Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
TRAUMA DAN CIDERA PADA ANAK - Coggle Diagram
TRAUMA DAN CIDERA PADA ANAK
LUKA BAKAR
Definisi
Luka bakar atau bisa disebut combustion adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas, contohnya air panas, benda padat panas, asap atau api langsung, radiasi sinar ultraviolet/ infra merah, materi radioaktif, listrik atau bahan kimia.
Jaringan yang rusak akibat luka bakar biasanya meliputi kulit, mukosa hingga jaringan yan lebih dalam lagi. Luka bakar seharusnya ditangani sebagai kasus trauma yang memerlukan penanganan primer dan sekunder (primary and secondary survey).
Etiologi
Termal
sering terjadi akibat tersiram air panas yang akan membentuk luka lepuh, hingga terjadi denaturasi protein, pembentukan oksigen radikal bebas, dan akhirnya kematian sel dengan pembentukan bekas luka bakar
Luka bakar listrik
akibat aliran listrik yang diubah menjadi panas dan menjalar ke jaringan tubuh yang merupakan konduktor yang buruk. Jumlah panas yang dihasilkan, dan tingkat kerusakan jaringan, sama dengan 0,24 dikalikan dengan tegangan dan resistan.
Aliran listrik yang lebih besar dari 1000 Volt dapat menyebabkan kerusakan otot, rabdomiolosis, dan gagal ginjal.
Luka bakar kimiawi
disebabkan paparan zat asam atau basa. Luka bakar akibat paparan zat basa umumnya lebih dalam dibandingkan zat asam. Hal ini karena basa menyatu dengan jaringan lemak di kulit sehingga menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih progresif, sedangkan luka bakar akibat asam menyebabkan koagulasi protein.
Luka bakar api
sering berhubungan dengan cedera inhalasi dan penyerta lainnya, serta cenderung mengenai kulit yang lebih dalam. Luka bakar api dan luka bakar tersiram air panas adalah penyebab paling umum luka bakar pada anak-anak dan dewasa di seluruh dunia.
Patofisiologi
Luasnya luka bakar ditentukan oleh derajat panas, lamanya jaringan terpapar dan ketebalan kulit yang terkena oleh sumber panas. Kerusakan jaringan pada luka bakar jarang sekali homogen dan biasanya terbagi atas 3 zona yaitu zona koagulasi, stasis dan hyperemia.
Zona koagulasi merupakan jaringan mati yang membentuk parut, terletak di pusat luka terdekat dengan sumber panas. Jaringan pada zona ini tidak dapat diselamatkan karena telah terjadi koagulasi nekrosis.
Pada zona hiperemia terjadi peningkatan perfusi dan merupakan daerah dengan kerusakan minimal.
Jaringan yang masih layak berdekatan dengan daerah nekrotik disebut zona stasis. Penurunan perfusi didaerah tersebut dapat menyebabkan nekrosis.
Angka Kejadian
Menurut laporan WHO, setiap tahunnya 300.000 orang meninggal di seluruh dunia akibat luka bakar. Angka mortalitas tertinggi di regio Asia Tenggara dengan 11,6 kematian setiap 100.000 penduduk/tahun.
Data RISKESDAS di Indonesia, prevalensi luka bakar adalah 0,7% dari seluruh kejadian trauma. Angka kejadian luka bakar paling tinggi pada kelompok usia 1-4 tahun
95% kematian pada luka bakar di seluruh dunia berasal dari negara dengan penghasilan per kapita rendah dan menengah. Studi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai pusat rujukan nasional menunjukkan angka mortalitas akibat luka bakar antara tahun 2013-2015 adalah 26,18%.
Penanganan Awal
a. Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
b. Memadamkan pakaian yang terbakar
c. Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
d. Menyiram dengan air sebanyak -banyaknya bila karena zat kimia.
e. Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive).
