Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Nama : Puja Rahmania NPM :…
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Mekanisme Sesak Napas
Definisi PPOK
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten dan biasanya bersifat progresif serta berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronis pada saluran napas
Edukasi
Menghindari asap rokok, hindari polusi udara, hindari infeksi saluran pernapasan berulang.
Mencegah perburukan PPOK dengan berhenti merokok, gunakan obat-obatan adekuat, mencegah eksaserbasi berulang
Patofisiologi PPOK
Klasifikasi PPOK
Berdasarkan tingkat keparahan GOLD
Ringan : FEV 1 ≥ 80% prediksi
Sedang : 50% ≤ FEV < 8-% prediksi
Berat : 30% ≤ FEV1 < 50% prediksi
Sangat berat : FEV1 < 30% prediksi
Etiologi
Bronkitis Kronik ( gangguan pada saluran napas)
Emfisema (Gangguan pada pleura)
Fakto Resiko
Merokok
Paparan lingkungan yang mengandung polutan
Riwayat keluarga
Riwayat eksaserbasi
Riwayat penyakit dasar seperti penyakit jantung,
osteoporosis, penyakit musculoskeletal
Cara Menegakkan Diagnosis
Anamnesis
Adanya riwayat merokok, polusi tempat kerja, dan paparan lingkungan tempat tinggal
Produksi sputum pada awalnya sedikit dan berwarna putih kemudian menjadi banyak dan kuning keruh
Batuk kronik yang tidak hilang selama beberapa bulan kemudian memberat selama beberapa hari
Sesak napas yang semakin lama semakin memberat terutama saat melakukan aktivitas berat (terengah-engah), sesak berlangsung lama, hingga sesak yang tidak pernah hilang sama sekali dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : purse lips breathing, Barrel chest pada thorak, pink puffer (pada emfisema) dan blue bloater (bronkitis kronik)
Palpasi : vokal fremitus melemah dan sela iga melebar
Perkusi : Hipersonor akibat peningkatan jumlah udara yang terperangkap, batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi : Suara nafas vesikuler normal atau melemah, terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernafas biasa atau pada ekspirasi paksa, dan ekspirasi memanjang
Pemeriksaan Penunjang
Uji Faal Paru dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-bronchodilator)
Foto Torak PA dan Lateral : Pada emfisema didapatkan gambaran hiperinflasi, yaitu diafragma rendah dan rata, hiperlusensi, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar, dan jantung yang menggantung/penduler (memanjang tipis vertikal)
Photo Thorak : Pada Bronkitis Kronik dapat menunjukkan hasil yang normal ataupun dapat terlihat corakan bronkovaskuler yang meningkat disertai sebagian bagian yang hiperlusen.
Analisa Gas Darah (AGD)
Diagnosa Banding
Asma Bronkial
Heart Failure
Bronkiektasis
Tb Paru Aktif
Bronkitis kronik
Tatalaksana
Farmako
Populasi A: pasien dengan terapi bronkodilator berdasarkan efek terhadap gejala sesak. Dapat berupa obat kerja panjang dan kerja pendek.
Populasi B: terapi utama harus mengandung bronkodilator kerja panjang dan dikonsumsi apabila gejala muncul. Pada pasien dengan gejala sesak berat pada monoterapi, direkomendasikan menggunakan 2 jenis bronkodilator.
Populasi C: terapi utama harus mengandung bronkodilator kerja panjang tunggal
Populasi D: terapi dimulai dengan LABA/LAMA sebagai pencegahan eksaserbasi. Apabila eksaserbasi tidak dapat diterapi dengan LABA/LAMA, maka dapat ditambahkan roflumilast atau macrolide, dan stop ICS.
Non-farmako
Terapi oksigen dan ventilasi
Edukasi merokok dan self management
Aktivitas fisik dan program rehabilitasi paru
Intervensi bronkoskopi dan operasi
Komplikasi
Gagal napas
Infeksi berulang
Cor pulmonal
Prognosis
dari PPOK cukup buruk, karena PPOK tidak dapat disembuhkan secara permanen, 30% penderita dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu satu tahun, 95% meninggal dalam waktu 10 tahun.
Nama : Puja Rahmania
NPM : 1908260060