Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
RHINOSINUSITIS KRONIS 1613721401, MILA ANRIYANI-1908260159-SGD 20 - Coggle…
RHINOSINUSITIS KRONIS
anatomi hidung
hidung luar
hidung dalam
fisiologi penciuman
Alat penciuman erat hubungannya dengan alat pengecap bahkan disebut sebagai pengecap jarak jauh. Alat penciumanmempunyai kepekaan yang luar biasa karena kadar zat-zatyang dimiliki rendah sudah mampu merangsang reseptorpenciuman.
Reseptor penciuman terletak di bagian atas dari ronggahidung, pada gerak pernafasan biasa aliran gerak udarapernafasan hanya melalui bagian bawah rongga hidung, olehkarena itu kita bernafas biasa suatu zat tidak tercium oleh kitaSupaya udara pernafasan dapat mencapai rongga hidung bagianatas (area olfaktoria) maka kita harus menarik nafas dalam-dalam. Dengan demikian terjadi arus memutar dari udarapernafasan sehingga gas yang mengandung zat yang berbau tadi
akan sampai pada ara olfaktoria akan bau akan tercium.
defenisi RSK
penyakit kronis yang ditandari dengan peradangan pada mukosa dari hidung dan sinus paranasales. Sekarang istilah ini lebih sering dipakai daripada sinusitis karena melibatkan seluruh bagian hidung dan sinus paranasales.
etiologi RSK
adanya faktor ciliary impairment, alergi, asma, immunocompromised, faktor genetik, kehamilan dan endokrin, faktor lokal, mikroorganisme, jamur, osteitis, faktor lingkungan, faktor iatrogenik, H. pylori, dan refluks laringofangeal
klasifikasi RSK
. Rinosinusitis akut berulang (Recurrent acute rhinosinusitis)
Rinosinusitis sub akut (RSSA).
Rinosinusitis akut (RSA)
Rinosinusitis kronis (RSK).
Rinosinusitis kronis dengan eksaserbasi akut.
faktor resiko RSK
Kehamilan dan Hormonal
Faktor struktur anatomi
Defisiensi Imun
Faktor Lingkungan
. Alergi Hidung
. Infeksi
Disfungsi Silia
patofisiologi
CMD
pemeriksaan fisik
rinoskopi anterior /posterior
vital sign ,head totoe
pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologis.
Endoskopi Nasal
Transiluminasi.
anamnesis
Gejala mayor terdiri dari
obstruksi hidung/hidung tersumbat, sekret hidung purulen, nyeri/rasa
tertekan pada wajah, gangguan penciuman (hyposmia/anosmia), dan
Postnasal discharge. Gejala minor terdiri dari sakit kepala, sakit gigi,
batuk, nyeri/rasa penuh ditelinga, demam dan halitosis / bau mulut,
lemah
komplikasi
kelainan orbita, kelainan intrakranial, osteomielitis dan kelainan paru
tatalakana
terapi bedah
irigasi sinus (antral lavage), nasal antrostomy,operasi Caldwell-Luc dan
Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS).
terapi medikamentosa
antihistamin
antibiotik
amksisilin dan sefrojil
kortikosteroid
dekongestan
prognosis
Sekitar 40% kasus sinusitis akut sembuh secara spontan tanpa antibiotik. Penyembuhan spontan untuk sinusitis virus adalah 98%. Pasien dengan sinusitis akut, jika diobati dengan antibiotik yang sesuai, biasanya menunjukkan perbaikan yang cepat. Tingkat kekambuhan setelah pengobatan berhasil kurang dari 5%
edukasi dan pencegahan
Pemberian vaksinasi influenza ataupun vaksinasi 7-valent pneumococcal. Menghindari kontak dengan orang yang sedang batuk pilek. Hindari merokok atau paparan asap rokok. Mengenakan masker untuk menutupi hidung dan mulut saat berada di lingkungan dengan polusi udara yang tinggi atau saat berkendara.
MILA ANRIYANI-1908260159-SGD 20