Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
BUDAYA DENGAN PERILAKU KOGNISI DAN PERILAKU BAHASA, FITRIA INDAH…
BUDAYA DENGAN PERILAKU
KOGNISI DAN PERILAKU BAHASA
Pengertian
Kognisi adalah istilah umum yang mencakup seluruh proses mental yang mengubah masukan-masukan dari indera menjadi pengetahuan
Psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu)
Memori ialah proses pengolahan informasi dalam kognitif yang meliputi pengkodean,penyimpanan, pemanggilan kembali informasi-informasi tersebut. Dalam hubungannya dalam penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi-informasi tersebut, memori dibedakan menjadi memori jangka pendek
Masyarakat non-literate dapat mengingat isi cerita lebih baik namun kemampuan mereka dalam mengingat daftar kata cenderung lebih lama.
kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial, oleh para anggota suatu masyarakat. Sehingga suatu kebudayaan bukanlah hanya akumulasi dari kebiasaan dan tata kelakuan tetapi suatu sistem perilaku yang terorganisasi. Dan kebudayaan melingkupi semua aspek dan segi kehidupan manusia, baik itu berupa produk material atau non material
Hubungan antara budaya dengan bahasa
Bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan
antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.
bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.
Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan
kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka
kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Fenomena antara budaya dan bahasa
Umpamanya kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk kepada jenis binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dalam bahasa Inggris sepadan dengan fish; dalam bahasa Banjar disebut iwak
Dalam analisis semantik, Abdul Chaer mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat
Bahasa bukan saja merupakan "property" yang ada dalam diri manusia yang dikaji sepihak oleh para ahli bahasa, tetapi bahasa juga alat komunikasi antar personal
Dalam budaya masyarakat Inggris yang tidak mengenal nasi sebagai makanan pokok hanya ada kata rice untuk menyatakan nasi, beras, gabah, dan padi. Karena itu, kata rice pada konteks tertentu berarti nasi pada konteks lain berarti gabah dan pada
konteks lain lagi berarti beras atau padi.
Fenomena lain, misalnya budaya Inggris dan budaya Indonesia dalam memandang waktu sehari semalam yang 24 jam. Pukul satu malam budaya Inggris mengatakan Good morning alias selamat pagi; padahal budaya Indonesia mengatakan
selamat malam karena memang masih malam, matahari belum terbit
Orang Bogor memanggil remaja lelaki dengan panggilan “Neng” sedangkan panggilan itu biasanya untuk anak perempuan atau wanita muda di Bandung. Sedangkan orang Makassar dan Ambon menggunakan kata bunuh (yang tentu sinonimnya matikan) untuk listrik, lampu televisi dan radio.
Pengaruh antara budaya dan bahasa
Pengaruh budaya terhadap bahasa dewasa ini banyak kita saksikan. Banyak kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Hal tersebut karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, atau kurang ilmiah.
Misalnya kata pariwisata untuk menggantikan turisme, kata wisatawan untuk menggantikan turis atau pelancong. Kata darmawisata untuk mengganti kata piknik; dan kata suku cadang untuk mengganti kata onderdil. Kata-kata turisme, turis danvonderdil dianggap tidak nasional. Karena itu perlu diganti yang bersifat nasional.
Begitu juga dengan kata penjara diganti dengan lembaga pemasyarakatan, kenaikan harga diganti dengan penyesuaian harga, gelandangan menjadi tuna wisma pelacur menjadi tuna susila adalah karena kata-kata tersebut dianggap halus ; kurang sopan menurut pandangan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih terus akan berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat.
Begitu juga bahasa yang diplesetkan yang tidak lepas dari perkembangan pengetahuan, pertukaran budaya, dan kemajuan informasi sekarang ini. Sebagaimana Mansoer Pateda mengatakan bahwa bahasa yang diplesetkan sangat berhubungan erat dengan perkembangan pemakai bahasa untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauannya.
FITRIA INDAH SARASWATI
1844041010 BK A