Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
PROSES PENGEMBANGAN PROFESI GURU DENGAN PENDEKATAN LEARNING TECHNOLOGY BY…
PROSES PENGEMBANGAN PROFESI GURU DENGAN PENDEKATAN
LEARNING TECHNOLOGY BY DESIGN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Digital skill jelek (Fernández-Batanero et al., 2020)
Online-Blended Learning menjadi pembelajaran masa depan (Philipsen et al., 2019; Portillo & Lopez de la Serna, 2020)
Pemerintah meluncurkan akun pembelajaran (Kemdikbud, 2020; KOMINFO, 2020)
Kemdikbud menyiapkan 30 juta akun (Inas Widyanuratikah, 2020)
Pendekatan yang cocok adalah LTD (Koehler & Mishra, 2005)
LTD adalah cikal bakal TPACK (Koehler & Mishra, 2006)
TPACK framework yang membatu penguasaan ICT baik pre service teacher (Habibi et al., 2020; Schmid et al., 2021; Tondeur et al., 2020), in service teacher (Chai et al., 2020; Harris, 2016; Oda et al., 2020), hingga dosen (Castéra et al., 2020)
TPACK berpengaruh secara negatif terhadap technostress (Özgür, 2020)
Rekomendasi penelitian, salah satunya adalah mendalami Proses mengetahui dan melakukan (Harris et al., 2017)
Untuk mendapatkan data, penulis menyelenggarakan pelatihan GCE Bootcamp yang diselenggarakan secara umum (REFO, 2020a) dan Google Master Trainer yang ditujukan khusus untuk guru di bawah Kemdikbud (Kemdikbud, 2020a; REFO, 2020b)
Memberikan gambaran bagaimana proses Learning Tech by design
Rumusan Masalah
Manfaat Penelitian
Definisi Istilah
KAJIAN PUSTAKA
Pengembangan Profesional Guru
Tujuan
Kemampuan untuk menilai pencapaian siswa secara layak (Krolak-Schwerdt, 2014)
PD untuk guru TK bisa meningkatkan kualitas kelas (Yoshikawa et al., 2015).
Ada efek positif dari PD terhadap capaian membaca (Didion et al., 2020).
Pengembangan Profesional Guru yang Efektif
Kegiatan pengembangan profesional guru yang efektif (Darling-Hammond et al., 2017)
Mendorong kolaborasi
Komunitas guru yang sukses: kepemimpinan yang baik, dinamika grup yang positif, ada kepercayaan dan penghormatan (Vangrieken et al., 2017).
PD bisa juga menggunakan data respon/masukan siswa sebagai acuan perbaikan (Dam et al., 2020).
GEG dapat memfasilitasi munculnya inisiatif dan pembelajaran berdasarkan pengalaman (Artati, 2020).
Murid bisa mendukung kegiatan pengembangan profesional gurunya (Morris, 2019)
Berkelanjutan
PD yang berbasis riset bisa mempertahankan paktik baik guru (Duran et al., 2011).
Faktor yang menjadi motivator untuk menjaga perubahan setelah PD: perubahan perilaku dan hasil belajar yang dapat diamati secara langsung (Girvan et al., 2016).
Menyediakan umpan balik dan refleksi
Refleksi menggunakan video bisa meningkatkan kualitas pembicaraan dalam kelas dan kepercayaan diri guru, serta dampak perubahan ini bisa bertahan (Chen, 2020).
Video adalah alat pengembangan profesional yang efektif, tetapi penggunaan video semata tidak menjamin guru belajar (Major and Watson, 2018).
Menerapkan pembelajaran aktif
Integrasi engineering ke dalam pendidikan SMA faktor pendukungnya adalah: Aktivitas dunia nyata, kolaborasi dengan teman dan para ahli, pengembangan dan pemurnian implementasi dalam kelas, observasi minat dan perkembangan siswa (Mesutoglu and Baran, 2020).
