Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
EPILEPSI, MUHAMMAD HELMI AZAZI, 1808260083 - Coggle Diagram
EPILEPSI
PATOMEKANISME EPILEPSI
Patofisiologi berdasarkan mekanisme eksitasi. Patofisiologi epilepsi berdasarkan mekanisme imbalans eksitasi dan inhibisi. Aktivitas kejang sangat dipengaruhi oleh perubahan eksitabilitas sel-sel saraf dan hubungan antar sel-sel saraf. Kejang dapat dipicu oleh eksitasi ataupun inhibisi pada sel saraf
Patofisiologi berdasarkan mekanisme inhibisi. Neurotransmitter inhibisi primer pada otak adalah GABA. GABA yang dilepaskan akan berikatan dengan reseptor GABAA dan menyebabkan masuknya ion Cl- ke dalam sel neuron. Masuknya ion Cl ini akan meningkatkan muatan negatif dalam neuron postsinaps dan mengakibatkan hiperpolarisasi, perubahan pada potensial membran ini disebut inhibitory postsinaptic potential (IPSP).
Patofisiologi berdasarkan mekanisme sinkronisasi. Epilepsi dapat diakibatkan oleh gangguan sinkronisasi sel-sel saraf berupa hipersinkronisasi. Hipersinkronisasi terjadi akibat keterlibatan sejumlah besar neuron yang berdekatan dan menghasilkan cetusan elektrik yang abnormal.
Patofisiologi berdasarkan mekanisme iktogenesis. Mekanisme iktogenesis terjadi akibat perubahan plastisitas seluler dan sinaps serta akibat perubahan pada lingkungan ekstraseluler. Mekanisme iktogenesis diawali dengan adanya sel-sel neuron abnormal yang mempengaruhi neuron-neuron sekitarnya dan membentuk suatu critical mass, yang bertanggung jawab dalam mekanisme epilepsi.
Patofisiologi berdasarkan mekanisme epileptogenesis. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber diotak yang dinamakan fokus epileptogenik, yang berasal dari sekelompok sel neuron yang abnormal di otak dan memiliki lepas muatan listrik yang berlebihan sehingga mengalami hipersinkronisasi
Patofisiologi berdasarkan mekanisme peralihan interiktal-iktal. Mekanisme yang memproduksi sinyal, sinkronisitas dan penyebaran aktivitas sel saraf termasuk kedalam teori transisi interiktal-iktal. Dari berbagai penelitian, mekanisme transisi ini tidak berdiri sendiri melainkan hasil dari beberapa interaksi mekanisme yang berbeda.
Patofisiologi berdasarkanmekanisme neurokimiawi. Mekanisme epilepsi sangat dipengaruhi oleh keadaan neurokimia pada sel-sel saraf, misalnya sifat neurotransmiter yang dilepaskan, ataupun adanya faktor tertentu yang menyebabkan gangguan keseimbangan neurokimia seperti pemakaian obat-obatan.
-
DEFINISI, ETIOLOGI, FAKTOR RISIKO
Penyakit epilepsi atau ayan merupakan kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara berulang.
F. Risk
Usia. Epilepsi umumnya dialami oleh usia anak-anak dan lansia. Meski demikian, kondisi ini juga dapat dialami oleh semua kalangan yang memiliki risiko terkena epilepsi.
Genetik. Riwayat kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga dapat menjadi pemicu penyebab epilepsi.
-
Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit pembuluh darah (vaskular) lainnya dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu kondisi ini.
-
Infeksi otak. Peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang dapat meningkatkan risiko terkena epilepsi.
Riwayat kejang di masa kecil. Kejang dapat disebabkan oleh demam tinggi. Pada kondisi ini, anak lebih rentan mengalami epilepsi.
Epilepsi idiopatik, disebut juga sebagai epilepsi primer. Ini merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).
Epilepsi simptomatik, disebut juga epilepsi sekunder. Ini merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor, seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi sekunder.
CMD EPILEPSI
-
Kejang Parsial
Kejang parsial simpel
anggota tubuh yang menyentak, atau timbul sensasi kesemutan, pusing, dan kilatan cahaya.
Kejang parsial kompleks
Kadang-kadang, kejang focal memengaruhi kesadaran pengidapnya, sehingga membuatnya terlihat seperti bingung atau setengah sadar selama beberapa saat. Inilah yang dinamakan dengan kejang parsial kompleks
. Kejang Umum
Gejala
-
Kejang tonik. Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali. Otot-otot pada tubuh terutama lengan, kaki, dan punggung berkedut.
Kejang atonik, yaitu otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks, sehingga pengidap bisa jatuh tanpa kendali.
Kejang klonik, yaitu gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang otot leher, wajah dan lengan.
Tekadang, pengidap epilepsi mengeluarkan suara-suara atau berteriak saat mengalami kejang.
-
Kesulitan bernapas untuk beberapa saat, sehingga badan terlihat pucat atau bahkan membiru.
Dalam beberapa kasus, kejang menyeluruh membuat pengidap benar-benar tidak sadarkan diri. Setelah sadar, pengidap terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.
-
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Epilepsi yang terjadi pada penderita di tempat-tempat yang tidak terduga, dapat membuat penderita berisiko menderita cedera atau patah tulang akibat terjatuh saat kejang. Selain bahaya cedera, penderita epilepsi dapat mengalami komplikasi seperti epileptikus dan kematian mendadak
Prognosis pasien epilepsi mengenai kemungkinan disabilitas dan kejadian epilepsi rekuren sangat bergantung pada jenis kejang epilepsi yang dialami serta jenis diagnosis sindrom epilepsi pasien.
-
-
-
-