Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Kejang berulang, perempuan usia 22 tahun - Coggle Diagram
Kejang berulang, perempuan usia 22 tahun
Proses kelistrikan di Otak
Patofisiologi kejang
Diagnosa Banding Kejang
Hipotesa : Status epileptikus
Patofisiologi
Cara menegakkan diagnosa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pasien epilepsi harus dilakukan sesegera mungkin dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang berkala untuk menilai ada tidaknya kelainan klinis yang menetap. Bila ditemukan kelemahan, afasia, atau lateralisasi Postictal menetap, bisa saja ini merupakan tanda lokasi sumber lesi berupa kelainan struktur, contohnya tumor atau stroke. Gejala tersebut merupakan pertanda kejang simptomatik akut yang bisa saja berkembang menjadi epilepsi.
Pemeriksaan penunjang
Studi Prolaktin
Studi Neuroimaging
Video-Electroencephalography (EEG)
Anamnesis
Anamnesa yang dapat ditanyakan antara lain adalah mengenai onset kejang, adakah gejala prodromal atau aura sebelumnya, gambaran secara jelas bagaimana kondisi pasien saat terjadi kejang, durasi kejadian, dan bagaimana kondisi pasien saat post iktal
Faktor Risiko
Pasien sakit kritis
Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan (terutama post-operatif), dan ensefalopati hipertensi.
Epilepsi
Sekitar 10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status epileptikus dalam perjalanan sakitnya. Selain itu, SE dapat merupakan manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien baru epilepsi.
Tatalaksana
Etiologi
Idiopatik/kriptogenik : penyebab tidak dapat diketahui
Simtomatis : penyebab diketahui
Kelainan neulogi progresif : tumor otak, kelainan metabolik, otoimun (contohnya vaskulitis)
Epilepsi
Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital
Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
Edukasi
Bagi keluarga pasien, harus memiliki bekal ilmu pertolongan pertama pada kondisi kejang serta mengetahui kapan harus meminta bantuan tenaga medis untuk memberikan tatalaksana lanjutan kepada pasien. Keluarga pasien juga harus memastikan pasien selalu meminum obat anti epilepsinya tepat waktu dengan dosis yang sesuai, kebanyakan kekambuhan terjadi karena pasien tidak minum obat sesuai anjuran sehingga dosis yang beredar dalam tubuh pasien tidak adekuat.
Keluarga pasien juga sebaiknya melakukan rekaman video bila pasien mengalami kejang, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat bagi dokter yang menangani pasien tersebut. Pasien harus menjaga Kesehatan dirinya seperti memiliki jam tidur yang cukup serta tidak mengonsumsi alkohol
Epilepsi adalah penyakit yang membutuhkan perhatian khusus dari keluarga dan lingkungan sekitar pasien. Epilepsi dapat terjadi kapan saja. Risiko kecelakaan terutama pada tipe dengan gangguan kesadaran, sering terjadi. Pasien membutuhkan pengawasan khusus pada saat berdekatan dengan lingkungan air seperti di sekitar kolam atau saat mandi. Epilepsi tidak memungkinkan pasien untuk berkendara sendiri, berenang atau bekerja pada bidang yang berdekatan dengan penggunaan api atau alat berat.
Klasifikasi
Serangan umum
Tonik
Atonik
Tonik-klonik (grand mal)
Mioklonik
Absens (petit mal)
Serangan epilepsi tak terklasifikasikan
Serangan parsial (fokal)
Serangan parsial kompleks
Serangan parsial dengan generalisasi sekunder
Serangan parsial sederhana (dengan gejala motorik, sensorik, otonom, atau psikis)
Komplikasi
Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus
Kejang dan status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron lainnya
Komplikasi sekunder
Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital.
Definisi
Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status epileptikus (SE) karena International League Againts Epilepsy(ILAE) hanya menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang. Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut adalah batasan lama kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian para ahli membuat kesepakatan batasan waktunya adalah selama 30 menit atau lebih.
Prognosis
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi.