Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
TRAUMA ATAU CIDERA PADA ANAK - Coggle Diagram
TRAUMA ATAU CIDERA PADA ANAK
LUKA BAKAR
KLASIFIKASI
Derajat 2 :
Terjadi kerusakan dari seluruh lapisan kulit. Luka bakar meliputi
epidermis dan lapisan atas dari dermis
. Epidermis dapat mengalami koagulasi, pengerutan yang dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa minggu, jaringan yang nekrosis akan mengelupas dan meninggalkan ulkus yang sembuh secara lambat.
Derajat 3 :
Luka bakar dengan kerusakan yang luas
tidak hanya pada kulit dan subkutis, tetapi juga pada otot dan tulang.
Kerusakan pada ujung-ujung syaraf mengakibatkan kehilangan rasa nyeri. Devitalisasi jaringan pada area luka bakar menyebabkan rentan terhadap infeksi dan penyembuhan berjalan lambat
Derajat 1 :
Disebut juga luka bakar
superficial
. Terjadi eritema dan blister tanpa kehilangan epidermis, yang sering disebut sebagai epidermal burn. Disini kapiler mengalami dilatasi dan terjadi transudasi cairan ke dalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema dan akan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
PATOFISIOLOGI
Reaksi inflamasi lokal dan sistemik, dengan hasil akhir terjadinya perpindahan cairan ke ruang intersitisial. Efek sistemik luka bakar akan jelas terlihat bila luas luka bakar mencapai > 20%. Beberapa keadaan yang perlu diperhatikan pada luka bakar adalah inflamasi, edema, kehilangan cairan dan elektrolit, infeksi
ETIOLOGI
Luka Bakar Listrik
Luka Bakar Kimiawi
Termal (Air Panas)
Luka Bakar Api
PENANGANAN AWAL
a. Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
b. Memadamkan pakaian yang terbakar
c. Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
d. Menyiram dengan air sebanyak -banyaknya bila karena zat kimia.
e. Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive).
ANGKA KEJADIAN
Menurut laporan WHO, setiap tahunnya 300.000 orang meninggal di seluruh dunia akibat luka bakar. Angka mortalitas tertinggi terdapat di regio
Asia Tenggara
dengan
11,6 kematian setiap 100.000 penduduk/tahun
.
Berdasarkan laporan data riset kesehatan dasar di Indonesia,
prevalensi luka bakar adalah 0,7% dari seluruh kejadian trauma.
Angka kejadian luka bakar paling tinggi terdapat pada kelompok
usia 1-4 tahun
PENANGANAN LANJUT
Mencegah Infeksi
Obati bila terjadi infeksi sekunder
Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh > 10%). Gunakan larutan Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal dengan glukosa 5%.
Menangani rasa sakit
Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik karena menghirup asap (napas mengorok, bulu hidung terbakar)
Periksa Imunisasi Tetanus
Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan tubuh; yang meliputi wajah, tangan, kaki, perineum, melewati sendi; luka bakar yang melingkar dan yang tidak bisa berobat jalan.
Pemberian Nutrisi Adekuat
DEFINISI
Bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan (meliputi kulit, mukosa hingga jaringan yang lebih dalam lagi.) akibat kontak dengan sumber panas, contohnya air panas, benda padat panas, asap atau api langsung, radiasi sinar ultraviolet/ infra merah, materi radioaktif, listrik atau bahan kimia.
PRINSIP PENANGANAN
Profilaksiis Tetanus
Menutup Luka
Mencegah Infeksi
Amati Infeksi Luka
Menghentikan Perdarahan
GIGITAN HEWAN
TIDAK BERBISA
PATOGENESIS
Serangga :
Terdapat berbagai mekanisme timbulnya alergi setelah terjadi sengatan lebah. Pada reaksi yang ringan biasanya terjadi hipersensitifitas tipe lambat (delayed hypersensitivity), sedangkan reaksi yang berat terjadi akibat hipersensitifitas tipe cepat (immediate hypersensitivity reaction).