Klasifikasi
Derajat III
Luka bakar dengan kerusakan yang luas tidak hanya pada kulit dan subkutis, tetapi juga pada otot dan tulang. Kerusakan pada ujung-ujung syaraf mengakibatkan kehilangan rasa nyeri.
Devitalisasi jaringan pada area luka bakar menyebabkan rentan terhadap infeksi dan penyembuhan berjalan lambat. Bila eksposurenya berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat di bawah kulit akan terbakar dan menjadi arang.
Derajat I
Disebut luka bakar superficial. Terjadi eritema dan blister tanpa kehilangan epidermis, yang sering disebut sebagai epidermal burn. Disini kapiler mengalami dilatasi dan terjadi transudasi cairan ke dalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema
Luka bakar derajat satu ini akan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
Derajat II
Terjadi kerusakan dari seluruh lapisan kulit. Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis. Epidermis dapat mengalami koagulasi, pengerutan yang dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit.
Dalam beberapa minggu, jaringan yang nekrosis akan mengelupas dan meninggalkan ulkus yang sembuh secara lambat. Luka bakar derajat dua sering memerlukan koreksi bedah lastic untuk mengatasi jaringan parut yang terbetuk.
Perwatan Luka
• Luka bakar derajat I: tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting)
Fungsi
Pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.
Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.
Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
Tujuan
agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup.
Mancegah Infeksi
Jika kulit masih utuh, bersihkan dengan larutan antiseptik secara perlahan tanpa merobeknya.
Jika kulit tidak utuh, hati-hati bersihkan luka bakar. Kulit yang melepuh harus dikempiskan dan kulit yang mati dibuang.
Berikan antibiotik topikal/antiseptic. Bersihkan dan balut luka setiap hari.
Luka bakar kecil atau yang terjadi pada daerah yang sulit untuk ditutup dapat dibiarkan terbuka serta dijaga agar tetap kering dan bersih.
Penanganan Lanjutan
Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan tubuh
Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik karena menghirup asap
Luka bakar wajah berat/trauma inhalasi: intubasi, trakeostomi, Jika terdapat distres pernapasan, beri oksigen
Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh > 10%). Gunakan larutan RL dengan glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal dengan glukosa 5%.
24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan cairan dari kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan cairan resusitasi (4 ml/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar)
24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama
Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (TTV, urin)
Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia
GIGITAN BINATANG
BERBISA
ular
Gigitan ular atau snake bite dapat disebabkan ular berbisa dan ular tidak berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari luka yang sederhana sampai dengan ancamannyawa dan menyebabkan kematian (BC&TLS, 2008).
WHO menyebutkan sebanyak 5 juta orang setiap tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan sebanyak tiga kali lipat amputasi serta cacat permanen lain
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular.
Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali mengandung factor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator; racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.
Klasifikasi Derajat
Derajat nol (0)
terdapat gambaran khas yaitu : terdapat Luka bekas gigitan, bisa terasa Nyeri atau timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar < 3cm dalam 12 jam.
Derajat 1 (minor) = tidak ada gejala,
terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri , Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar 3 – 12 cm dalam 12 jam.
Derajat 2 (moderate) = gejala lokal,
terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri sekali, Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar 12 - 25 cm dalam 12 jam, timbul neurotoksik, terasa mual mual, pusing dan timbul syok.
derajat 4 (major) = gejala sistemik.
Terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri sekali , Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar lebih 25 cm dalam 12 jam, timbul perdarahan kulit, mual mual, pusing, gagal ginjal kronik dan koma.
Derajat 3 (severe) = gejala berkembang ke daerah regional,
terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri sekali , Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar lebih 25 cm dalam 12 jam, timbul perdarahan kulit, mual mual, pusing dan timbul syok.
Klasifikasi Ular Berbisa
Elapidae: gigi taring pendek di depan (proteroglyph). Meliputi kobra, raja kobra, kraits, ular koral, ular Australia dan ular laut. Relatif ular yang cukup panjang, kurus, memiliki warna seragam dengan sisik simetrikal besar halus pada puncak kepala.