Menggunakan model praktik efektif
Pendekatan PD perlu disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (Glickman et al., 2013; Imron et al., 2020).
Karakteristik PD efektif untuk pendidikan sains dan teknologi: fokus, aktivitas, kolaborasi, koherensi dengan isi, dan durasi (Hubers et al., 2020).
Intensitas dan durasi PD, keputusan desain riset, dan pemilihan hasil menentukan ukuran efek (Kowalski et al., 2020).
Berfokus pada isi
Guru yang diajari pengetahuan mengenai permainan memiliki kompetensi lebih tinggi dibandingkan guru yang diajari aspek pedagogis dari permainan (Hsu et al., 2015).
Temuan Content and Language Integrated Learning (CLIL) (Banegas, 2020)
Menyediakan pendampingan personal dan ahli
Online coaching tidak mengurangi efektivitas, meskipun demikian tatap muka bisa menjamin akuntabilitas dan dukungan langsung (Cilliers et al., 2021).
Mengkritisi Desimone (Kennedy, 2016):
PD yang berfokus pada konten bisa meningkatkan pengetahuan guru, tetapi tidak berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa (Garet et al., 2016).
Kritik terhadap model yang sudah ada (Sims and Fletcher-Wood, 2020). Kurangnya bukti kolaborasi, spesifik subjek, berkelanjutan pada PD terhadap pencapaian siswa terutama dalam bidang kemanusiaan dan kreativitas.
Model, Pendekatan, dan Strategi
Model menurut Joyce (Joyce and Calhoun, 2010)
Inisiatif pengajaran dan kurikuler
Model inisiatif guru dalam reformasi PD dan sekolah (Imants and Wal, 2020):
Dynamic Integrated Approach bisa meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa (Antoniou and Kyriakides, 2013)
Kooperaif/Kolaboratif
PTK tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya kerangka PD, harus dikombinasikan dengan pendekatan/kerangka PD lainnya agar memberikan hasil yang terbaik (Morales, 2016).
PD kolaboratif (Holmqvist, 2017): kelompok studi, PTK, kelompok mengajar, riset desain, studi pembelajaran
Quality Teaching Round: memperdalam kolaborasi, memperkuat jejaring profesional, meningkatkan kepuasan dan kepercayaan diri dalam kerja kolektif (Bowe and Gore, 2017).
Guru sudah mulai melakukan PTK informal untuk menyelesaikan permasalahan siswa dan meningkatkan perkembangan (Meesuk et al., 2020).
Kekuatan dan kontribusi CPD model PLC: peran signifikan pemimpin sekolah dengan visi yang jelas, sumber daya pendukung, kolaborasi antar guru, dan siswa yang mendapat manfaat dari PD guru (Szeto et al., 2021).
Jejaring dan komunitas online informal adalah sumber berharga dalam pengembangan profesional guru (Macià and García, 2016).
Layanan profesional/personal
Model CPD: Pelatihan, Penghargaan, Defisit, Cascade (Diseminasi), Standard-based, Coaching/Mentoring, Community Practice, Action research, Transformative (Kennedy, 2005)
Framework TPD OBL (Philipsen et al., 2019a)
OBL adalah pembelajaran masa depan (Portillo and Lopez de la Serna, 2020)
Interaksi guru dan siswa cukup tinggi dalam berkolaborasi membuat puisi digital (Hassler et al., 2020).
Pengembangan Profesional adalah Proses Membangun Identitas
PD membutuhkan dukungan dari sesama guru, mereka butuh modal sosial (Hargreaves and Fullan, 2015; Patton et al., 2015; Philipsen et al., 2019b).
Perkembangan profesional itu membutuhkan saling keterlibatan antar berbagai unsur dalam habitat kerja (Taylor, 2020).
Kondisi tempat kerja ideal untuk PD: kolaborasi, pemberdayaan guru, supervisi dan evaluasi, strategi memotivasi guru (Tran et al., 2020).