Rabies :
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan/cakaran, virus akan menetap selama 2 minggu di sekitar luka gigitan dan melakukan replikasi di jaringan otot sekitar luka gigitan. Kemudian virus akan berjalan menuju susunan saraf pusat melalui saraf perifer tanpa ada gejala klinis. Setelah mencapai otak, virus akan melakukan replikasi secara cepat dan menyebar luas ke seluruh sel-sel saraf otak/neuron terutama sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuronneuron otak, virus berjalan ke arah perifer melalui serabut saraf eferen baik sistem saraf volunter maupun otonom
PENANGANAN
Rabies
Balut luka dengan kain
Mengonsumsi obat pereda nyeri
Cuci dan tekan area yang terluka
Periksakan diri ke dokter
Cuci bekas gigitan anjing sampai bersih
TANDA GEJALA
Rabies :
Tahap Prodromal, Sensoris, Eksitasi, Paralisis
Kucing :
Gigitan tusukannya kecil dan dalam, luka yang sulit dibersihkan, meningkatkan infeksi
Serangga :
(Gejala Ringan)
Bengkak, Gatal, Ruam kemerahan, panas seperti terbakar, kesemutan, nyeri pada area digigit.
(Gejala Berat)
Demam, Mual muntah, Pingsan, Jantung berdebar, Bengkak di wajah, Sulit menelan dan bicara, Sesak napas
PENCEGAHAN
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR)
KLASIFIKASI
Rabies
Serangga
Kucing
DEFINISI
terdapat empat binatang yang paling sering menyebabkan luka gigitan pada manusia yaitu anjing, kucing, tikus dan ular. Sebagian besar kasus (60-90%) luka gigitan disebabkan oleh anjing, diikuti kucing sebesar 5-15% dan sisanya oleh binatang yang lain. Komplikasi terberat luka gigitan binatang ini adalah terinfeksi virus rabies pada luka akibat gigitan anjing dan kucing, serta kematian pada gigitan ular.
BERBISA
MANIFESTASI KLINIS
Vital sign: denyut nadi dan perbedaan tekanan darah saat duduk dan berdiri untuk melihat adanya postural drop.
Kulit dan membran mukosa: ptekie, purpura, ekimosis, dan pendarahan konjungtiva.
Sulcus gingivalis: tanda perdarahan sistemik spontan
Hidung: epistaksis
Abdomen: nyeri tekan abdomen sebagai tanda pendarahan intrabdomen atau retroperitoneal
Neurologis: lateralisasi, paralisis flaksid otot
Gejala berupa nyeri seluruh tubuh dan warna urin yang gelap merupakan indikasi kuat terjadinya rhabdomyolisis.
PENANGANAN AWAL
Metode-metode tersebut meliputi: insisi lokal, atau tusukan pada area gigitan, usaha untuk menghisap bisa dari luka, mengikat erat tourniquet di sekitar gigitan, shock elektrik, penggunaan bahan kimiawi atau topikal, tanaman atau es batu.
Pertolongan pertama yang direkomendasikan adalah upaya menenangkan korban, melakukan imobilisasi seluruh tubuh korban dengan membaringkannya dalam recovery position¸ dan melakukan imobilisasi pada tangan/kaki yang terkena gigitan baik menggunakan sling, splint, maupun metode pressure bandage immobilization (PBI)
KLASIFIKASI
• Derajat nol (0) = terdapat gambaran khas yaitu : terdapat Luka bekas gigitan, bisa terasa Nyeri atau timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar < 3cm dalam 12 jam.
• Derajat satu (1) = terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri , Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar 3 – 12 cm dalam 12 jam.
• Derajat dua (2) = terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri sekali, Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar 12 - 25 cm dalam 12 jam, timbul neurotoksik, terasa mual mual, pusing dan timbul syok.
• Derajat tiga (3) = terdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri sekali , Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar lebih 25 cm dalam 12 jam, timbul perdarahan kulit, mual mual, pusing dan timbul syok.
• Derajat empat (4) = erdapat Luka bekas gigitan, terasa Nyeri sekali , Timbul pembengkakan atau edema serta kemerahan atau eritema dengan lebar lebih 25 cm dalam 12 jam, timbul perdarahan kulit, mual mual, pusing, gagal ginjal kronik dan koma.
