Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
PENYAKIT PADA BAYI DAN BALITA, Ida Ayu Gabriella S. /185070600111028/PSKB…
PENYAKIT PADA BAYI DAN BALITA
Demam Dengue
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, tinggi, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, ditesis hemoragik dan Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif. (Nurarif & Hardhi, 2015).
Menyebabkan
Demam berdarah
Sindrom Renjat Dengue
Etiologi
virus dengue
Aedes aegypti
Aedes albopticus
Aedes niveus
Aedes niveus
Aedes polynesiensis
Aedes scuttelaris
Tanda dan gejala
gejala awal
badan nyeri
ruam
perdarahan
demam tinggi
pembesaran hati
Syok
Perjalanan penyakit
Fase Demam
Fase Kritis/ Pembesaran plasma
Fase Recovery/ Penyembuhan
4 tahap derajat
Derajat 2
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
Derajat 3
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
Derajat 1
Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
Derajat 4
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
Faktor risiko
Pernah mengalami infeksi virus dengue sebelumnya;
Tinggal atau bepergian ke daerah tropis; dan
Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.
Komplikasi
Tekanan darah menurun.
Pelebaran pupil.
Napas tidak beraturan.
Mulut kering.
Kulit basah dan terasa dingin.
Denyut nadi lemah.
Jumlah urine menurun.
Tatalaksana
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kebersihan
Mengurangi kontak atau gigitan nyamuk
Malaria
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal
Etiologi
Plasmodium falciparum
Plasmodium ovale
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium knowlesi
Tanda dan gejala
Gejala Flu
Demam Tinggi
Ikterus
Kejang Tubuh
Diare
Tubuh Terasa Lemas
Nafas Cepat
Nafsu Makan Hilang
Perdarahan
Volume Urin Sedikit
Tatalaksana
Pengobatan malaria menggunakan artemisinin based combination therapy (ACT) yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat anti malaria lainnya
Follow Up (Pemeriksaan Ulang Darah Tepi)
Pneumonia
Peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan mycoplasma(fungi)
Tanda dan gejala
Demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare
Batuk, napas cepat (tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger dan sianosis
Faktor resiko
Status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).
Klasifikasi
Pneumonia Komunitas
Pneumonia Nosokomial
Patogenesis
Keaadan (Imunitas) Pasien
Mikroorganisme Yang Menyerang Pasien
Lingkungan Yang Berinteraksi Satu Sama Lain
Etiologi
Bakteri
Bakteri penyebab pneumonia tersering adalah Haemophilus influenzae (20%),Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri penyebab lain adalah dan Staphylococcus aureaus Klebsiella pneumoniae.
Virus
Sedangkan virus yang sering menjadi penyebab pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza.
Jamur
Jamur yang biasanya ditemukan sebagai penyebab pneumonia pada anak dengan AIDS adalah Pneumocystis jiroveci (PCP).
Patofisiologis
Pneumonia terjadi akibat penyebaran kuman infeksi dari traktus respiratorius atas ke traktus respiratorius bawah melalui aliran darah.
Mekanisme pertahanan meliputi reflek batuk, rambut mukosa, pagositosis oleh makrofag alveolus, reaksi peradangan dan respons imun dalam melindungi seseorang dari menghirup kuman yang pathogen.
Kuman pathogen ini menginvasi/menyerang seseorang dengan mengeluarkan toksin kemudian menstimulasi dan merusak mekanisme pertahanan.
Toksin yang dihasilkan merusak daya tahan tubuh di bagian membrane mukosa paru sehingga menyebabkan akumulasi debris dan eksudat di jalan nafas, sehingga akan mengakibatkan perbandingan ventilasi dan perfusi tidak normal
Pneumonia lobaris meliputi satu atau lebih lobus yang terserang,
Pneumonia interstitial meliputi dinding alveolus, peribrochial dan jaringan interlobular dan pneumonia bronchial meliputi bronchus dan seluruh paru
Diagnosis
Pneumonia ringan
Napas cepat:
pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
Pneumonia berat
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)
Napas cepat:
Tatalaksana
Pneumonia ringan
Anak di rawat jalan
Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Pneumonia berat
Dirawat di Rumah Sakit
Pemberian Antibiotik
Terapi Oksigen
Diare
buang air besar pada bayi atau anak dengan frekuensi lebih dari empat kali perhari yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair baik dengan maupun tanpa disertai lendir dan darah.