Perpsepsi guru terhadap PD berbeda pada tiap jenjang masa kerja. Guru muda cenderung mengejar keterampilan yang melampaui bidang studi dan kompetensinya. Guru yang lebih berpengalaman, lebih menyukai lokakarya. Guru senior cenderung menyukai bentuk PD yanng informal dan sesuai minat (Avidov-Ungar and Herscu, 2020).
63,50 % mendukung TPD dengan menginformasikan TPD yang relevan dan inovasi-inovasi pendidikan. Tidak ada beda antara jenis kelamin, jabatan, senioritas, jenis sekolah, pendidikan dan cabang (Karacabey, 2020).
Tantangan
Dilema PD (Tan et al., 2015)
Ruang kerja guru senantiasa berubah, karena itu standar mengajar juga harus fleksibel. Guru perlu selalu refleksi dan mencari cara-cara baru (Beijaard et al., 2005).
Riset tentang pengajaran yang efektif tidak secara sistematis digunakan dalam pengembangan pelatihan dan pengembangan profesional (Creemers et al., 2013).
Hambatan yang mencegah terlaksananya PD yang produktif (Tooley and Connally, 2016)
Tidak ada penilaian memadai
PD bisa mengubah praktik guru, tetapi tidak meningkatkan pengetahuan. Tidak ada peningkatan capaian siswa (Brunsek et al., 2020; Yang et al., 2020).
PD mempengaruhi cara mengajar, tetapi belum tentu berpengaruh pada hasil belajar siswa (Fischer et al., 2018)
Pilihan berdasarkan kebijakan
Pengetatan pada standar akan cenderung membuat formalisasi pembelajaran guru dan kurang membangun iklim yang otentik dan generatif (Mockler, 2020).
Pandangan paradoksikal tentang PD (Pardo and Adlerstein, 2020).
TPD di Florida (Akiba and Wilkinson, 2016): Distrik tidak menganggarkan dana yang cukup
Kegagalan mengidentifikasi kebutuhan
Sebagian besar guru, tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menyelenggarakan pembelajaran daring dengan baik (Fernández-Batanero et al., 2020).
Lima PD yang paling dibutuhkan: pendidikan luar biasa, meningkatkan pembelajaran dengan teknologi, mengajar siswa migran, menangani masalah perilaku, pengetahuan bidang studi (Karlberg and Bezzina, 2020).
Masalah dalam implementasi computational thinking (Ketelhut et al., 2020).
Sekolah dengan karakter budaya yang beragam, berpotensi mengalami gangguan komunikasi. Kebanyakan guru dan siswa tidak mendapat persiapan yang matang untuk menghadapi situasi multikultur (Othman and Ruslan, 2020).
Guru yang mengajar di SLB membutuhkan lebih banyak PD. Guru yang mengajar di sekolah dengan kepemimpinan yang kuat, tidak terlalu membutuhkan PD (Cooc, 2019).
Implementasi tidak koheren
Praktik PJJ di masa pandemi (Dreesen et al., 2020)
Bentuk
Pengembangan profesional guru di US (Desimone and Garet, 2015)
Australia: PD untuk pemimpin sekolah menjadi pusat kemajuan positif siswa dan guru (Ling and Mackenzie, 2015)
Finlandia: Teacher leadership: berorientasi pada tujuan, visi pengembangan sekolah dan pengajaran yang jelas, berkolaborasi dengan guru yang lain menuju tujuan bersama (Niemi, 2015)
Perkembangan PD di Hong Kong: Pelatihan guru → Keterampilan Umum → Pembelajaran Sepanjang Masa (Lam, 2015)
PD di Singapura (Bautista et al., 2015), Model PD di Singapura (Kaur et al., 2019): The Hybrid Model, The Laboratory Class, Networked Learning Communities
Technological, Pedagogical, Content, and Knowledge
Mengapa TPACK?
