Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
TRAUMA/ CEDERA PADA BAYI BALITA DAN APRAS (1) - Coggle Diagram
TRAUMA/ CEDERA PADA BAYI BALITA DAN APRAS (1)
GIGITAN BINATANG
BERBISA
tanda gejala
flushing
palpitasi
sesak
pusing
nyeri dan bengkak pada tempat gigitan
nyeri dada
keringat dingin
akroparastesia
klasifikasi
moderate
severe
minor
major
diagnosis
identifikasi jenis ular yang menggigit
adanya gejala klinis
identifikasi onset & lokasi gigitan ular
patofisiologi
toksik menyebar melalui peredaran darah
menyebabkan gangguan sistem tubuh
bisa ular masuk kedalam tubuh
tatalaksana
pencegahan
gunakan celana panjang dan sepatu bot saat bepergian ke tempat yang diduga menjadi habitat ular
Jangan pernah memasukkan tangan ke dalam lubang atau celah batu
jangan pernah mencoba untuk mengganggu jika melihat ular
ketika mendirikan tenda, sebaiknya pilih tempat yang jauh dari rawa, area tanah basah dan tempat-tempat yang dicurigai sarang ular.
pertolongan pertama
melakukan imobilisasi seluruh tubuh korban dengan membaringkannya dalam recovery position
imobilisasi pada tangan/kaki yang terkena gigitan
menenangkan korban
usahakan area yang digigit ular tidak bergerak(mencegah penyebaran arcun ke area tubuh lainnya)
segera bawa ke RS untuk ditangani lebih lanjut
suatu keadaan ketika seseorang mendapat gigitan dari binatang berbisa (ular) yang menimbulkan tanda dan gejala klinis, sehingga perlu dilakukan penanganan dengan segera
TIDAK BERBISA
klasifikasi
luka dalam
luka ringan
luka yang terinfeksi
patofiosiologi
virus masuk sistem saraf perifer berjalan secara retrograde
replikasi virus pada ganglion spinal dan terus berjalan ke atas menuju SSP
replikasi virus rabies di jaringan otot sekitar lokasi gigitan
infeksi otak, virus replikasi secara cepat di sel-sel otak
virus masuk melalui gigitan
virus menyebar ke berbagai jaringan dan organ seperti kelenjar ludah, kornea dan ginjal
etiologi
gigitan hewan liar seperti anjing, kucing, kera atau lainnya yang terinfeksi lyssa virus (virus rabies)
tanda gejala
Tahap Sensoris (rasa kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsang sensorik)
Eksitasi (gangguan neurologik, penderita tampak bingung, gelisah, mengalami halusinasi, tampak ketakutan disertai perubahan perilaku menjadi agresif, serta adanya fobia)
Tahap Prodromal (demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan/ anorexia, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan dan sering ditemukan nyeri)
Tahap Paralisis (paralisis otot secara bertahap dimulai dari bagian bekas luka gigitan/cakaran, Penurunan kesadaran)
salah satu masalah kesehatan yang berpotensial menimbulkan penyakit rabies
tatalaksana
anamnesis
riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing, kucing, atau binatang lainnya
gejala
pemeriksaan fisik
luka gigitan mungkin sudah sembuh
ditemukan gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh (50%), mioedema (menetap selama perjalanan penyakit).
Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi,hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindromaabnormalitas ADH, paralitik/paralisis flaksid.
d. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
Tanda patognomonis Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yangpersisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratorisspasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia.
penanganan
pertolongan pertama
cuci luka gigitan memakai sabun dengan air mengalir selama 10-15 menit
berikan antiseptik pada luka gigitan
ke puskesmas/RS untuk mendapat pertolongan selanjutnya
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) Dan
Serum Anti Rabies (SAR)
LUKA BAKAR
tanda gejala
derajat II
Kulit tampak kemerahan, oedem dan nyeri lebih berat
terbentuk bulla
Mengenai epidermis dan sebagai lapisan dermis
derajat III
Mengenai epidermis dan dermis serta lapisan di bawahnya (kerusakan jaringan permanen)
Kulit tampak pucat
Tidak ada bulla
tidak nyeri karena ujung saraf dan pembuluh darah sudah hancur
derajat I:
sedikit edema
Kulit tampak eritema (kemerahan), kering tanpa terbentuk bulla.
Terasa nyeri/ hipersensitif
Hanya mengenai lapisan epidermis
klasifikasi
Zona statis
zona hiperemesis
Zona koagulasi/ nekrosis
tingkat keparahan
Luka bakar derajat 1: hanya menyebabkan kerusakan di lapisan luar kulit (epidermis).
Luka bakar derajat 2: hingga menyebabkan kerusakan di lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).
Luka bakar derajat 3. Kerusakan hingga mencapai lapisan lemak, serta merusak saraf dan pembuluh darah.
tatalaksana
pertolongan pertama
Hentikan proses trauma bakar dan sebelum memberi pertolongan pastikan tempat korban berada telah aman
singkirkan baju dan benda benda yang menempel pada kulit yang terbakar, karena jaringan yang terkena akan menjadi oedem
setelah sumber panas dihilangkan, rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir minimal 15 menit (bukan air es)
lanjutan
derajat II
bulla dikompres dengan kassa yang sudah dibasahi NS, usahakan tidak sampai memecah bulla dengn teknik yg tidak asepsis
berikan primary dressing seperti hydrocoloid, hydrogel (bioplacenton)
keringkan luka bakar dengan kassa steril
beri kassa steril lalu kassa gulung + hypafix
pemberian analgesik jika diperlukan
derajat II berat dan III
stabilissasi (airway, breathing, circulation, disability, exposure)
lakukan penanganan awal luka bakar dan rujuk
derajat I
keringkan luka bakar dengan kassa steril
berikan primary dressing seperti hydrocoloid, hydrogel (bioplacenton)
pemberian analgesik jika diperlukan
kondisi rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh suhu panas, misalnya karena air, uap, atau minyak panas, bahan kimia keras, listrik, radiasi, atau gas yang mudah terbakar.
patofisiologi
kontak dengan sumber panas
pembuluh darah kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi
menyebabkan oedem dan timbul bula yang banyak elektrolit
mengakibatkan berkurangnya volume cairan intravaskular