Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Doktrin - Doktrin Pokok Akidah Islam - Coggle Diagram
Doktrin - Doktrin Pokok Akidah Islam
B. Tauhid, Esensi Dari Ajaran Islam
Tauhid diambil dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan, yang berarti: “mengesakan”. Satu asal kata dengan kata wahid yang berarti “satu”, atau kata ahad yang berarti “esa”.
Dalam ajaran Islam, tauhid berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat tauhid adalah la ilaha illa Allah, yang berarti “tiada Tuhan selain Allah”, seperti dinyatakan dalam Q.S. al-Baqarah:163 berikut:
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Lebih jauh, posisi strategis doktrin tauhid dalam ajaran Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dititik-beratkan pada usaha pembinaan tauhid, khususnya bagi mereka yang baru memeluk agama Islam. Kedua, dalam ibadah mahdhah (ritual khusus), doktrin tauhid tercermin dalam pelaksanaannya yang hanya ditujukan secara langsung kepada Allah SWT tanpa perantara (wasilah).
Setiap perbuatan yang bertentangan dengan visi dan esensi tauhid divonis sebagai syirik. Syirik ialah menyekutukan Allah SWT dengan melakukan perbuatan yang seharusnya hanya ditujukan kepada-Nya. Seperti menjadikan Tuhan selain Allah; menyembah, menaati, meminta pertolongan kepada selain Allah; atau melakukan perbuatan lain yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah.
Syirik dibagi menjadi 2 macam : 1. Syirik Besar (akbar) dan Syirik Kecil (asghar). Contoh Syirik Asghar/Kecil
Sihir, jelas dilarang karena meminta pertolongan kepada selain Allah SWT. dijelaskan dalam Hadits Riwayat al-Nasa'i, Nabi Muhammad SAW. bersabda “Siapa yang membuat simpul, kemudian ia meniupnya, maka sungguh ia telah
menyihir. Siapa yang menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik” (H.R. al-Nasa’i).
Ramalan, asumsi mengetahui dan melihat rahasia-rahasia masa depan berupa kejadian umum atau khusus atau pun nasib seseorang, melalui perbintangan dan sebagainya. Perbuatan ini termasuk salah satu contoh dari sihir. Nabi Muhammad pernah bersabda :
“Barangsiapa yang mempelajari salah satu cabang dari perbintangan, maka ia
telah mempelajari sihir” (HR. Abu Dawud).
Berkorban untuk selain Allah, dalam Q.S. Al - Ma'idah ayat 3, jelas bahwa Allah SWT. telah mengharamkan berkurban untuk selain Allah. Potongan ayat tersebut berbunyi
وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ
“Yang disembelih atas nama selain Allah” (Q.S. al-Maidah:3).
Bersumpah atas nama selain Allah, seperti dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW. , Nabi bersabda :
“Barangsiapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir
atau musyrik” (H.R. al-Turmudzi).
Pendahuluan
Arti Tauhid
Intisari Islam yang merupakan pesan semua nabi
sejak Adam AS sampai Muhammad SAW.
Terkait dengan doktrin tauhid ini, al-Qur‟an dan hadis Nabi
menerangkan dalam Qur'an Surat Al - Anbiya : 25
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ
Artinya : Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Islam adalah agama terakhir karena Islam dalam bentuk khasnya dibawa oleh nabi terakhir yang merupakan “Penutup Nabi-Nabi” (Khatam al-Nabi-yyin), yaitu Muhammad SAW.
Sebagai agama terakhir, Islam datang bukan untuk membawa tradisi baru, tetapi untuk menegaskan kembali pesan tauhid yang telah didakwahkan para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Dilihat dari aspek pesan universalnya, Islam adalah agama tertua, dan dilihat dari manifestasi historisnya, Islam adalah agama terakhir (Allouche, 1987:363-367).
C. Karakteristik Akidah Islam
Melanjutkan Tradisi Tauhid, Tauhid merupakan urat nadi dan tujuan utama agama Islam.
Dengan tauhid, manusia dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat,
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
Menyempurnakan Agama yang Terdahulu
, Pertama, agama-agama sebelum Islam hanya diperuntukkan bagi umat tertentu. Misalnya, agama Yahudi dan Nasrani hanya diperuntukkan bagi Bani Israil . Sedangkan Islam mempunyai visi universal sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. al-Anbiya‟:107.
