pasien saat post iktal
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien epilepsi harus dilakukan sesegera mungkin dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang berkala untuk menilai ada tidaknya kelainan klinis yang menetap. Bila ditemukan kelemahan, afasia, atau lateralisasi Postictal menetap, bisa saja ini merupakan tanda lokasi sumber lesi berupa kelainan struktur, contohnya tumor atau stroke. Gejala tersebut merupakan pertanda kejang simptomatik akut yang bisa saja berkembang menjadi epilepsi.
Defenisi, Etiologi dan Faktor risiko
Simptomatik
Akut
Remote
Kelainan neurologis
Epilepsi
Idiopatik
Epilepsi
EHI
Trauma
Infeksi
Post operasi
kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.
Kejang dan klasifikasi
Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh
lepas muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SPP
Kejang didefinisikan sebagai gejala dan tanda sementara karena aktivitas neuronal berlebihan atau simultan yang abnormal dari populasi sel neuron di otak atau kejang merupakan aktivitas listrik otak abnormal yang tidak terkendali yang dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, perilaku, memori, atau perasaan.
Kejang umum
Tonik
Klonik
Tonik Klonik
Mioklonik
Atonik
Kejang parsial
Parsial sederhana
Parsial kompleks
Parsial menjadi umum
Kejang yg belum diklasifikasikan
Tatalaksana
Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenisobat serta dosis anti-konvulsan pada tata laksana SE sangat bervariasi antar institusi. Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status epilepticus
Patofisiologi kejang ( neurotransmitter )
Edukasi dan pencegahan
Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cedera (dari membentur permukaan keras).
Singkirkan semua perabot yang dapat mencenderai pasien selama kejang.
Jika pasien di tempat tidur,singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
Kontrol gaya hidup dan lingkungan karena dapat mencetus kejang ,gangguan emosi,stress lingkungan baru,awitan menstruasi pada wanita, atau demam.
Hindari minuman beralkohol dan merokok serta mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin.
Konsultasikan terhadap tim medis jika terjadi kejang berulan