Viperidae: gigi taring yang cukup panjang (solenogyph) yang secara normal terlipat rata terhadap rahang atas, tetapi saat menyerang akan menjadi tegang. Ular yang relatif pendek, bertubuh tebal dengan banyak sisik kasar pada puncak kepala dan pola warna yang khas pada permukaan dorsal tubuh.
Colubridae: dua spesies penting yang telah diidentifikasi pada regional Asia Tenggara adalah Rhabdophis subminiatus berleher merah dan Rhabdophis triginus. Piton besar (Boidae), merupakan Python reticularis di Indonesia, pernah dilaporkan menyerang dan menelan manusia, yang biasanya petani.
Manifestasi Klinis
Gejala di tempat gigitan umumnya terjadi dalam 30 menit sampai 24 jam, berupa bengkak dan nyeri, dan timbul bercak kebiruan.
Biasanya, setelah gigitan ular berbisa, timbul rasa sakit terbakar yang parah di lokasi tersebut dalam waktu 15 hingga 30 menit.
Tanda Gejala
• Mual, Muntah, Sesak napas, tubuh lemas, Kulit kesemutan, Kelenjar bengkak dan lunak di ketiak atau selangkangan.
• Merasa cemas. Pusing. Sakit kepala. Penglihatan kabur. Kesulitan menelan. Sakit perut. Detak jantung tidak teratur. Kelemahan otot.
• Kebingungan. Darah mengalir dari gusi atau tempat gigitan ular. Kelumpuhan, koma, atau bahkan kematian.
Gejala
Vital sign: denyut nadi dan perbedaan tekanan darah saat duduk dan berdiri untuk melihat adanya postural drop.
Kulit dan membran mukosa: ptekie, purpura, ekimosis, dan pendarahan konjungtiva.
Sulcus gingivalis: tanda perdarahan sistemik spontan
Hidung: epistaksis
Abdomen: nyeri tekan abdomen sebagai tanda pendarahan intrabdomen atau retroperitoneal
Neurologis: lateralisasi, paralisis flaksid otot
Gejala berupa nyeri seluruh tubuh dan warna urin yang gelap merupakan indikasi kuat terjadinya rhabdomyolisis.
Penanganan
Metode-metode: insisi lokal, atau tusukan pada area gigitan, usaha untuk menghisap bisa dari luka, mengikat erat tourniquet di sekitar gigitan, shock elektrik, penggunaan bahan kimiawi atau topikal, tanaman atau es batu.
Prinsip utama dari bantuan dasar adalah usaha untuk memperlambat sistemik absorpsi bisa, menyelamatkan hidup dan mencegah komplikasi sebelum pasien mendapat layanan kesehatan, memantau simptom awal bisa yang membahayakan, mengatur transportasi pasien ke penyedia kesehatan, dan diatas semua itu tujuan utama adalah tidak membahayakan/ melukai korban.
menenangkan korban, melakukan imobilisasi seluruh tubuh korban dengan membaringkannya dalam recovery position¸ dan melakukan imobilisasi pada tangan/kaki yang terkena gigitan baik menggunakan sling, splint, maupun metode pressure bandage immobilization (PBI).
Selain itu, transportasi secepat mungkin korban menuju ke fasilitas kesehatan terdekat dan apabila memungkinkan bersama dengan ular yang menggigit, karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari penanganan medis korban.
Penanganan Lanjutan
Mempertahankan Airway, Breathing, dan Circulation serta memperhatikan tanda hemodinamik dan gejala penyebaran bisa ular.
Pemberian profilaksis tetanus, antibiotik, dan analgesic selain NSAID dapat diberikan mengingat terdapat resiko pendarahan.