Etiologi
Infeksi
Malabsorpsi
Makanan
Alergi dan Imunodefisiensi
Penyebab lain
Klasifikasi
Diare Akut
Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Disentri
Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
Diare Kronik
Diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
Tanda dan gejala
Gejala Awal
cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada
Diare Timbul
Tinja cair dan mungkin disertai lender atau darah
Warna Tinja
Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu
Anus Lecet
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
Tatalaksana
Mencegah terjadinya dehidrasi
Mengobati dehidrasi
Mempercepat kesembuhan
Memberi Makanan
Mengobati Masalah Lain
mecegah terjadinya dehidrasi
Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya
Pemberian ORALIT sampai diare berhenti
Memberikan air minum
Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan
Otitis media akut
infeksi pada telinga tengah yang onsetnya bersifat akut, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah
Patofisiologis
streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, moraxella catarrahalis
berkolonisasi pada nasofaring mulai dari saat masa bayii
tidak menimbulkan gejala sampai terjadi perubahan pada lingkungan pada nasofaring
Virus pada infeksi saluran pernafasan atas -> inflamasi pada nasofaring, yang menyebabkan perubahan pada sifat kepatuhan bakteri dan kolonisasi, dan gangguan fungsi dari tuba Eusthacius
Anak-anak biasanya rentan terhadap otitis media akut karena imunitas sistemik yang tidak matang dan imunitas anatomi yang tidak matang
Virus influenza A, Corona virus NL63, dan respiratory syntical virus (RSV) meningkatkan sifat kepatuhan bakteri pada sel epitel
Virus influenza A juga memacu kolonisasi S. pneumoniae pada nasofaring
memodifikasi fungsi imunitas, mengganggu aktivitas antibiotik, merubah propertis dari jaringan mukus dan menghilangkan pembersihan pada mukosiliar yang melapisi sel
Perubahan mukosiliar dari tuba Eusthacius menyebabkan tersumbatnya tuba Eusthacius dan terjadi tekanan negatif pada telinga tengah
Tekanan negatif ini memfasilitasi masuknya bakteri dan virus patogen ke dalam rongga telinga tengah menyebabkan inflamasi telinga tengah, akumulasi cairan telinga tengah, dan gejala otitis media akut
Manifestasi Klinis
kemerahan pada membran timpani (sangat merah/merah sedang)
sakit pada telinga
cairan pada telinga tengah
anak mengalami demam, sakit telinga, iritabilitas, bersamaan dengan gejala gangguan sistem pernafasan akut
membran timpani keruh dan mengembung dengan gangguan motilitas
Pendengaran biasanya terganggu, rasa penuh dalam telinga, tinitis dan bahkan vertigo dapat terjad
Penatalaksanaan
Stadium Oklusi
Pemberian obat tetes hidung
Stadium Hiperemis
Diberikan antibiotik, antiradang, dan antinyeri
Stadium Supurasi
Pemberian antibiotik dan perobekan pada sebagian kecil selaput yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah
Stadium Perforasi
Diberikan obat cuci telinga dan antibiotik
Ostitis media kronis
radang kronis pada mukosa telinga tengah ditandai dengan adanya perforasi membran timpani dan riwayat
Etiologi
Lingkungan Kotor
Otitis Media sebelumnya
Infeksi Saluran Napas Atas yang tidak diobati
Terdapat Sumber Infeksi di Telinga Tengah dan Mastoid
Defisiensi imun sistemik(Kelainan humoral dan cell-mediated )
Klasifikasi
Tipe Tubotimpanal (mukosa atau benigna atau jinak)
ditandai perforasisentral atau pars tensa dan terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.
Tipe Atikoantral (tulang atau maligna atau ganas)
adanya kolesteatoma danberbahaya sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknyakeratin sampai menghasilkan kolesteatoma.
Gejala Klinis
Telinga Berarir (Otorea)
Gangguan pendengaran
Otalgia (Nyeri Telinga)
Patofisiologi
OMSK berawal dari infeksi akut terlebih dahulu. OMSK terjadi karena adanya iritasi dan inflamasi mukosa telinga tengah yang disebabkan multifactorial.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan telinga (otoskopik)
Pemeriksaan penunjang lainnya (audimetri, endoskopi, timpanometri dll)
Komplikasi
Gangguan pendengaran
Infeksi menyebar ke jaringan sekitar telinga
Meningitis
Robeknya gendang telinga
Keterlambatan perkembangan berbicara
Abses otak
Tatalaksana
OMSK benigna fase tenang
OMSK benigna fase aktif
Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
Pemberian antibiotic
OMSK maligna
pengobatan yang tepat yaitu dengan tindakan operasi
Pengobatan konservatif dengan medikamentose (terapi sebelum pembedahan)
Jenis pembedahan: mastoidektomi, miringoplasti, timpanoplasti
Tujuan: menghentikan infeksi permanen, memperbaiki membrane timpani, mencegah terjadi komplikasi
Mastoiditis
infeksi bakteri pada tulang mastoid.