PENANGANAN LANJUTAN
Pasien harus ditenangkan terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kecemasannya, penanganan awal berupa primary survey yang direkomendasikan oleh panduan Advance Trauma Life Support dengan mempertahankan Airway, Breathing, dan Circulation serta memperhatikan tanda hemodinamik dan gejala penyebaran bisa ular. Pemberian profilaksis tetanus, antibiotik, dan analgesic selain NSAID dapat diberikan mengingat terdapat resiko pendarahan.
DEFINISI
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
PRINSIP PENANGANAN
• Jangan memanipulasi luka, baik dengan cara menyedot bisa ular dari tempat gigitan atau menyayat kulit agar bisa keluar bersama darah
• Jangan menggosok bekas gigitan dengan zat kimia atau mengompresnya dengan air panas atau es
• Jangan memberi korban minuman beralkohol atau kopi
• Jangan pernah mencoba mengejar dan menangkap ular
• Hindari menggunakan metode pertolongan secara tradisional seperti memberikan obat-obatan herbal atau bentuk pertolongan pertama yang tidak direkomendasikan
Jangan pernah menggunakan tourniquet arteri atau alat penghenti pembuluh darah yang ketat
ANGKA KEJADIAN
WHO (World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta orang setiap tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan sebanyak tiga kali lipat amputasi serta cacat permanen lain
TENGGELAM
ANGKA KEJADIAN
Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2016) melaporkan kematian tenggelam termasuk 10 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa. Data menunjukan kejadian tenggelam setiap tahunnya merenggut 372.000 jiwa. Diperkirakan pada tahun 2030 kematian akibat tenggelam akan meningkat mencapai 5.208.000. Kedepannya kematian tenggelam tetap akan menjadi 10 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa
Di Indonesia mencapai 633 kejadian dengan jumlah korban tenggelam keseluruhan sekitar 5097 orang korban dan yang meninggal sekitar 278 orang atau sekitar 5,4% yang meninggal (Basarnas, 2015).
DAMPAK
SSP :
Takikardi, Hipertensi, Takipnea, Diaforesis, Agitasi, Kekakuan Otot, Kejang
Kardiovaskular :
Hipovolemia, Hipotensi, Disfungsi Miokardia, Hipertensi Pulmonal, Aritmia Primer
Paru :
Gangguan surfaktan alveolar, etelektasis, penurunan compliance paru, hipoksia, hipertensi pulmonal, edema paru, Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), Pneuonitis
Infeksi :
Sinus, Paru-paru, SSP, Infeksi tempat lain jarang, Infeksi Bakteri, amuba dan jamur.
DEFINISI
Gangguan pernapasan akibat terendam/ dimasukan dalam cairan, yang mungkin mengakibatkan kematian, kesakitan, atau tidak menyebabkan sakit. Cairan yang dimaksud tidak harus air.
PATOFISIOLOGI
Saat korban meronta untuk menyelamatkan diri atau bahkan panik. Kemudian dorongan untuk bernafas (“air hunger”) akan menyebabkan terjadinya inspirasi spontan – terengah-engah, mengakibatkan terjadinya aspirasi cairan yang dapat menghalangi jalan nafas korban sehingga dapat menghambat korban untuk bernafas, kemudian akan diikuti oleh kejang dan kematian oleh karena hipoksemia. Proses ini dikenal juga dengan
wet drowning
. Pada beberapa kejadian korban tidak meminum air, melainkan terjadi spasme laring yang juga dapat mengakibatkan terjadi hipoksemia dan kematian yang dikenal dengan istilah
dry drowning
PATOGENESIS
Kekurangan udara dan biasanya panik
Refleks upaya inspirasi menyebabkan aspirasi air dan laringospasme terjadi asfiksia dan hipoksemia/asidosis.
PENANGANAN
Bantuan hidup dasar penanganan airway, breathing, circulation (ABC) merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban yang mengalami penurunan kesadaran
Penilaian pernapasan
Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi.
KLASIFIKASI
Berdasarkan temperatur air
Tenggelam di air hangat, jika temperatur air > 200C
Tenggelam di air dingin, jika temperatur air 5-200C
Tenggelam di air sangat dingin, jika temperatur <50C
Berdasarkan tempat air terjadinya tenggelam
Tempat air alamiah (sungai , danau, laut dll)
Tempat air buatan manusia (bak mandi , sumur dll)
PRINSIP PENANGANAN
Bagi Penolong yang tidak bisa berenang :
Meminta bantuan, melemparkan benda yang mengapung, mengulurkan galah/tali
Bagi Penolong yang bisa berenang :
Meminta bantuan, mendekati dan menarik korban, menggunakan alat keselamatan.
