Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Model-model evaluasi yang sering digunakan untuk mengevaluasi program…
Model-model evaluasi yang sering digunakan untuk mengevaluasi program bimbingan dan konseling
model evaluasi responsive yang
dikembangkan oleh Stake,
Model Judgment dari Stake
Stake menawarkan tiga fase dalam evaluasi, yakni antecedent (pendahuluan atau persiapan), transaction-process (transaksi, proses implementasi) dan out comes (keluaran atau hasil).
seorang evaluator dalam model responsif ini harus melakukan evaluasi berdasarkan Fase-fase evaluasi responsif yang telah dikembangkan oleh Stake:
(1) Pendahuluan, transaksi, hasil
(2) Penemaan "tema": mempersiapkan evaluasi dan studi kasus
(3) Pengesahan/Konfirmasi
(4) Memisahkan format yang digunakan untuk audience
(5) Memasang laporan formal, jika ada
(6) Bicara dengan klien, staff program dan audience
(7) Identifikasi bidang program
(8) Meninjau aktifitas program
(9) Menemukan tujuan dan fokus pada tujuan
(10) Mengonsep persoalan dan masalah
(11) Identifikasi kebutuhan dan mengulang persoalan pokok
(12) Memilih observasi, memutuskan dan pemberian instrument
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan pendekatan responsif adalah kepekaannya berbagai titik pandangan, dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigis dan tidak fokus. Demikian juga evaluasi responsif dapat mendorong proses perumusan masalah dengan menyediakan informasi yang dapat menolong orang mengerti isu lebih baik
Keterbatasan pendekatan responsif adalah keengganannya membuat prioritas atau penyederhanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyotaan yang praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok.
Evaluasi menurut stake adalah usaha mendeskripsi program program dan memberikan judgment kepadanya. Evaluasi responsive adalah sebuah pendekatan untuk evaluasi pendidikan dan program lainnya.
model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan kawa
Evaluasi Proses
(Process Evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah direncanakan.
Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasikan atau memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam disain prosedur atau implementasinya
Evaluasi Produk
(Product Evaluation)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program
Evaluasi produk juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran (outcome) dan menghubungkan itu semua dengan objektif, konteks, input, dan informasi proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program.
Evaluasi Input
(Input Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan.
Evaluasi input bertujuan untuk mengidentifikasikan dan menelaah kapabilitas system, alternatif strategi program, disain prosedur dimana strategi akan dimplementasikan.
Evaluasi Konteks
(Contex Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu objek, seperti institusi, program, populasi target, atau orang, dan juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan
Tujuan evaluasi konteks adalah untuk menyediakan alasan yang rasional bagi konselor dan administrator dalam menentukan tujuan dan kompetensi siswa, yang mana semua itu akan membantu membentuk program dan highlight berbagai elemen struktur dalam kebutuhan akan perhatian