Kedua, ajaran-ajaran Tuhan yang terdapat dalam agama sebelum Islam sudah dipalsukan oleh para tokoh pemuka agama agama itu. Misalnya, Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru), saat ini tidak ada yang asli.
Bersifat Universal, Pengetahuan yang dikembangkan dalam Islam merupakan serapan dari warisan intelektual peradaban sebelumnya, kemudian menjadi warisan dunia yang memberi manfaat bagi seluruh umat manusia.
Universalitas ajaran Islam telah dinyatakan oleh Allah SWT di
dalam Q.S. al-Anbiya' :107.
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Mendorong Kemajuan
Kemajuan peradaban manusia akan terwujud apabila manusia mampu memanfaatkan potensi akalnya dengan baik. Misi tauhid adalah membebaskan manusia dari penjara mitos, tahayul, dan penghambaan kepada ciptaan Allah yang hakikatnya lebih rendah martabatnya.
Banyak sekali ayat al-Qur‟an yang menantang manusia untuk menggunakan akal pikirannya. Islam mengajarkan bahwa hukum hukum Allah (sunnatullah) dalam kehidupan ini ada dua macam, yaitu yang tertulis (qauliyah) dan yang tidak tertulis (kauniyah). Contohnya adalah Q.S. Yunus : 101 , Q.S. Al - Ra'd : 11
Agama Fitrah, Agama Islam diturunkan oleh Allah untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia. Siapa pun yang mengamalkan Islam dengan penuh ketaatan, kepasrahan dan ketulusan, niscaya akan menemukan kedamaian dan memperoleh kemuliaan.
Hal itu dibuktikan dengan substansi maqasid al-syari’ah yang bertujuan untuk menjaga agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal.Allah SWT memerintahkan manusia untuk mengamalkan ajaran-Nya demi kesejahteraan manusia itu sendiri agar hidup bahagia di dunia dan di akhirat, bukan sebaliknya untuk memberi beban berat.
Allah SWT. berfirman :
ا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Q.S. al-Baqarah:286).
A. Eksistensi Tuhan Dan Fitrah Manusia Untuk Beragama
Fitrah beragama, atau yang dipopulerkan oleh ahli syaraf California University, V.S. Ramachandra sebagai God-Spot, merupakan suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa manusia.
Menurut Ibn Taimiyah, fitrah beragama disebut sebagai Fitrah Munazzalah (fitrah yang diturunkan) yang berfungsi menguatkan Fitrah Majbulah yang sudah ada di dalam diri manusia secara alamiah (Sunarso, 2009:2-3).
seruan untuk beragama selalu dikaitkan dengan fitrah penciptaan manusia seperti dapat dicermati dalam Q.S. Luqman:30 berikut ini:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ ٱلْبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Begitu juga dengan kisah Nabi Ibrahim saat berfikir bahwa berhala berhala adalah benda yang tidak ada manfaatnya.
Di saat pemikiran skeptis inilah, Nabi Ibrahim berusaha mencari eksistensi Tuhan dengan mengaitkan fenomena fenomena alam di sekitarnya, seperti dikisahkan dalam Q.S. Al - An'am : 76 - 78.
Selain ayat ayat di atas, ada beberapa ayat Al - Qur'an dan Hadits yang menjelaskan konsep konsep Tauhid, seperti
“Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan kesucian. Kedua orang tua itulah yang
menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. al-Bukhari).
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ , أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ , لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ , وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
“Katakanlah bahwa Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (Q.S. Al Ikhlas:1-4).
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(Q.S. al-A’raf:172).
D. Perbandingan Agama
Kristen
Istilah “Kristen” atau “Kristenitas” berasal dari kata Yunani Christos sebagai terjemahan istilah Ibrani Mesias, yang digunakan orang Yahudi untuk menunjuk penyelamat agung mereka.
Kemudian istilah Mesias (yang diterjemahkan dengan “al-Masih” atau “Kristen”) digunakan untuk menyebut Yesus dari Nasaret (Isa dari Nasirah [al-Nashirah]).