Memastikan penolong mengetahui, memahami, dan dapat melaksanakan prinsip 3 aman :
(Aman diri sendiri, Aman Lingkungan, Aman Korban)
Setelah korban dipindahkan ke tempat yang aman, segera mencari pertolongan dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat serta
melaporkan ke pihak berwajib (polisi)
FAKTOR RESIKO
Balita dan kelompok usia remaja
Anak anak yang berada dalam kolam/ bendungan / saluran air dll
Air dengan arus deras/ pusaran/ bergelombang
Air yang lebih dingin
Pemakaian Alkohol dan obat obatan (pada pria)
Terkait cedera kepala dan leher
Kelelahan
KERACUNAN
PATOFISIOLOGI
Lokasi Patogen :
Patogen di usus halus akan mengganggu sekresi dan absorpsi sehingga diare yang timbul biasanya dalam jumlah banyak dan sangat berair. Diare dalam jumlah banyak ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit atau asam basa
Patogen Invasif dan Non Invasif :
Patogen yang bersifat
invasif
akan menyebabkan diare inflamatori. Proses invasi ini melalui kerusakan sel epitel saluran pencernaan, baik yang dirusak secara langsung, maupun kerusakan oleh sitotoksin. Manifestasi yang timbul biasanya adalah diare berdarah. Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan sel darah putih. patogen yang
tidak menginvasi
, epitel saluran pencernaan akan mengalami iritasi dan timbul diare yang berair tanpa adanya sel darah putih pada pemeriksaan feses.
Toksin dan Nontoksin :
Toksin yang dihasilkan di makanan atau sebelum tertelan umumnya menimbulkan gejala yang lebih cepat, yaitu sekitar 2–12 jam. Toksin ini dapat menyerang sistem gastrointestinal atau sistem saraf pusat. Toxin yang diproduksi di dalam tubuh atau terbentuk setelah tertelan memiliki masa inkubasi yang lebih lama yaitu 24 jam atau lebih. Manifestasi yang dihasilkan dapat berupa diare, baik berdarah maupun tidak.
PENANGANAN
Keracunan Besi
Lakukan pengambilan darah pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penentukan kadar besi serum dan kapasitas pengikaan besi.
Lambung pertama kali harus dibilas dengan larutan natrium bikarbonat 1% dengan memakai tabung gaster berlubang besar. Dilanjutkan dengan larutan 2-3% sejumlah 200-500cc dan disisakan 50-100 cc di dalam lambung. Hindari bilas dengan fosfat karena dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit.
Sirup ipekak harus diberikan unuk menginduksikan muntah, meskipun muntah sudah terjadi sebelum perawatan, ini untuk mengosongkan lambung lebih lanjut.
Suatu film pemandu dari abdomen perlu dibuat, karena tablet yang mengandung besi adalah opak dan seing dapat dilihat pada rontgen organ.
Oleh karena itu uji desferoksamin challenge harus dilakukan pada semua pasien yang kemingkinan besar mengingesti besi, meskipun tanpa adanya tanda-tanda klinis toksisitas.
Desferoksamin harus diberikan secara IV atau IM untuk kadar di atas 500 mikrogram/dl dan untuk kadar diatas 350 mikrogram/dl jika terdapat tanda-tanda klinis toksisitas.
Semua urin harus dikumpulkan dan tiap perubahan warna sesudah pemberian obat harus dicatat
Terai simtomatis harus dilaksanakan sesuai indikasi.
Keracunan Racun
• Simpan bahan beracun dengan benar, termasuk produk rumah tangga dan setiap bahan kimia, di tempat yang tidak terjangkau oleh anak, misalnya, garasi atau gudang, di alam lemari terkunci atau rak tinggi. Kunculah lemari obat. Jika mungkin, belilah bahan korosif, misalnya pembersih saluran air dalam kemasan sekali pakai.
