Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
STATUS EPILEPTIKUS - Coggle Diagram
STATUS EPILEPTIKUS
-
Definisi, Etiologi, F.Risk Status Epileptikus
Etiologi:
- Simtomatis: penyebab diketahui=
- Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
- Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital.
F.Risk:
- Epilepsi: Sekitar 10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status epileptikus dalam perjalanan sakitnya.
- Pasien sakit kritis: Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan dan ensefalopati hipertensi.
Definisi: adalah kejang yang berlangsung terus-menerus
selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.
Komplikasi dan prognosis
Komplikasi Primer: Kejang dan status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahanreseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron lainnya.
Komplikasi sekunder: akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital
Prognosis: Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama.
-
Klasifikasi Kejang
Kejang Umum
Absens (Petit mal): di tandai dengan gerakan seperti hentakan berulang yang bisa ditemukan pada wajah dan ekstremitas dan disertai dengan perubahan kesadaran.
Tonik-klonik (grand Mal): Pasien yang awalnya berdiri akan tiba-tiba terjatuh jika mengalami kejang ini, diawali dengan fase tonik selama 10-30 detik dimana anggota badan akan kaku, rahang seperti terjepit dan terjadi sesak.
Tonik: kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah.
Klonik: terjadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.
Mioklonik: Kejang yang ditandai dengan gerakan kepala seperti terjatuh secara tiba-tiba dan di sertai dengan flexi lengan.
Kejang Partial
Kejang Partial Kompleks: Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan
besar tidak akan mengingat waktu serangan.
-
Tatalaksana dan Edukasi
Tatalaksana Farmakologi:
- Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan.
- Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan yang sama.
- Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit.
Dosis: 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan), 5 mg (usia 1 – 5 tahun), 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun), 10 mg (usia ≥ 10 tahun).
Tatalaksana Non-farmako: Pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat seseorang mengalami kejang adalah:
- Memindahkan penderita ke posisi yang aman
- Melindungi kepalanya dari benturan.
- Melonggarkan pakaian yang bisa mengganggu pernapasan, seperti ikat pinggang dan kancing kerah.
- Melepaskan benda-benda yang menempel, seperti jam tangan atau kacamata, guna mencegah cedera.
Diagnosa Banding
- Sinkop, dapat bersifat vasovagal, kardiogenik, hipovolumik, hipotens dan sinkope saat miksi (micturition syncope).
- Serangan iskemik sepintas (Transient Ischemic Attack).
- Vertigo
- Narkolepsi
- Sindrom Menier
-