Coggle requires JavaScript to display documents.
Demam tinggi mendadak 2-7 hari,
sakit kepala,
pembengkakan sekitar mata dan
tanda pendarahan seperti bintik merah, mimisan, mundah darah, gusi berdarah, hematemesis, smelena, hematuria dan
tidak ada napsu makan,
diare,
konstipasi,
nyeri otot tulang dan sendi, abdomen dan uluh hati.
Pembesaran hati, limbah dan kelenjar getah bening
gejala syok,
tekanan menurun,
gelisa, nafas cepat,
ujung tangan dan kaki terasa dingin, bibir biru,
nadi cepat dan lemah, dan
sakit kepala, rasa mual munta, panas dingin.
Virus berkembang
Ditangkap makrofag
Terjadi Viremia
Timbul gejala panas
Makrofag menjadi APC
Mengaktifasi sel T-Helper
T-helper mengaktifasi sel T-sitotoksik
Sel B melepas antibodi
Terlepasnya mediator-mediator
Merangsang terjadinya gejala sistemik
Umur
Jenis kelamin
Nutrisi
Populasi
Microscopy-Based Diagnosis
Molekular Based Diagnosis
Immunology Based Diagnosis
Rapid Diagnostic Tests (RDT)
Plasmodium falciparum.
Plasmodium vivax.
Plasmodium ovale.
Plasmodium malariae.
Plasmodium knowlesi.
Pasien tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) diobati dengan terapi kombinasi berbasis artemisinin (artemisinin based combination therapy = ACT).
Pasien malaria berat/dengan komplikasi diobati dengan artesunat intravena/intramuskular atau artemeter intramuskular. Bila keduanya tidak tersedia bisa langsung diberikan Kina HCl.
Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan darah mikroskopis atau tes diagnostik cepat yang positif.
Pengobatan harus radikal dengan penambahan primakuin.
Pemberian obat antimalaria.
Penanganan komplikasi.
Pengobatan simptomatik.
Dosis awal: 20 mg/kgBB dilarutkan dalam 500ml dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama.
Selanjutnya selama 4 jam ke dua hanya diberikan cairan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
Setelah itu, diberikan kina dengan dosis rumatan 10mg/kgBB dalam larutan 500ml dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% selama 4 jam.
Dosis 10mg/kgBB (jika umur <2bulan dosis menjadi 6-8mg/kgBB) diencerkan dengan dekstrosa 5% atau NaCl 09% sebanyak 5-10mg/kgBB diberikan selama 4jam
Diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat
Malaria Falsiparum Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
Malaria Vivaks Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax
Malaria Ovale Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
Malaria Malariae Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
Malaria Knowlesi Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.
Anak di rawat jalan
Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Anak dirawat di rumah sakit
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari.
Lanjutan di rumah atau di RS : amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
Virus/bakteri masuk ke dalam tubuh bersama makanan/minuman
Virus/bakteri sampai ke sel epitel usus halus
Infeksi
Merusak sel epitel usus halus
Sel epitel yang rusak digantikan oleh sel epitel yang belum matang
Fungsi sel baru masih belum optimal
vili usus halus mengalami atrofi
Cairan dan makanan tidak terserap dengan baik
Cairan dan makanan yang tidak terserap terkumpul di usus halus
Banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus
Tekanan osmotik usus akan meningkat
Cairan dan makanan yang tidak terserap terdorong keluar melalui anus
DIARE
Telinga berair
Otoskop : hilangnya reflex cahaya
Otoskop : hilangnya bentuk (contour) normal
Otoskop : mengembung (bulging) dari membran timpani
Berkurangnya mobilitas membrane timpani
Sakit pada telinga
Perforasi membrane timpani
Efusi telinga tengah
Umur <6 bulan harus terapi antibakteri tanpa memperhatikan diagnosis otitis media akut
Terapi antibakteri anak umur 6 bulan-2 tahun diberikan saat diagnosis sudah pasti
Terapi antibakteri anak >2 tahun direkomendasikan saat diagnosis sudah pasti dan penyakitnya parah
Observasi dianggap cocok saat pasien dimonitor perkembangan dan terapi antibakteri dapat dimulai saat gejala tetap atau memburuk
Amoksisilin, pada dosis tinggi (80-90mg/kg/hari)
Makrolida (Azitromisin dan Klaritromisin
Cephalosporin, cefdinir, cefpodoxime dan cefuxime
Cefriaxone secara intramuskular dosis tunggal
Clindamycin
Telinga berair (Otorrhoe)
Gangguan pendengaran
Nyeri telinga (Otalgia)
Vertigo
abses atau fistel retroaurikuler
polip atau jaringan granulasi
terlihat kolesteatoma
sekret berbentuk nanah dan berbau khas
Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan THT dengan otoskopi, audiometri dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Berdasar : factor penyebab, waktu pengobatan, perubahan yang terjadi.
Penatalaksanaan tipe BENIGMA : Fase Tenang & Fase Aktif
Antibiotik : Polimiksin B atau polimiksin E, Neomisin, Chloramphenicol 1%
Mastoiditis Akut
Mastoiditis Subakut
Mastoiditis Kronis
Demam dan malaise
Nyeri dibelakang telinga
Cairan atau kotoran yang keluar dari telinga
Daun telinga terdorong kedepan
Eritema dan edema jaringan lunak mastoid
iron depletion/store iron deficiency
iron deficiency anemia,
iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis
Kebutuhan zat gizi yang meningkat
Kurangnya zat gizi yang diserap
Perdarahan
Gangguan produksi eritrosit
Kulit Pucat
Rentan Terkena Infeksi
Respon Lambat dan Sulit Mengendalikan Diri
Lemah dan Letih
Berat Badan Stagnan dan Sulit Naik
Tangan dan Kaki Dingin
Mata Menguning
Memberikan Makanan Kaya Zat Besi
Pemberian Suplemen Zat Besi
Pemberian Obat Cacing
Transfusi Darah