Pertumbuhan Kristen dapat dipandang sebagai perkem-
bangan suatu sekte Yahudi yang menjadi sebuah agama dunia.
Kristen muncul setelah Yahudi dan sebelum Islam.
Agama ini berkembang dari kehidupan dan karya Yesus dari Nasaret. Yesus Kristus bukan hanya tokoh sentral dalam Kristen, tetapi juga pusat dari keseluruhan bangunannya. Ia memilih 12 (dua belas) murid, yang kemudian disebut sebagai “al-Hawariyyun”, untuk menjalankan tugas dakwahnya.
Kristen memang agama monoteistik, tetapi konsep keesaan Tuhan tidak begitu ditekankan oleh Kristen, seperti dua agama Semitik lainnya. Karena itu, konsep tentang keesaan Tuhan bukan unsur dominan dalam Kristen.
Kristen lebih mementingkan doktrin
Trinitas daripada ajaran tauhid.
Islam , Agama Lama yang Baru
Meskipun Islam dibawa Muhammad SAW sebagai nabi terakhir atau “Penutup Nabi-Nabi” (Khatam al-Nabiyyin), agama ini tidak memandang dirinya sebagai agama baru, tetapi sebagai agama tertua.
jika dilihat dari perjalanan sejarah agama-agama Semitik atau Ibrahimiah, Islam adalah agama baru. Namun, bila dilihat dari esensi pesan semua nabi (tauhid yang diwahyukan Tuhan kepada mereka), maka Islam adalah agama tertua yang telah ada sejak Nabi Adam AS.
Islam mengidentikkan dirinya dengan agama primordial (al-din al-hanif = agama yang benar), yaitu agama Ibrahim dan keturunannya, dan semua nabi yang diutus Tuhan kepada bangsa bangsa Semitik, termasuk orang Ibrani dan orang Arab.
Islam memandang Yahudi dan Kristen bukan sebagai “agama agama lain”, tetapi sebagai dirinya sendiri sejauh bersumber dari wahyu-wahyu Allah SWT kepada nabi-nabi kedua agama itu.
Islam menekankan kembali ide-ide Yahudi dan Kristen tentang keabadian pribadi (immortalitas personal), kebangkitan jasad, hari pengadilan, dan kekekalan balasan baik di surga maupun di neraka.
Secara teologis, Islam lebih dekat dengan Yahudi daripada dengan Kristen. Sebagaimana Yahudi, Islam sangat menekankan keesaan Tuhan dan hubungan langsung manusia dengan Tuhan.
Yahudi memberikan penekanan pada aspek “eksoteris” (lahiriah), sedangkan Kristen memberikan penekanan pada aspek “esoteris” (batiniah). Islam memadukan kedua sikap ini ke dalam suatu keutuhan
sintesis yang tunggal.
Islam menekankan kesatuan dan keharmonisan antara kehidupan sosial dan kehidupan individual, antara eksoterisme (lahiriah) dan esoterisme (batiniah). Dengan demikian, Islam memulihkan kembali keseimbangan sempurna antara eksoterisme dan esoterisme yang dimiliki oleh monoteisme murni yang diwahyukan kepada Nabi Ibrahim AS
Yahudi
Agama tertua di antara agama-agama Semitik
(Ibrahimiah).
Agama ini telah hidup hampir 4000 tahun dalam periode-periode yang ditandai oleh perubahan, baik yang evolusioner maupun revolusioner.
Meskipun penyebar sebenarnya agama Yahudi adalah Nabi Musa AS, orang Yahudi ortodoks memandang bahwa agama mereka itu bermula dari Nabi Ibrahim AS, nenek moyang mereka. Ibrahim AS adalah Bapak Monoteisme, karena ia adalah pioner tradisi monoteistik yang diikuti oleh keturunannya dan banyak bangsa di dunia ini.
Bila inspirasi monoteistik asli datang dari Nabi Ibrahim AS, maka Nabi Musa AS adalah orang yang membuka, menetapkan, dan mengukuhkan pandangan hidup keagamaan itu.
Monoteisme Yahudi adalah monoteisme transenden dan etis. Tuhan bukan hanya satu dan transenden, tetapi Dia berhubungan pula dengan manusia; hubungan-Nya dengan manusia adalah hubungan etis.