Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS - Coggle Diagram
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
Anatomi Os Vertebrae
Epidemiologi HNP
Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang
paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling
sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1.
Penelitian Dammers dan Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi
diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara
bermakna dari usia tua dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.
Definisi , etiologi , Faktor risiko HNP
Defenisi: Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis
Etiologi: Degeneratif, post traumatic,
Faktor risiko:
USIA
TRAUMA
PEKERJAAN
GENDER
Definisi, Etiologi , faktor risiko Nyeri punggung bawah
Etiologi:
Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis,
kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis.
Trauma minor: regangan, cedera whiplash.
Fraktur: traumatik - jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik –
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.
Herniasi diskus intervertebral.
Defenisi: Nyeri punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang berasal dari otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang belakang.
Faktor risiko: usia, kondisi kesehatan yg buruk, , masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,skoliosis mayor (kurvatura >80o
), obesitas, tinggi badan yang berlebihan.
Cara Mendiagnosis HNP
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya. Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.
Pemeriksaan fisik: pada pemeriksaan inspeksi ekstremitas superior, & inferior,palpasi, inspeksi vertebra lumbal, krepitasi semua dalam batas normal
Pemeriksaan Neurologi:
Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu
Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot
Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu
Pemeriksaan Range Of Movement ( ROM )
Pemeriksaan Laseque Test
Pemeriksaan Contra Laseque Test
Pemeriksaan Patrick Test
Pemeriksaan Contra Patrick Test
Pemeriksaan penunjang:
X-Ray
Myelogram
MRI
Patofisiologi Nyeri punggung bawah
Tatalaksana Farmako dan non Farmako Nyeri punggung bawah
Farmakologi: Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid), Obat pelemas otot (muscle relaxant), Opioid, Kortikosteroid oral, Analgesik adjuvan. Suntikan pada titik picu.
Non farmakologi: Terapi latihan, Manipulasi spinal (kiropraktik), Tirah baring, Korset lumbal, Kompres hangat
Tatalaksana Farmako dan non farmako HNP
Terapi Non farmakologis
Kompres hangat/ dingin, Iontophoresis, Unit TENS ( transcutaneous electrical nerve stimulator), Ultrasound, Latihan dan modifikasi gaya hidup
Terapi Farmako
Nyeri inflamasi:
• Anti inflamasi (steroid, NSAID sesuai fornas)
• Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
• Analgetik opioid lemah (Codein)
• Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri neuropatik:
• Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (Carbamazepine, Gabapentin,
Okscarbazepine, Fenitoin, Asam Valproat, Pregabalin)
• Anti depresant (amitryptiline)
• Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
• Analgetik opioid lemah (Codein)
• Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Pencegahan Nyeri punggung bawah
Pencegahan:
Jika aktivitas yang dilakukan adalah duduk dalam waktu yang cukup lama, maka duduklah dalam posisi yang benar dan sesekali lakukan peregangan sehingga tulang belakang kembali pada posisi yang baik.
Menjaga berat badan agar tidak mengalami obesitas, untuk mencegah tekanan berlebih pada tulang belakang.
Menghindari kegiatan berulang yang dapat membuat tulang belakang mengalami trauma dan menimbulkan rasa nyeri
Membatasi aktivitas fisik yang terlalu berat.
Perbanyak istirahat.