Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
IMUNISASI ANJURAN - Coggle Diagram
IMUNISASI ANJURAN
HEPATITIS A
Penyakit yang dapat dicegah
Perjalanan Alami
Virus masuk ke tubuh melalui makanan(
fecal-oral
)
Masuk ke epitelial intestinal -> vena mesentrika
Virus bereplikasi di sitoplasma hati
Gangguan intrahepatic
Ikterus
Komplikasi
Hepatitis Kolestatik
Hepatitis Relaps
Hepatitis autoimun
Nefrititis Interstitial
Aplasia bone marrow
Penyebab
infeksi virus hepatitis A (HAV)
Gejala
Kelelahan
Mual &Muntah
Nyeri Perut
Kehilangan nafsu makan
Demam
Urin warna gelap
Nyeri otot
Jaundice
Penyulit
Hygienitas yang buruk
Sanitasi lingkungan buruk
Penggunaan narkoba
Jenis Imunisasi
virus inaktif & virus yang dilemahkan
Cara Pemberian dan Dosis
2X , jarak 6-12 bulan
Anak usia 2th
Dosis 0,5 mL
suntik intrakutan pada lengan kanan atas (
insertio musculus deltoideus
)
THYPOID
Jenis Imunisasi
Vaksin Tifoid Polisakarida Parenteral
Komposisi (per 0,5ml)
Kuman
Salmonella thyphii
Polisakarida 0,025mg
Fenol
Larutan buffer yang mengandung NaCl
Disodium fosfat
Monosodium fosfat
Kontraindikasi
Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin
Menderita demam, penyakit akut, atau penyakit kronik progresif
Cara Pemberian dan Dosis
Rekomendasi Permenkes no 12 tahun 2017
Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah mendapatkan Imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan dan minuman yang higienis
Diberikan untuk anak usia 2 tahun ke atas
Dosis dan Jadwal
Dosis 0,5ml secara IM atau SC pada daerah deltoid atau paha
Imunisasi ulangan tiap 3 tahun
Penyakit yang dapat dicegah
Gejala
Demam lebih dari tujuh hari
Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas
Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
Delirium (mental serius yang membuat pengidapnya mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran)
Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa melebihi ukuran normal)
Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
Dapat timbul dengan tanda yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermi.
Penyebab
anggota famili Enterobacteriaceae
Salmonella enterica serovar Paratyphi (S. Paratyphi)
Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi)
Komplikasi
Kejang
Ensefalopati
Perdarahan dan perforasi usus
Peritonitis
Koma
Diare dan dehidrasi
Syok septik dan Miokarditis
Pneumonia, osteomielitis dan anemia
Pada bayi muda, dapat pula terjadi syok dan hipotermia
Penyulit
Malnutrisi menurunkan flora usus normal dan dengan demikian meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Penggunaan antibiotik seperti streptomisin menghancurkan flora normal
Perjalanan alami
Kuman masuk melalui makanan/minuman
Setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum)
Setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus
Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer) mencapai jaringan REN (hepar, lien, sumsum tulang belakang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami bakteremia sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal).
PNEUMOKOKUS
Penyakit yang dapat dicegah
Perjalanan alami
S.Pneumoniae melekat dan bereplikasi di epitel faring
S. Pneumoniae lolos dari makrofag
S. Pneumoniae merusak jaringan host dengan sejumlah toxin (pneumolysin, hidrogen peroksida, hyaluronidase, neuraminidase)
S. Pneumoniae menginvasi daerah lain dan sistem sirkulasi
Bagian tubuh lain -> saluran pernapasan->pneumonia
Sirkulasi->subarachnoid->meningitis
Komplikasi
Bakteremia
Efusi Pleura
Acute Respiratory Distress Syndrom
Gangguan indra (pendengaran, penglihatan, bicara)
Gangguan fungsi mental
Penyebab
Koloni dari flora normal Streptococcus Pneumoniae yang berada dalam rongga nasofaringeal di bagian tubuh lain secara asimptomatik
Gejala
Pneumonia
panas
nyeri tenggorokan
suara serak
takipnea
pilek
retraksi
batuk
Meningitis
sakit kepala
kejang
ubun-ubun menonjol
demam
leher kaku
perubahan mental
Penyulit
Adanya komplikasi
Terdapat masalah pada kekebalan tubuh (penyakit kronis bawaan, HIV, penyakit jantung)
Jenis Imunisasi
Pneumococcal polysaccharide vaccine
(PPSV23)
PPV vaksin yang diberikan pada lansia, orang dewasa, dan anak usia > 2 tahun yang dianggap berisiko tinggi terkena infeksi pneumokokus
PPSV23 mencakup 23 jenis bakteri yang bekerja dengan formula polisakarida, vaksin dibuat seperti bakteri tertentu untuk membantu tubuh membangun perlindungan pada kuman tersebut.
