Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Pneumonia ec Covid 19 - Coggle Diagram
Pneumonia ec Covid 19
Komorbid COVID-19
SLE
Penyakit ginjal
Diabetes Melitus
Penyakit jantung koroner
hipertensi
tuberkulosis
PPOK
tumor/kanker/keganasan
penyakit terkait geriatri
Patofisiologi COVID-19
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk
Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD).
Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia.
diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia.
subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang.
RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.
Pemeriksaan Penunjang dan DD COVID-19
Rapid Test (Antibodi dan Antigen)
RT-PCR ( dari swab tenggorok, sputum, atau BAL
CT Scan
CT Value
Laboratorium: DR
Saturasi Oksigen
Klasifikasi Derajat Keparahan COVID-19
ringan
Gejala tidak spesifik seperti demam, lemas, batuk, anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak ringan, hidung tersumbat, atau nyeri kepala
Tidak ada tanda pneumonia berat dan tanpa komorbid.
sedang
Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen.
Pasien anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit bernapas disertai napas cepat
Tanpa Gejala
Kondisi teringan.
Pasien tidak ditemukan gejala.
berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas / pneumonia, ditambah satu dari
Distres nafas berat
SpO2 < 93% pada udara kamar atau PaO2 / FiO2 < 300
RR > 30 x/menit
pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas ditambah setidaknya satu dari gejala berikut :
Distres pernapasan berat (mendengkur, tarikan dinding dada berat)
Tanda pneumonia berat
Sianosis sentral SpO2 < 90 %
arikan dinding dada atau takipnea : < 2 bulan , ≥ 60 x/menit; 2-11 bulan, ≥ 50 x/ menit; 1-5 tahun, ≥ 40 x/menit ; > 5 tahun, ≥ 30x /menit
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko COVID-19
Faktor resiko
lingkungan
genetik
mempunyai penyakit komorbid
individu
umur
65
bayi dan anak kecil lebih rentan
wanita hamil
etiologi
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.
Pneumonia adalah suatu peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. seperti bakteri, virus, jamur, parasit.
Struktur virus SARS-CoV-2
Virus ini termasuk ke dalam family virus Coronaviridae ordo Nidovirales. Corona artinya mahkota dengan struktur berupa protein yang disebut spike pada lapisan luar virus. Virus ini memiliki diameter 65– 125 nm, dan termasuk virus RNA.
Virus ini memiliki selubung berupa envelope dan membrane glycoprotein (Gambar 1). Spike protein(S-protein) dari 2019 -nCoV dapat menempel pada protein angiotensin- converting enzyme 2 (ACE2) yang terdapat pada sel epitel manusia
Patogenesis COVID-19
Cara Penularan dan Pencegahan COVID-19
cara penularan
Tranmisi dapat berupa
Transmisi droplet > transmisi via droplet yang dikeluarkan penderita
Tranmisi airborne > transmisi via droplet kecil yang dapat bertahan di udara dalam beberapa jam
Ruangan tertutup
Paparan jangka panjang (bernyanyi, berolahraga bersama)
Ventilasi yang tidak adekuat
Transmisi kontak > via kontak langsung (berjabat tangan)
Prinsip penyabaran lewat droplet, terdiri dari droplet besar dan droplet kecil
pencegahan
Social distancing, self isolation
Cuci tangan
Penggunaan APD yang sesuai
Etika batuk
Menjaga kesehatan hidung dan mulut
Makan makanan bergizi, olahraga
Berdoa kepada yang maha kuasa
Komplikasi dan Prognosis COVID-19
Komplikasi
Gagal Napas
Syok Septic
Pneumonia Berat
fulminant myocarditis
prognosis
Prognosis pasien sesuai derajat penyakit, derajat ringan berupa infeksi saluran napas atas umumnya prognosis baik,
bila terdapat acute respiratory distress syndrome (ARDS) prognosis menjadi buruk terutama bila disertai komorbid, usia lanjut dan mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya.
Tatalaksana dan Edukasi COVID-19
Edukasi
Social distancing, self isolation
Cuci tangan
Penggunaan APD yang sesuai
Etika batuk
Menjaga kesehatan hidung dan mulut
Makan makanan bergizi, olahraga
Berdoa kepada yang maha kuasa
Tatalaksana
tanpa gejala
Vitamin C
Tablet vitamin C non acidic 500 mg/6 - 8 jam oral (selama 14 hari)
Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24 jam (selama 30 hari)
Vitamin D
Vitamin D 1000 - 5000 IU/hari
Derajat Ringan
Azitromicin 1 x 500 mg/hari (selama 5 hari)
Anti virus: Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral (selama 5 - 7 hari)
Vitamin D : 1000 - 5000 IU/hari
Pengobatan simptomatis bila demam seperti paracetamol
Vitamin C : Tablet vitamin C non acidic 500 mg/6 - 8 jam oral (selama 14 hari)
Derajat sedang
Azitromisin 500 mg/24 jam per oral (selama 5 - 7 hari)
Bila curiga infeksi bakteri berikan Levofloksasin 750 mg/24 jam per oral (selama 5 - 7 hari)
Vitamin D : 1000 - 5000 IU/hari
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
Vitamin C : 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan.
Derajat Berat
Vitamin C : 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan.
Vitamin B1: 1 ampul/24 jam/intravena
Vitamin D : 1000 - 5000 IU/hari
Azitromisin 500 mg/24 jam per oral (selama 5 - 7 hari)
Bila curiga infeksi bakteri berikan Levofloksasin 750 mg/24 jam per oral (selama 5 - 7 hari)
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5
Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari
Manifestasi Klinis dan CMD COVID-19
Manifestasi klinis
pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.
Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas
pneumonia berat
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensinapas :>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udaraluar.
tidak berkomplikasi
Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.
CMD
kontak erat
Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi
kasus konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2, yakni kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) dan kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).
kasus suspek
Riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia 14 hari sebelum timbul gejala.
Riwayat tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan 14 hari sebelum timbul gejala.
Riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal 14 hari sebelum timbul gejala.
Riwayat bekerja di fasilitas kesehatan, dalam 14 hari sebelum timbul gejala.
Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19 dalam 14 hari terakhir.
Mengalami gejala ISPA berat, yaitu demam/riwayat demam (≥38⁰C), batuk, dengan onset tidak lebih dari 10 hari, dan membutuhkan perawatan rumah sakit.
Mengalami anosmia (hilangnya kemampuan indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa).
kasus probable
seseorang yang masih dalam kategori suspek dan memiliki gejala ISPA berat, gagal napas, atau meninggal dunia, namun belum ada hasil pemeriksaan yang memastikan bahwa dirinya positif COVID-19.