Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
ENSEFALITIS ec TOXOPLASMOSIS CEREBRI, NPM : 1808260089, dr. Ren Astrid A.…
ENSEFALITIS ec TOXOPLASMOSIS CEREBRI
Penegakan Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey : ABCDE, menilai GCS
Pemeriksaan Tanda vital : meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan juga kesadaran umum
Pemeriksaan sistematis (head to toe) : dinilai apakah adanya lesi atau jejas pada tubuh pasien (dapat dicurigai dengan adanya trauma)
Pemeriksaan Neurologis (Pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan refleks kornea, pemeriksaan doll's eyes, refleks muntah, dan lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan serology, pemeriksaan EKG,EEG, CT scan,MRI, Kultur dan lainnya.
Anamnesis
Anamnesis dengan Alloanamnesis kepada seseorang yang membawa pasien dengan menanyakan data diri pasien dan melakukan inform consent untuk melakukan tindakan kepada pasien
Anamnesis dengan pertanyaan yaitu :
Keluhan sebelum terjadinya gangguan kesadaran, apakah ada riwayat trauma sebelum terjadinya gangguan kesadaran, penyakit yang pernah diderita pasien sebelum terjadi penurunan kesadaran, Riwayat obat yang digunakan/dikonsumsi oleh pasien, apakah gangguan kesadaran terjadi secara bertahap atau mendadak, disertai oleh gejala lain. dan tanyakan apakah ada inkontinensia urin/alvi
Fisiologi Kesadaran
Pusat pengaturan kesadaran pada manusia secara anatomi terletak pada serabut transversal retikularis dari batang otak sampai thalamus dan dilanjutkan dengan formasio activator reticularis,yang menghubungkan thalamus dengan korteks cerebri. Formasio reticularis terletak di substansi grisea otak dari daerah medulla oblongata sampai midbrain dan thalamus.
Fungsi masing-masing nukleus retikularis (Snell, 2015):
Nukleus retikularis gigantoselularis ; regulasi retikulospinal
Paramedian pontine reticular formation (PPRF) ; pusat lateral gaze
Nukleus raphe ; pengaturan tidur, bangun, dan waspada
Locus ceruleus ; atensi,mood, dan siklus tidur-bangun.
ARAS bertindak sebagai suatu tombol off-on, untuk menjaga korteks serebri tetap sadar (awake). Neurotransmiter yang berperan pada ARAS antara lain neurotransmiter kolinergik, monoaminergik dan Gamma Aminobutyric Acid (GABA)
Klasifikasi Koma berdasarkan Anatomi-Fisiologi
Koma Infratentorial
Onset tiba2 dgn tanda2 ggn fokal batang otak
Reaksi pupil dan gerakan bola mata abnormal dan asimetris
Lesi fokal midbrain : refleks pupil (-) dan diameter kira-kira 5 mm
Pinpoint pupil : pontine hemorrhage, pontine - infark atau kompresi pontine oleh cerebellar hemorrhage atau infark.
Koma Superotentorial
Semua proses supratentorial yang dapat meng-akibatkan destruksi/kompresi pada substansi retikularis diensefalon (nuklei-intrala-minaris) = koma
Destruksi :
Morfologik : perdarahan/infiltrasi/metastasis tumor ganas.
Biokimia : meningitis
Koma Bihemisferik Difus
Oleh ggn.metabolisme neuron hemisfer otak – bilateral, ekstensif, difus.
Gangguan:
kadar glukosa
Kadar oksigen
transportasi
Terdiri dari :
Ensefalopati Metabolik Primer
dan Ensefalopati Metabolik Sekunder
Diagnosa Banding berdasarkan Etiologi Penurunan Kesadaran
Etiologi :
"SEMENITE"
S
: Sirkulasi : Gangguan pembuluh darah otak(infark atau perdarahan)
E
: Ensefalitis : Infeksi sistem saraf pusat oleh bakteri, virus dan fungi
M
: Metabolik : gangguan metabolik sistemik yang menekan kerja otak. Contoh : Koma Hepatikum, Koma uremikum.
E
: Elektrolit : Gangguan keseimbangan elektrolit (Misal : Hiponatremia)
N
: Neoplasma : Tumor primer atau tumor sekunder
I
: Intoksikasi : misal :intoksikasi obat
T
: Trauma : Cedera kepala
E
: Epilepsi
Diagnosa Banding :
Meningitis adalah peradangan atau inflamasi pada selaput meningen (dura mater, arachnoid mater dan pia mate encephali). Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri maupun jamur. Gejala meningitis adalah nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, demam, dan kaku kuduk.
Abses Otak adalah penumpukan abses atau nanah pada otak akibat adanya infeksi pada otak. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada otak. Biasanya berasal dari infeksi disekitarnya seperti adanya infeksi pada telinga, sinusitis, dan lainnya.
Tata Laksana dan Edukasi Ensefalitis ec Toxoplasmosis Cerebri
Edukasi
Edukasi dan Pencegahan :
Edukasi mengenai penyakit dan patogenesisnya
Menjaga pola makan dan kebersihan
Olahraga yang teratur
Melakukan kontrol dengan rutin
Menghindari faktor pencetus terjadinya penyakit
Tata Laksana
Terapi Farmakologi
Pemberian terapi kombinasi pirimetamin,
klindamisin, steroid dan obat anti retroviral pada pasien ini memperbaiki kondisi klinis. Kombinasi ini direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk toksoplasmosis cerebri pada pasien.Apabila tidak tersedia pilihan terapi lini pertama ini, pemberian terapi trimethoprim-sulfametoksazol direkomendasikan sebagai terapi alternatif.
Patogenesis Toxoplasmosis
Penularan terhadap manusia terutama terjadi
apabila tertelan daging babi atau domba yang mengandung kista jaringan atau apabila menelan sayuran yang terkontaminasi dan dimasak tidak matang. Jika kista jaringan yang mengandung bradizoit atau ookista tertelan pejamu, maka parasit akan terbebas dari kista dalam proses pencernaan. Pada pasien immunocompromise seperti pada pasien HIV/AIDS, terjadi suatu keadaan adanya defisiensi imun yang disebabkan oleh defisiensi kuantitatif dan kualitatif yang progresif dari limfosit T (T helper). Pada pasien HIV terjadi penurunan CD4 di bawah level kritis (CD4<200/ul) sehingga pasien menjadi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik
Faktor Resiko Ensefalitis ec Toxoplasmosis Cerebri
Fakor Resiko : Hamil, Mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka panjang, menderita HIV/AIDS dan sedang menjalani kemoterapi
Patofisiologi Penurunan Kesadaran
Pada penurunan kesadaran, gangguan
terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas,awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.
Kesadaran Terganggu), yaitu adanya defek (Disfungsi menyeluruh pada hemisfer otak), defek (abnormalistas dari ARAS), atau terdapat defek pada Disfungsi CNS secara umum.
Peningkatan tekanan intrakranial
dapat menyebabkan herniasi yang dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen atau kematian. Gejala peningkatan tekanan intrakranial antara lain nyeri kepala yang berat, muntah, gangguan penglihatan, dan perubahan tingkah laku atau derajat kesadaran. Tanda-tanda klinis peningkatan tekanan intrakranial adalah edema papil, kelumpuhan saraf otak, status mental abnormal dan postur tubuh tertentu
NPM : 1808260089
NADIANTY AZ ZAHRAH
dr. Ren Astrid A. Siregar, M.Ked (PA), Sp.PA
Dosen Tutor SGD :
TUGAS MIND MAPPING SGD 16
Medan, 29 April 2021