Pneumococcal conjugate vaccine
(PCV13)
Untuk anak usia < 2 tahun, anak > 2 tahun dan orang dewasa berisiko terkena infeksi pneumokokus.
PCV13 melindungi dari 13 jenis bakteri pneumokokus dengan formula konjugasi, yaitu gabungan antara protein dan bakteri untuk meningkatkan perlindungan.
Haemophilus influenzae type B
(Hib)
Di Indonesia, vaksin Hib (dalam bentuk vaksin kombinasi DPT-HB-Hib) ini tergolong vaksin pneumonia dalam jenis vaksin yang perlu diberikan pada bayi & anak-anak.
Cara Pemberian dan Dosis
WHO
WHO merekomendasikan bayi mendapat imunisasi PCV sebanyak 3 kali suntikan wajib dan dua suntikan booster atau pengulangan.
Jadwal pemberian
Dimulai saat bayi berusia 6 minggu, dengan jarak 4-8 minggu
Jadi bila bayi Anda diberikan imunisasi pada usia 6 minggu, vaksin berikutnya diberikan ketika ia berusia 10 dan 14 minggu (2, 4, 6 bulan).
Imunisasi booster PCV diberikan bersamaan dengan vaksin campak (bila belum mendapatkan MMR di usia 15 bulan), dan suplemen vitamin A
Sebagai contoh, bayi usia 6 bulan belum mendapat vaksin PCV, maka pemberian imunisasi PCV 1 dan 2 bisa dilakukan pada usia 7-11 bulan. Jarak antara 7-11 bulan minimal satu bulan.
Sementara kalau bayi berusia 12 bulan belum menerima imunisasi PCV, vaksin PCV 1 dan 2 bisa dilakukan pada usia 12-23 bulan dengan jarak pemberian 2 bulan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan pemberian vaksin Hib pada anak secara bertahap mulai usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis pengulangan diberikan antara usia 15–18 bulan.
Dosis
Anak usia di bawah 5 tahun yang memiliki risiko harus mendapatkan vaksin polisakarida pneumokokus terkonjugasi 7 valent
Bayi usia 6-11 bulan yang belum diimunisasi sebaiknya menerima 2 dosis (dengan interval pemberian 1 bulan) vaksin polisakarida pneumokokus terkonjugasi; dosis selanjutnya diberikan sesaat setelah berusia 1 tahun;
Anak usia 1-5 tahun sebaiknya menerima 2 dosis (dengan interval pemberian 2 bulan) vaksin polisakarida pneumokokus terkonjugasi.
Bayi usia 2 bulan sampai 6 bulan : menerima 3 dosis (dengan interval pemberian 1 bulan) vaksin polisakarida pneumokokus terkonjugasi, dimulai pada usia 2 bulan; dosis selanjutnya diberikan sesaat setelah berusia 1 tahun
INFLUENZA
Penyakit yang dapat dicegah
Penyulit
Adanya infeksi bakteri ditandai dengan
adanya peningkatan suhu recudescence atau demam berulang
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Streptococcus pyogenes
Pneumonia
Staphylococcus Aureus
Gejala
Demam tinggi > 38' C
Sakit kepala
Batuk dan sakit tenggorokan
Letih, Lesu, Nyeri Otot
Penyebab
Virus Influenza
Genus Orthomyxovirus
Influenza Tipe A
Influenza Tipe B
Influenza Tipe C
Perjalanan alami
Menyebar melalui droplet
Sel epitel pernapasan terinfeksi
Virion progress segera terbentuk dan menyebar ke sel yang berekatan dan terjadi siklus replikasi
NA virus menurunkan viskositas lapisan mukus di saluran pernapasan, membuka reseptor permukaan sel
meningkatkan penyebaran cairan yang mengandung virus ke bagian saluran yang lebih bawah
Masa inkubasi dari paparan virus ke onset sekitar 1-4 hari tergantung jumlah virus dan status imun inang
Komplikasi
demam tinggi (hiperpireksia), kejadian rinitis, otitis media, manifestasi gastrointestinal, kejang demam, bronkiolitis, miositis, pneumonia, otitis media, dan ensefalopati.
