Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Peristiwa Sekitar Proklamasi - Coggle Diagram
Peristiwa Sekitar Proklamasi
:chestnut:
Janji Kaiso
:chestnut:
Pada tanggal 7 September 1944, dalam sidang Istimewa Teikoku Ginkai ke-85 di Tokyo, Kaiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) di perkenankan merdeka “kelak kemudian hari”.
Pada bulan Oktober 1944, Laksamana Maeda mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Jakarta untuk melatih kepemimpinan para pemuda atas negara yang hendak dibentuk sekaligus menembus jaringan bawah tanah pemuda yang telah ada.
Dalam kunjungannya ke Makassar pada awal tahun 1945, Sukarno dan Hatta mengadakan pembicaraan rahasia mengenai bentuk negara yang akan digunakan oleh Indonesia yang merdeka
:chestnut:
Peristiwa Rengasdengklok
:chestnut:
Golongan tua
Para anggota PPKI yang diwakili oleh Sukarno dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki bahwa pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang, yakni pada tanggal 24 Agustus 1945
Golongan Muda
Menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan adalah dengan kekuatan sendiri, terbebas dari pengaruh Jepang.
Suksesi Peristiwa
Rengasdengklok
Golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke luar Jakarta pada 16 Agustus 1945 yang dimaksudkan untuk menjauhkan Soekarno Hatta dari pengaruh Jepang.
Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke Rengasdengklok
Di Jakarta, dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua Ahmad Subardjo mencapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta, dan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ahmad Subardjo memberi jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, dan selambat-lambatnya pukul 12.00.
:chestnut:
Perumusan dan Pengesahan
Teks Proklamasi
:chestnut:
Sukarno dan Hatta tiba di Jakarta pada pukul 23.00, dan setelah singgah di rumah masing-masing mereka langsung menuju rumah kediaman Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi.
Kelompok pemuda menginginkan bahasa yang dramatis dan berapi-api. Akan tetapi Sukarno menghendaki pernyataan yang tenang dan bersahaja yang disusun oleh Sukarno.
Sukarni mengusulkan naskah ditandatangani cukup oleh dua orang saja atas nama rakyat Indonesia, yaitu Sukarno dan Hatta
Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut, disertai perubahan-perubahan yang disetujui bersama.
:chestnut:
Persiapan Kemerdekaan
:chestnut:
Pada tanggal 1 Maret 1945, panglima Jepang di Jawa, Letnan Jendral Harada Kumakichi, mengumumkan pendirian Dokuritsu Zunbi Coosakai atau BPUPKI
Rapat BPUPKI
tokoh muslim menghendaki pemerintahan yang berdasarkan agama
orang Bali menginginkan sebuah monarki dengan Sukarno sebagai rajanya.
Soekarno menawarkan Pancasila sebagai dasar negara baru dalam sebuah pidato yang disampaikan pada tanggal 1 Juni 1945.
anggotanya mencapai kesepakatan dalam menyusun undang-undang dasar yang meliputi berbagai masalah, seperti wilayah yang akan mencakup Indonesia merdeka, persyaratan kewarganegaraan, agama, dan struktur politik dari negara baru yang hendak dibentuk.
Panitia Sembilan di bawah Sukarno dibentuk untuk membahas aspirasi para pemimpin Islam. Akhirnya mereka menyetujui suatu kompromi yang disebut Piagam Jakarta
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membentuk sebuah badan baru di Jakarta yang dinamakan sebagai Dokuritsu Zunbi Inkai (PPKI)
:chestnut:
Proklamasi Kemerdekaan
:chestnut:
Kelompok pemuda menghendaki agar pembacaan teks proklamasi dilakukan di Lapangan Ikada. Namun ketika tanggal 17 Agustus 1945 pagi, disana sudah berkumpul banyak serdadu Jepang dengan senjata lengkap.
Akhirnya, pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung di Pegangsaan Timur No 56 pada Jum’at, 17 Agustus 1945 pukul 10.30 waktu Jawa zaman Jepang (pukul 10.00)
Upacara berlangsung dengan sederhana. Diawali dengan pembacaan UUD 45.
Dengan pernyataan Proklamasi, penarikan bendera Merah Putih yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya, simbol kelahiran sebuah negara-bangsa yang baru yakni Republik Indonesia menjadi nyata.
:chestnut:
Penyebaran Berita Proklamasi
:chestnut:
Di jalan Bogor Lama diadakan perundingan-perundangan di antara pemuda untuk mengatur penyebaran siaransiaran sampai pagi.
Di pagi harinya, pusat perundingan berpindah ke Kepuh kemudian pindah lagi ke Def van Den Bosch 56.
Dengan cepat dilakukan percetakan kilat (roneo) yang dibantu tenaga rakyat dan kaum buruh kantor berita Domei.
Melalui sistem telekomunikasi kantor berita Domei di Jakarta, Teks Proklamasi sudah tersiar hingga Bandung dan Yogyakarta pada tengah hari. Seterusnya berita itu dikirimkan ke daerah-daerah lain di Pulau Jawa
Para pemuda membuat pemancar baru dengan bantuan sejumlah teknisi radio. Akhirnya jadilah pemancar baru di Menteng 31 dengan kode panggilan DJK I. Pemancar inilah yang banyak berperan dalam menyiarkan berita proklamasi.