Guru TIK berhasil mendesain, mengimplementasikan, mengevaluasi hasil belajar siswa menggunakan kerangka TPACK dan 21CL. Terjadi peningkatan hasil belajar (Koh et al., 2017)
TPACK adalah model yang valid untuk membantu calon guru memanfaatkan TIK (Habibi et al., 2020).
Calon guru STEM memiliki relasi positif terhadap TPACK dan penggunaan teknologi (Schmid et al., 2021)
TPACK berpengaruh secara negatif terhadap technostress (Özgür, 2020).
TPACK berasosiasi dengan kepercayaan diri dalam menggunakan STEM (Chai et al., 2020).
TPACK mahasiswa TEP dan generasi Net jelek (Agustini et al., 2019; Valtonen et al., 2011).
Pendekatan learning Technology by Design
Transformasi tidak terjadi karena adanya teknologi semata, tetapi karena apa yang dilakukan guru terhadap teknologi yang tersedia (Tondeur et al., 2016)
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tidak diperlukan perubahan besar dalam mengintegrasikan teknologi (Blanchard et al., 2016).
Riset masa depan TPACK (Harris et al., 2017)
Guru perlu ditunjukkan secara eksplisit bagaimana menggunakan sebuah teknologi dalam sebuah strategi pedagogis (Heitink et al., 2017).
Technology mapping (Angeli and Valanides, 2013, 2009)
LT/D (Koehler et al., 2011; Koehler and Mishra, 2005)
80 persen guru setuju bahwa mereka memiliki kemampuan menggunakan teknologi secara bermakna, setiap sekolah harus memiliki pelatih (Bakhshaei et al., 2020a, 2019).
Distrik akan mendapat imbal balik atas teknologi apabila juga menyediakan dukungan yang dibutuhkan untuk menerapkannya dalam kelas dengan cara yang bermakna (Bakhshaei et al., 2020c).
Apa itu?
Persepsi TPACK di berbagai negara relatif berbeda di setiap negara. Antara usia dan TPACK ada hubungan, antara gender/tingkat pendidikan dan TPACK tidak ada hubungan (Castéra et al., 2020).
TPK (Harris, 2016)
TPACK: Kerangka yang membatu integrasi teknologi pada berbagai level (Koehler and Mishra, 2009, 2006).
Bagaimana?
Mengevaluasi konten digital bisa menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan TPACK guru (Xie et al., 2017).
Virtual exchange tidak menciptakan TPACK dan bahasa asing secara spontan (Rienties et al., 2020).
Iklim inovatif secara organisasi dan kepercayaan diri berdampak langsung terhadap penggunaan TIK (Andyani et al., 2020; Şen, 2020).
Kecenderungan TPACK terhadap gender: PK, TK, TPK, TPACK → cowok; CK, PCK, TCK → cewek (Ergen et al., 2019).
Apa yang membuat seorang guru menggunakan teknologi? Didorong oleh nilai yang dihidupi, tuntutan sistem, persepsi guru mengenai apa yang mungkin, dan juga kultur sekolah (Kopcha et al., 2020; Spiteri and Chang Rundgren, 2020).
Kepercayaan diri menjadi prediktor signifikan dalam penggunaan teknologi. Secara khusus, pendekatan mengajar, keterbukaan terhadap teknologi, dan efektivitas pelatihan menjadi lebih menonjol untuk memprediksi kesuksesan penggunaan teknologi (Li et al., 2019).
METODE
Metode dan Desain Penelitian
Improving Performance of Teachers and Designer
Reducing Instructional Time
Menciptakan pengajaran yang lebih efisien biaya
Menciptakan pengajaran yang lebih manusiawi
Lebih menarik
Menghormati nilai-nilai kemanusiaan
Kualitatif - Studi kasus (Peserta GMT)
Integrative Pedagogy
Metode Penentuan Lokasi dan Subjek Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis dan Validasi Data
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
PENUTUP