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik,
Pem. Lab
Pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin/hematokrit, hitung trombosit, dan hitung sel darah putih dapat dijadikan indikasi
Pemeriksaan Apusan Darah Tepi (ADT)
Pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal
Pemeriksaan urin
Anti bisa ular
Prinsip Penanganan
Segera menjauh dari wilayah tempat di mana korban mengalami gigitan ular
Jika ular masih menempel di lokasi gigitan, gunakan tongkat atau alat lain untuk melepaskannya
Tetap tenang dan usahakan untuk mengingat jenis, warna, serta ukuran ular, Posisikan area gigitan lebih rendah dari jantung
Tutup bekas gigitan dengan kain kering yang bersih
Singkirkan segala sesuatu yang ketat dari sekitar bagian tubuh yang mengalami gigitan, seperti cincin, gelang kaki, gelang tangan untuk mengurangi risiko apabila terjadi pembengkakan
Longgarkan pakaian yang dipakai oleh korban
Sekalipun korban memang benar digigit oleh ular berbisa, korban masih bisa diselamatkan karena biasanya risiko kematian tidak langsung terjadi segera setelah mengalami gigitan ular
Metode perban imobilisasi tekanan hanya direkomendasikan untuk gigitan ular neurotoksik yang tidak menyebabkan pembengkakan lokal
Gunakan tandu darurat untuk membawa orang yang terkena gigitan ke tempat di mana transportasi tersedia untuk membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat
Bawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat secepat mungkin
Pantau jalan napas dan pernapasan korban dengan cermat dan bersiaplah untuk menyadarkan kembali apabila korban kehilangan kesadaran
TAK BERBISA
Definisi
Pada umumnya terdapat empat binatang yang paling sering menyebabkan luka gigitan pada manusia yaitu anjing, kucing, tikus dan ular.
Sebagian besar kasus (60-90%) luka gigitan disebabkan oleh anjing, diikuti kucing sebesar 5-15% dan sisanya oleh binatang yang lain.
Komplikasi terberat luka gigitan binatang ini adalah terinfeksi virus rabies pada luka akibat gigitan anjing dan kucing, serta kematian pada gigitan ular.
Klasifikasi
Anjing/ Kera (Rabies)
Definisi
Rabies adalah suatu infeksi virus yang ditularkan melalui air liur penderita rabies. Penularan virus ini dapat terjadi antara manusia-manusia, hewan-hewan, dan juga hewan-manusia. Saat ini, transmisi virus rabies paling banyak ditemukan antara hewan khususnya anjing dan manusia.
Binatang Tersangka
Binatang liar, meneteskan air liur dengan lidah terjulur, mengeluarkan busa, binatang yang tidak jelas riwayat imunisasinya
Patologi
• Virus rabies masuk melalui luka gigitan/cakaran, virus akan menetap selama 2 minggu di sekitar luka gigitan dan melakukan replikasi di jaringan otot sekitar luka gigitan.
• Virus akan berjalan menuju susunan saraf pusat melalui saraf perifer tanpa ada gejala klinis.
• Setelah mencapai otak, virus akan melakukan replikasi secara cepat dan menyebar luas ke seluruh sel-sel saraf otak/neuron terutama sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.
• Setelah memperbanyak diri, virus berjalan ke arah perifer melalui serabut saraf eferen baik sistem saraf volunter maupun otonom.
• Kemudian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh
Gejala Pada Manusia
Tahap Prodromal
Pada tahap awal gejala yang timbul adalah demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan/ anorexia, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan dan sering ditemukan nyeri.
Tahap Sensoris
Pada tahap ini sering ditemukan rasa kesemutan atau rasa panas (parestesi) di lokasi gigitan, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsang sensorik
Tahap Eksitasi
Mengalami gangguan neurologik, tampak bingung, gelisah, mengalami halusinasi, tampak ketakutan disertai perubahan perilaku menjadi agresif, serta adanya bermacam-macam fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, fotofobia.
