Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
dermatitis kontak alergi (DKA) - Coggle Diagram
dermatitis kontak alergi (DKA)
histologi kulit
epidermis
stratum korneum
stratum lusidum
stratum granulosum
stratum spinosum
stratum basalis
dermis
pembuluh darah
jaringan ikat kolagen
jaringan elastis
hipodermis
jaringan ikat
jaringan adiposa
ujung saraf tepi
pembuluh getah bening
patofisiologi gatal
mediator gatal
histamin
protease
peptida
prostaglandin
leukotrin
serotonin
substansi P
opiat
perbedaan ruam
ruam primer
makula
papul
plak
kista
vesikel
eritema
urtika
ruam sekunder
erosi
ekskoriasi
ulkus
fisura
krusta
skuama
likenifikasi
sikatriks
vegetasi
papul/nodul verukosa
teleaniektasi
petekie
purpura
burrow
komedo
lesi target
diagnosis banding
dermatitis atopik
pytiarisis rosea
dermatitis kontak
dermatitis intertigenosa
farmakologi gatal dan bercak merah
topikal
basah: kompres terbuka larutan NaCl 0,9%
kering: mometason furoat, flutikason propinat, klobetasol butirat
sistemik
kortikosteroid jangka pendek: prednison, deksametason, triamsinolon
indikasi dan kontarindikasi kortikosteroid dan anti histamin
indikasi
sering digunakan dalam bidang dermatologi
mengobati radang kulit bukan karena infeksi
cukup meresepkan kortikosteroid yang lebih lemah untuk waktu singkat
kontraindikasi
muncul efek ketergantungan
lesi kulit akibat bakteri, jamu, atau virus yang tidak diobati
rosasea dan perioral dermatitis
kortiosteroid kuat diindikasikan untuk plak psoriasi dengan sebaran yang luas
tatalaksana DKA
steroid
topikal: disarankan pelembab dengan kaya kandungan lipid
jika DKA berjalan kronus dapat diberika klobetasol proionate intermitten
sistemik
simptomatis, sesuai gejala dan sajian klinis
jika derajat berat ditambah kortikosteroid oral jangka pendek
anti histamin
klorfeniramin maleat
loratadine
edukasi DKA
identifikasi dan penghindaran terhadap bahan alergen tersangka
anjuran penggunaan alat pelindung diri
komplikasi DKA
peningkatan resiko sensitiasi terhadap terapi topikal
lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh bakteri staphylococus aureus
secondary neurodermatitis
pada fase post infalmasi terjadi hiperpigmentasi atau hipopigmenasi
scar biasanya setelah terkena agen korosif
fisiologi kulit
fungsi proteksi
fungsi absorpsi
fungsi ekskresi
fungsi pembentukan vitamin D
fungsi persepsi
fungsi pengaturan suhu tubuh
fungsi pembentukan pigmen