Fraktur Dislokasi Tibia dan Fibula
Anatomi Histologi Tulang
Osteum tibialis dan fibularis(tulang kering dan tulang betis)Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan OS femur, pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau mata kaki luar. OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian pangkal melekat pada OS fibula pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut OS maleolus medialis. Agar lebih jelas berikut gambar anatomi os tibia dan fibula.
Komponen selular dari tulang terdiri dari osteogenic precursor cell, osteoblas, osteoklas, osteosit dan elemen hematopoietik dari sumsum tulang. Osteogenic precursor cellterdapat pada periosteum dan endosteum. Osteoblas adalah sel yang mature, metabolically active, dan bone forming cells.Sebagian dari osteoblas berubah menjadi osteosit, sedangkan sebagian lainnya tetap berada di permukaan periosteum dan endosteum. Osteoblas juga berperan mengaktivasi resorpsi tulang oleh osteoklas
Osteosit merupakan osteoblas dewasa yang terjebakdalambone matrix.Osteoklas adalah multinucleated, bone-resorbing cells, yang diregulasi oleh mekanisme hormonal dan seluler.
Perbedaan fraktur anatomis dan fisiologis
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula ulna, dan humerulus. Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifissis disebut metafisis. Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.
Proses Pembentukan Remodeling tulang
Fase inflamasi Fase inflamasi terjadi segera setalah luka dan berakhir 3-4 hari, dua proses utama yang terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) terjadi akibat fase kontriksi pembuluh darah besar didaerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh trombosit yang menyiapkan matriksfibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Fagositosis merupakan perpindahan sel, leokosit ke daerah interestisial. Tempat ini di tempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama kurang lebih 24 jam setelah cedera.
Fase polifrasi sel Fase polifrasi yaitu sel-sel berpolifrasi dari lapisan dalam periosteum sekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi osteoblast, sel ini aktif tumbuh kearah frakmen tulang dan juga terjadi di jaringan sumsum tulang. Fase ini terjadi setelah hari ke-2 paska fraktur.
Fase pembentukan kallus Pada fase ini osteoblas membentuk tulang lunak (kallus), Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur.
Pada fase ini kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu secara bertahap menjadi tulang mature. Fase ini terjadi pada minggu ke-3-10 setelah fraktur.
Pada fase remodeling ini perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan osteoblastik pada tulang serta kallus eksterna secara perlahan-lanan menghilang.
Malunion, non union, delayed union
Malunion Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi yang tidak tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta gravitasi. Hal ini dapat terjadi apabila pasien menaruh beban pada tungkai yang sakit dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat
Non-union Non-union adalah penyembuhan fraktur terjadi 4 hingga 6 bulan setelah cedera awal dan setelah penyembuhan spontan sepertinya tidak terjadi. Biasanya diakibatkan oleh suplai darah yang tidak cukup dan tekanan yang tidak terkontrol pada lokasi fraktur.
Delayed union. Adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah. Hal ini juga merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun.
Definisi, Klasifikasi, faktor resiko, epidemiologi
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
A. Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya. 2)Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4)Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.
B. Fraktur terbuka (open/compound fraktur) Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang terbuka :
1)Derajat ILaserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2)Derajat IILaserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3)Derajat IIILuka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
Patah tulang lengkap (Complete fraktur) Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubak tempat.
Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick.
- Trauma langsung ( direct ) Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
2.Trauma tidak langsung ( indirect ) Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot , contohnya seperti pada olahragawan atau pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
3.Trauma pathologis Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis, osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison / ACTH, osteogenesis imperfecta (gangguan congenital yang mempengaruhi pembentukan osteoblast). Terjadi karena struktur tulang yang lemah dan mudah patah.
Berusia lanjut
Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah berusia di atas 50 tahun
Memiliki gaya hidup yang kurang aktif bergerak atau sedentary lifestyle
Kurang asupan nutrisi, terutama kalsium dan vitamin D
Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
Memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
Menderita rheumatoid arthritis, diabetes, gangguan saluran percernaan, atau gangguan pada kelenjar endokrin
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2013),didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikilogis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI, 2013).Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)di Indonesia, menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari tahun 2007-2013 sebesar 7,5% meningkat menjadi 8,2%.
CMD
Anamnesis
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
- Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
- Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
- Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya.
- Pembengkakan danperubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Smelzter dan Bare,2002).
Riwayat penyakit sekarangKaji kronologiterjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang kruris, pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun patah tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainya. Adanya trauma lutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal. Adanya trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan tipe spiral. Penyebab utama fraktur adalah kecelakaan lalu lintas darat. b. Riwayat penyakit dahulu Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes menghambat penyembuhan tulang.
Pemeriksaan PenunjangMenurut Doenges( 2000) ada beberapa pemeriksaan penunjangpada pasien frakturantara lain: 1.Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur2. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak3.Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma. 4.Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cedera hati.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konservatifa.Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.b.Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan gips atau macam-macam bidai dari plastik atau metal.c.Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
Penatalaksanaan pembedahanPenatalaksanaan ini sangatlah penting diketaui oleh perawat,jika ada keputusan klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam asuhan keperawatn tersebut:a.Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkuatan atau K-Wireb.Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang yaitu :
201)Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)atau reduksi terbuka dengan fiksasi internal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukan paku, scrup atau pen kedalam tempat fraktur unruk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.2)Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal.Tindakan ini merupakan pilihan sebagian bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
Edukasi Prognosis Komplikasi
1.Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis. a. SyokSyok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra. b. Sindrom emboli lemak Pada saat terjadi frakturglobula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah.
Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union, dan non union. a. MalunionMalunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupaka penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. b. Delayed Union Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. c. NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasidan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis.
edukasi mengenai trauma yang terjadi ke tulang, tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kondisi, dan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan pasien untuk penyembuhan yang optimal.
SHELIN CANTIKA MAHARANI (1908260196)
Definisi
Cedera yang menyebabkan ujung tulang mengalami perubahan posisi dari posisi normal dan artikulasi sendi hilang. Dislokasi biasanya mengikuti trauma seperti terjatuh atau pukulan
Etiologi
Biasanya karena terjatuh. Untuk cedera olahraga biasanya menyebabkan dislokasi seperti bermain sepakbola, bermain ski, senam, basket, volley. Dan biasanya mengalami dislokasi di tangan dan jari jari karena tidak sengaja dislokasi pada tangan dan jari
Klasifikasi
Berdasarkan penyebab:
Dislokasi Kongenital : terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat di pinggul
Dislokasi spontan atau patologik : akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar sendi. Misal tumor
Dislokasi Traumatik : Kedaruratan ortopedi ( pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema.
Berdasarkan tempat terjadi:
Dislokasi sendi rahang : terjadi karena menguap atau terlalu lebar serta terkena pukulan keras ketika rahang terbuka.
Dislokasi sendi bahu : pergeseran kaput humerus dari sendi gloenohumeral berada di anterior dan medial glenoid
Faktor Resiko
Olahraga, seperti basket, sepak bola, senam, atau gulat.
Kecelakaan kendaraan bermotor.
Keturunan, yang dipengaruhi kondisi ligamen yang lebih lemah sejak lahir.
Orang lanjut usia, oleh karena lebih cenderung mudah jatuh.
Anak-anak, oleh karena melakukan aktivitas fisik yang tinggi.
Epidemiologi
dislokasi yakni didapatkan dari 71,8 persen laki-laki yang mengalami dislokasi, 46,8 persen penderita berusia antara 15-29 tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua cedera olahraga yaitu olahraga sepakbola dan basket.