Gejala lainnya yaitu spasme otot, hiperlakrimasi, hipersalivasi, hiperhidrosis dan dilatasi pupil. Setelah beberapa hari pasien meninggal karena henti jantung dan pernafasan. Dari seluruh penderita rabies sebanyak 80% akan mengalami tahap eksitasi dan lamanya sakit untuk tahap ini adalah 7 hari dengan rata-rata 5 hari.
Paralisis
paralisis otot secara bertahap dimulai dari bagian bekas luka gigitan/cakaran, penurunan kesadaran berkembang perlahan dan akhirnya mati karena paralitik otot pernafasan dan jantung. Lamanya sakit untuk rabies tipe paralitik adalah 13 hari, lebih lama bila dibandingkan dengan tipe furious.
Serangga
Luka gigitan ini biasanya tidak disadari oleh penderita karena ukurannya yang sangat kecil, keluhan biasanya mulai timbul setelah ada reaksi seperti bengkak dan nyeri.
Kemungkinan infeksi pada luka ini lebih kecil karena jaringan kulit tidak robek selayaknya luka gigitan hewan lain.
Jika menemukan luka gigitan serangga diberikan balsem yang banyak digunakan di rumah tangga. Bila tidak membaik, periksakan ke dokter
Patogenesis
Terdapat berbagai mekanisme timbulnya alergi setelah terjadi sengatan lebah.
reaksi yang ringan (delayed hypersensitivity),
reaksi yang berat (immediate hypersensitivity reaction)
Alergen yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas tersebut berasal dari berbagai jenis bisa lebah.
Gejala
Bengkak, Gatal-gatal, Ruam dan kemerahan, Panas seperti terbakar, Kaku atau kesemutan, Nyeri pada area yang digigit.
Demam, Mual dan muntah, Pusing, Pingsan, Jantung berdebar, Bengkak di wajah, bibir, atau tenggorokan, Sulit menelan dan bicara, Sesak napas.
Kucing
Betina lebih mungkin melakukan gigitan kucing daripada jantan.
Cedera akibat gigitan kucing tampaknya tidak separah kebanyakan
Gigitan kucing lebih mungkin terjadi memiliki gejala sisa yang serius karena tusukannya kecil dan dalam, luka yang sulit dibersihkan.
Tingkat infeksi pada kucing gigitan di Amerika Serikat bervariasi tetapi bisa sampai 50%.
Penanganan gigitan Anjing
Hal pertama setelah digigit anjing adalah segera menjaga jarak dengan anjing tersebut
Saat sudah aman, cari tahu apakah anjing tersebut terinfeksi oleh rabies atau tidak.
Luka gigitan anjing menyebabkan :Infeksi bakteri, Kerusakan saraf dan otot, Patah tulang, Rabies, Tetanus
Pertolongan pertama
• Cuci bekas gigitan anjing sampai bersih, Cuci dan tekan area yang terluka
• Balut luka dengan kain, Mengonsumsi obat pereda nyeri
• Periksakan diri ke dokter, Jika muncul tanda-tanda infeksi, seperti luka memerah, bengkak, teraba hangat, atau bernanah
• Konsultasi dengan dokter riwayat anjing vaksinasi rabies
Pencegahan Rabies
Pencucian luka Pencucian luka dengan menggunakan harus segera dilakukan setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran atau gigitan) terhadap HPR untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka gigitan. Pencucian luka dilakukan sesegera mungkin dengan sabun dibawah air mengalir selama kurang lebih 15 menit.
Pemberian Antiseptik
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR)
Tujuan pemberian vaksin anti rabies adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh. Namun bila virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat pemberian vaksin anti rabies ini tidak akan memberikan manfaat lagi
Vaksin Rabies
A. Purified Vero Rabies Vaccine/PVRV (Verorab®)
B. Purified Chick Embriyo Cell-culture Vaccine/PCECV (Rabipur®)