Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
KONSEP KONSELING LINTAS BUDAYA, FITRIA INDAH SARASWATI, BK A 2018 - Coggle…
KONSEP KONSELING LINTAS BUDAYA
Latar belakang konseling lintas budaya
Dasar pertimbangan yang melatari sangat pentingnya wawasan lintas budaya dalam bidang pendidikan, terutama dipengaruhi oleh globalisasi dan modernisasi yang sangat pesat, yang antara lain ditandai dengan kecenderungan besar perubahan kehidupan sebagai berikut, yaitu
Kehidupan demokratisasi yang ditunjukkan dengan kesadaran akan hak asasi yang semakin meningkat pada setiap lapisan masyarakat.
Transparansi sebagai dampak dari perkembangan jenis media dan informasi yang semakin beragam, yang menuntut kemampuan memproses dan memproduksi secara cerdas.
Efisiensi dalam pemanfaatan waktu yang menuntut manusia untuk pandai membuat keputusan dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan penaksiran serta penerimaan risiko dari setiap keputusan secara bertanggungjawab.
Pengertian konseling lintas budaya
Konseling lintas budaya adalah pelbagai hubungan konseling yang melibatkan para peserta yang berbeda etnik atau kelompok-kelompok minoritas; atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan konseli yang secara rasial dan etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan variabel-variabel lain seperti seks, orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia
Model konseling lintas budaya
Model Berpusat pada Budaya (Culture Centred Model)
Pada model ini budaya menjadi pusat perhatian. Artinya, fokus utama model ini adalah pemahaman yang tepat atas nilai-nilai budaya yang telah menjadi keyakinan dan menjadi pola perilaku individu.
Model Integratif (Integrative Model)
Menurut Jones, yang menjadi kunci keberhasilan konseling adalah asesmen yang tepat terhadap pengalaman-pengalaman budaya tradisional sebagai suatu sumber perkembangan pribadi. Oleh sebab itu kekuatan model konseling ini terletak pada kemampuan mengakses nilai-nilai budaya tradisional yang dimiliki individu
Model Etnomedikal (Ethnomedical Model)
Model etnomedikal pertama kali diajukan oleh Ahmed dan Fraser (1979) yang dalam perkembangannya dilanjutkan oleh Alladin (1993). Model ini merupakan alat konseling transkultural yang berorientasi pada paradigma memfasilitasi dialog terapeutik dan peningkatan sensitivitas transkultural.
Unsur-unsur pokok dalam konseling lintas budaya
Klien sebagai individu yang unik, yang memiliki unsur-unsur budaya tertentu yang berpengaruh pada sikap, bahasa, nilai-nilai, pandangan hidup, dan sebagainya.
Konselor sebagai individu yang unik juga tidak terlepas dari pengaruh unsur-unsur budaya seperti halnya klien yang dilayani.
Dalam hubungan konseling konselor harus menyadari unsur-unsur tersebut dan menyadari bahwa unsur-unsur budaya itu akan mempengaruhi keberhasilan proses konseling.
Aspek dan faktor yang mempengaruhi konseling lintas budaya
Latar belakang budaya yang dimiliki oleh konselor
Latar belakang budaya yang diimiliki oleh klien
Asumsi-asumsi terhadap masalah yang akan dihadapi selama konseling
Nilai-nilai yang mempengaruhi hubungan konseling, yaitu adanya kesempatan dan hambatan yang berlatar belakang tempat di mana konseling itu dilaksanakan.
Faktor faktor yang secara signifikan mempengaruhi proses konseling lintas budaya
Keadaan demografi yang meliputi jenis kelamin, umur, tempat tinggal.
Variabel status seperti pendidikan, politik dan ekonomi, serta variabel etnografi seperti agama, adat, sistem nilai.
Konselor dalam konseling lintas budaya
Ketidakefektifan konseling lintas budaya dapat disebabkan oleh faktor konselor, yaitu konselor yang tidak memperoleh pendidikan/latihan dan pengalaman tentang konseling lintas budaya (Ivey,1981) konseling yang terkukung dalam budayanya sendiri (cultural encapsulation) dan yakin tidak memiliki kesadaran/kepekaan budaya.
Bagi konselor yang memberikan layanan konseling lintas budaya, kualifikasi tersebut terkait dengan beragamnya budaya klien yang dilayani, sehingga kualifikasi konselor sangat luas dan mungkin bebeda antara satu klien dengan klien lain. Konselor yang memberikan pelayanan konseling lintas budaya, harus memiliki kopetensi profesional
Persyaratan konselor lintas budaya
Konselor harus terlatih secara khusus dalam perspektif multi budaya, baik akademik maupun pengalaman
Penciptaan situasi konseling harus atas persetujuan bersama antara klien dan konselor, terutama yang berkaitan dengan dengan kemampuan mereka dalam mengembangkan hubungan kerja teurapetik.
Konselor harus fleksibel dalam menerapkan teori terhadap situasi-situasi khusus klien.
Konselor harus terbuka untuk dapat ditantang dan diuji.
Dalam situasi konseling multi budaya yang lebih penting adalah agar konselor menyadari sistem nilai mereka, potensi, stereotipe, dan prasangka-prasangkanya.
Konselor menyadari reaksi-reaksi mereka terhadap perilaku-perilaku umum.
FITRIA INDAH SARASWATI
BK A 2018