Etiologi
streptococcus pneumoniae
Streptococcus pyogens
Pseudomonas aeruginosa
Haemophilus influenzae
Staphylococcus aureus
Klasifikasi
Incipient Mastoiditis
Acute Coalescent Mastoiditis
Subacute Mastoiditis
Tanda dan Gejala Mastoiditis
Tulang abses
Merah, membengkak, nyeri
Daun telinga terdorong ke arah samping dan bawah
demam
Keluar cairan banyak dari telinga
Nyeri menetap dan berdenyut
Diagnosa
Anamnesa
Riwayat otitis media
Otorea
Otalgia
Demam tinggi
Nyeri kepala
Penurunan pendengaran
Pemfis
Suhu tubuh meningkat
Edema dan eritema retrourikular
Perubahan posisi pina
Proptosis aurikula
Adanya pus
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : lukositosis dan LED meningkat
Foto polos mastoid : perselubungan mastoid dengan destruksi tulang
C-reactive protein : meningkat
Komplikasi
Abses subperiosteal
Petrous apicitis
Labyrinthitis
Meningitis
Penatalaksanaan
Anak harus dirawat di rumah sakit.
Beri ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, paling sedikit selama 14 hari.
Jika hipersensitif terhadap ampisilin, dapat diberikan eritromisin ditambah sulfa kotrimoksazol sampai tanda dan gejalanya hilang.
Pasien dengan mastoiditis (apalagi jika ada tanda iritasi susunan syaraf pusat) sebaiknya dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan tindakan insisi dan drainase abses mastoid atau mastoidektomi atau tatalaksana komplikasi intrakranial otogenik. Bila tidak ada spesialis THT, insisi abses dapat dilakukan oleh dokter lain.
Jika anak demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan anak gelisah atau rewel, berikan parasetamol.
Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah
Klasifikasi
Defisiensi Besi
Megaloblastik
Hemolitik
Hipoplastik/ Aplastik
Patofisiologi
Asupan besi yang tidak cukup, missal : Pada masa bayi – bayi yang hanya diberi diet susu saja selama 12 – 24 bulan dan pada individu – individu tertentu yang vegetarian ketat
Gangguan absorsi seperti gastrektomi
Kehilangan darah menetap, seperti pada perdarahan saluran cerna lambat akibat polip, neoplasma, gastritis, varises esofagus, ingesti aspirin
Etiologi
Gangguan pembentukan eritrosit
Perdarahan
Hemolisis
Faktor resiko
Lahir BBLR
Lahir Prematur
Lahir dari Ibu yang Anemia
Terlalu dini mengkonsumsi susu sapi
Kebutuhan meningkat
Jenis Kelamin
Ekonomi/ pendapatan
Manifestasi Klinis
STADIUM II
Mulai timbul bila persediaan besi hampir habis. Kadar besi di dalam serum mulai menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam darah masih normal. Keadaan ini disebut stadium defisiensi besi.
STADIUM III
Keadaan ini disebut anemia defisiensi besi. Stadium ini ditandai oleh penurunan kadar hemoglobin MCV, MCH, MCHC disamping penurunan kadar feritin dan kadar besi di dalam serum.
STADIUM I
Hanya ditandai oleh kekurangan persediaan besi di dalam depot. Keadaan ini dinamakan stadium deplesi besi. Pada stadium ini baik kadar besi di dalam serum maupun kadar hemoglobin masih normal
Tatalaksana anemia
Pengobatan
Bayi berat lahir rendah, Anemia pada saat kehamilan, Kurang asupan zat besi, Infeksi berulang, Malabsorbsi, dll
Garam ferro (Sulfat, Glukanat, fumarate dll), Intramuskular / Intavena (Besi dekstrat), Transfusi Darah
Pengibatan oral
Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis.
Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal
Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis
Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.
Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping pemberian preparat besi)
Pencegahan
Makanan dengan Kandungan tinggi zat besi
Pemberian Asi yang dibarengin dengan kandungan zat besi
Sanitasi lingkungan
Ida Ayu Gabriella S. /185070600111028/PSKB 2018