Jenis Imunisasi
Vaksin Influenza Trivalent
2 Virus influenza tipe A dan 1 virus influenza tipe B
Vaksin Influenza Quadrivalent
2 Virus influenza tipe A dan 2 virus influenza tipe B
Cara Pemberian dan Dosis
Cara pemberian
Intramuskular paha anterolateral/deltoid
Dosis berdasarkan usia
6-35 bulan : 0,25 ml
35bulan-3Tahun :0,50 ml
<9tahun : TIV pertama kali 2 dosis dgn interval 4 minggu
Jadwal
DIberikan sejak 6 bulan, diulang setiap tahun
Efek Samping
Reaksi lokal
: kemerahan. nyeri,bengkak indurasi dan tekanan
Rekasi Sistemik
: malise,
fatigue
, gemetar, demam, sakit kepala,nyeri sendi dan otot
Jarang
: neuralgia, parastesia, kejang dan trombositopenia
Alergi
: renjatan, vaskulitis, gangguan saraf
Indikasi dan Kontra indikasi
Indikasi
Orang dewasa dan anak-anak dengan penyakit kronik (asma, diabetes,ginjal)
Anak dan dewasa dengan penyakit metabolik kronis (disfungsi ginjal, anemia, hemoglobinopati)
Individu >65 tahun
Anak >6 bulan
Orang beresiko tinggi menularkan (nakes)
Kontraindikasi
Hipersensifitas terhadap zat aktif dan komponen vaksin (telur,protein ayam)
Ditunda apabila demam atau sakit akut
Ditunda bagi pasein neurologic disorder
VARICELLA
Penyakit yang dapat dicegah
Komplikasi
pneumonia
dehidrasi
infeksi bakteri sekunder yang menyerang kulit, jaringan lunak, tulang, sendi atau aliran darah
radang otak atau ensefalitis
toxic shock syndrome
infeksi kongenital janin
Gejala
stadium prodromal
demam tidak terlalu tinggi selama 2-3 hari
malaise
timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi
timbul ruam kulit
menggigil, nyeri kepala
nyeri punggung, tenggorok, dan batuk
stadium erupsi
krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu tergantung kedalaman
perubahan makula kemerahan ke papulam vesikulam pustula, dan menjadi krusta. terjadi perubahan dalam waktu 8-12 jam
ruam kulit lebih jelas di telapak tangan dan kaki
muncul ruam kulit di muka dan kulit kepala
Penyebab
Virus Varicella Zoster (VZV)
ditularkan melalui percikan ludah atau cairan yang berasal dari lepuhan kulit penderita cacar air
Penyulit
infeksi sekunder bakteri pada lesi kulit yang disebabkan stafilokokus dan streptokokus
adanya komplikasi
Perjalanan Alami
lalu, terjadi replikasi virus dan menyebar melalui pembuluh darah dan limfe dan virus berkembang biak (voremia 1)
1 minggu kemudian, menyebar ke pemb. darah (viremia 2) dan muncul demam, malaise
VZV masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas bagian atas atau orofaring
lesi kulit muncul tidak bersamaan
Jenis Imunisasi
vaksin Varicella
indikasi
anak usia 12-18 bulan yang belum pernah menderita cacar air
sedang dalam kondisi yang stabil
kontraindikasi
riwayat alergi terhadap gelatin
penyakit immunocompromised
sedang mengonsumsi obat steroid jangka panjang
sedang menjalani kemoterapi
mengalami demam dan memiliki riwayat kejang demam
wanita hamil
Cara Pemberian dan Dosis
dosis 0,5 ml SC
bagi anak, hanya perlu 1 dosis dengan rentang usia diatas 12 bulan
bagi dewasa memerlukan 2 dosis, dengan rentang waktu 1-2 bulan dari dosis pertama
dalam keadaan terkontak dengan kasus varisela, dapat diberikan dosis kedua dalam waktu 72 jam setelah penularan