• Lakukan pemeriksaan dari posisi setinggi masa anak di setiap ruangan rumah atau pusat pengasuhan anak, untuk melihat bahaya yang bisa ditemukan.
• Hindari gangguan ketika menggunakan bahan beracun.
• Jangan menyimpan produk rumah tangga bersama makanan.
• Belilah produk yang tutup wadahnya aman untuk anak. Meskipun jauh lebih aman daripada wadah biasa, tetapi mereka bukan sama sekali aman bagi anak. Anak memerhatikan dan meniru perilaku orang dewasa, dan beberapa anak menguasai keterampilan membuka tutup wadah. Selain itu, penutup ini juga tidak berfungsi jika tidak dipasang dengan benar.
• Berhati-hatilah dalam penyimpanan kosmetik dan produk perawatan rambut serta tubuh yang kemasannya tidak aman bagi anak.
• Simpan produk dalam kemasan dan label aslinya
Keracunan Obat
• Pertahankan jalan napas dan ventilasi
• Absorpsi dan keluarkan obat
• Perawatan umum pada pasien tak sadar-perawtan, fisioterapi, mempertahankan keseimbangan cairan untuk fungsi ginjal, dan mengatasi syok
• Pemeriksaan psikiatrik
• Pusat terapi racun.
Keracunan Jamur
• Dalam setiap proses pengolahan makanan, hindari jamur tersebut dengan cara tidak memakai makanan kadaluwarsa atau sudah basi.
• Hindari kerusakan bahan makanan dengan menyimpannnya di tempat yang aman, seperti di dalam lemari es.
• Hindari makanan yang telah rusak
Keracunan Botulisme
Memuntahkan benda atau makanan yang tertelan, membilas lambung, memberikan antioksidan dan antibiotik. Pengobata yang terbaik dilakukan di rumah sakit.
Keracunan Kepiting, Udang, Ikan Laut
• Mengusahakan memuntahkan isi perut anak dengan cara mencolok tenggorokannya dengan jari yang bersih atau memberi minuman air hangat. Jika perlu terus diberi minum sampai muntah.
• Anak yang menderita segera diberi obat penawar racun berupa norit.
• Jika pingsan dan tak bernapas segera diberi pernapasan buatan.
• Jika terjadi diare diberi cairan oralit
• Jika semua tindakan telah dilakukan dan tidak ada perubahan, segera bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.
DEFINISI
Keracunan
adalah kondisi yang disebabkan oleh menelan, mencium, menyentuh, atau menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun, atau gas.
Keracunan makanan
adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan kedalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang menimbulkan tanda dan gejala klinis. Keracunan makanan adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya mual, muntah, atau diare setelah mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi.
Keracunan Rumah Tangga
merupakan masuknya suatu racun ke dalam tubuh disebabkan oleh menelan, mencium, menyentuh, atau menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun, atau gas yang mengganggu fungsi organ dan dapat menimbulkan kematian. Keracunan bisa disebabkan oleh bahan kimia yang ada di rumah tangga
TANDA GEJALA
Gejala kllinis yang timbul akibat keracunan dapat bervariasi mulai dari yang sangat ringan sampai reaksi yang sangat berat sehingga menyebabkan kematian. Gejala keracunan biasanya timbul secara mendadak dengan gejala-gejala pusing, mual, muntah, kesadaran menurun dan kejang (cramp) perut/usus, kadang-kadang disertai dengan kejang otot serta tanda-tanda lain yang khas tergantung jenis racunnya
KLASIFIKASI
Makanan :
Jamur, Kentang hijau, Hidangan hasil laut, Keracunan ketela pohon, Keracunan Jengkol
Bahan Berbahaya Rumah Tangga :
Keracunan spiritus/metanol, asam cuka, air keras, bensin, minyak tanah, kamper, kaporit, karbol, terpetin, obat-obatan, hidrokarbon, Botulisme
PRINSIP TATALAKSANA
Carilah informasi tentang bahan penyebab keracunan, jumlah racun yang terpajan dan waktu pajanan ke dalam tubuh secara lengkap. Periksalah tanda terbakar di dalam atau sekitar mulut, atau apakah ada stridor (kerusakan laring) yang menunjukkan racun bersifat korosif.