Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Biografi Ibu Kartin - Coggle Diagram
Biografi Ibu Kartin
Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' Kartini
Mengandung surat-surat yang pernah ditulis oleh R>A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan
teman-temannya yang berada di Eropa
Dikumpul oleh J.H. Abendanon yang ketika itu
menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda
Diterbitkan pada tahun 1911
Dibuatlah lage berjudul 'Ibu Kita Kartini' oleh W.R Soepratman
Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari
Kartini sampai sekarang ini.
Beliau dikenal sebagai pahlawqan nasional yang gigih memperjuangkan emansipasi emansipassi wanita
Latar Belakang Ibu Kartini
Beliau lahir pada tanggal 21 April 1879 di kota Jepara
Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan
Oleh sebab itu, ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah.
Ibu kartini bernama M.A Ngasirah merupakan anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Walaupun beliau merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubowno VI, ia senddiri bukan ketutunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa saja.
Berpendidikan di Europese Lagere School (ELS) sampai beliau berusia 12
Memliki 11 saudara termasuk saudara kandung dan saudara tiri
Beliau merupakan anak perempuan tertua dari 11 saudara
Kehidupan dewasa Ibu Kartini
Beliau mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi
Beliau wafat pada tanggal 17 September 1904 pada usia 25 tahun
Beliau bernikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo
Kartini menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam
menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.
Melahirkan seorang anak bernama R.M Soesalit
Djojoadhiningrat alhasil pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.
Dari hasil pernikahannya tersebut, beliau mempunyai lima orang anak bernama (Cicit R.A Kartini) yang masing-masing bernama RA. Kartini Setiawati Soesalit, kemudian RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit.
Anak Kartini yakni Soesalit Djojoadhiningrat sempat menjabat sebagai Mayor Jenderal pada masa kependudukan Jepang. Ia kemudian mempunyai anak bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu R.A
Kartini) yang kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit.
Harapan RA Kartini
Meningkatkan status sosial para perempuan pribumi
memajukan
pikirannya kedudukan wanita pribumi yang masih tertinggal jauh
Beliau ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan
belajar seperti sekarang ini.
Beliau diberikan kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama yang dikenal sebagai Gedung Pramuka sekarang
Berkat perjuangan beliau, berdirilah Sekolah Wanita pada tahun 1912 oleh Yayasan Kartini di Semarang yang kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang serta daerah-daerah lainnya. Sekolah tersebut kemudian diberi nama "Sekolah Kartini" untuk menghormati jasa-jasanya.