Logo masuk ke Indonesia tahun 1602 – 1799 di Zaman VOC. Pada zaman VOC, penyebutan logo masih dengan nama Monogram dan banyak diterapkan pada gedung, pabrik, kapal, bendera, senjata, barang pecah belah, lemari dan peti kemas. Beriringnya dengan perkembangan zaman, pada tahun 1940-an banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam idang jasa desain bersamaan dengan tumbuhnya lembaga pendidikan dibidang desain grafis yaitu ITB, ASRI, Universitas Trisakti , dan IKJ.Pada tahun 1980-an peran kreativitas dari desainer grafis banyak keterlibatannya dan konstribusinya dalam hadirnya sebuah identitas visual sebuah perusahaan yang khas serta penerapannya secara terencana dan teratur. (Sularko, dkk. 2008: 6,7)
Pada era sebelum tahun 1960an, iklan-iklan produk lokal masih terpengaruh oleh iklan pada zaman kolonial Belanda.
Hingga pada akhirnya di tahun 1962-1970 banyak perusahaan besar yang mulai berani menggunakan sedikit teks atau logo agar produk mereka dapat dibedakan dengan produk kompetitor.
Mereka mulai berlomba-lomba mendaftarkan merek dagang mereka ke Kantor Pendaftaran Merek Dagang pada masa itu. Tetapi agaknya, banyak terjadi kemiripan logo karena rata-rata mereka menggunakan materi yang sama di dalam logo.
Sejak itulah dunia desain grafis di Indonesia perlahan bangkit dan berkembang, terlebih lagi beberapa universitas membuka jurusan seni rupa seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Trisakti.
Logo masuk ke Indonesia tahun 1602 – 1799 di Zaman VOC. Pada zaman VOC, penyebutan logo masih dengan nama Monogram dan banyak diterapkan pada gedung, pabrik, kapal, bendera, senjata, barang pecah belah, lemari dan peti kemas.
Pada tahun 1980-an peran kreativitas dari desainer grafis banyak keterlibatannya dan konstribusinya dalam hadirnya sebuah identitas visual sebuah perusahaan yang khas serta penerapannya secara terencana dan teratur.
Diantara mereka bahkan ada yang menggunakan visualisasi budaya barat, seperti penggunaan tokoh-tokoh Walt Disney (Mickey Mouse, Donald Duck, Cinderella, dan lainnya).
hingga pada tahun 1967 di Jakarta lahir perusahaan periklanan modern pertama bernama InterVista Ltd. Inc.. Perusahaan yang didirikan oleh Nuradi tersebut menjadi sarana promosi dan periklanan yang baik di Indonesia, dimana pada masa itu masyarakat Indonesia masih sangat asing dengan kampanye pemasaran sosial.