Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
PUBERTAS & EDUKASI SEX PADA ANAK - Coggle Diagram
PUBERTAS & EDUKASI SEX PADA ANAK
PUBERTAS NORMAL
PUBERTAS ABNORMAL
Perkembangan pubertas dianggap abnormal bila awal pubertas terlampau dini atau terlambat.
Pubertas prekoks ialah perkembangan ciri-ciri seks sekunder yang terjadi sebelum usia 8 tahun pada seorang anak perempuan atau sebelum umur 9 tahun pada seorang anak laki-laki
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang berlangsung dalam tahapan-tahapan dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor neuroendokrin yang kompleks.
Faktor tersebut bertanggung jawab terhadap awitan dan perkembangan menuju maturitas seksual yang sempurna.
CIRI PERKEMBANGAN SEX SEKUNDER
PRIA
lengan dan tungkai kaki bertambah panjang;
tangan dan kaki bertambah besar
pundak dan dada bertambah besar dan membidang
otot menguat
tumbuh jakun
tumbuh rambut-rambut di ketiak, sekitar muka dan sekitar kemaluan
penis dan buah zakar membesar
suara memberat
WANITA
lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
pertumbuhan payudara
tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina
panggul mulai melebar
tangan dan kaki bertambah besar
tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar
vagina mengeluarkan cairan
pantat bertambah lebih besar.
PSIKOSOSIAL DALAM PUBERTAS
EARLY
terjadi pada usia usia 12-14 tahun
Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
Krisis identitas,
Jiwa yang labil
Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.
MIDDLE
terjadi antara usia 15-17 tahun
tertarik akan intelektualitas dan karir
Secara seksual sangat memperhatikan penampilan
Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif
Sudah mulai mempunyai konsep role model
mulai konsisten terhadap cita-cita.
AKHIR
dimulai pada usia 18 tahun
Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan
mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan
Identitas diri menjadi lebih kuat
Mampu memikirkan ide
Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata
Emosi lebih stabil
Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata
BAHAYA PORNOGRAFI
DARI SEGI MEDIS
Merusak otak
membuag anak menjadi kecanduan
sulit konsentrasi & fokus
Anak dapat menjadi sebagai korban
Anak sebagai pelaku
Tidak sensitif terhadap kejahatan seksual
Act out: butuh pelampiasan
“Kecanduan akibat pornografi menimbulkan kerusakan otak di bagian Prefrontal Korteks
konten yang ada dalam film porno akan selalu ada dalam memori manusia, sedangkan pada pecandu narkoba efek dari zat psikoaktif dapat dihilangkan dari tubuh.
DARI SEGI AGAMA
SANKSI PERZINAHAN sangat TEGAS: rajam bagi yang sudah pernah menikah dan cambuk 100 kali bagi yang bujangan/perawan.
Al wasilatu ila al haram, haraam (sarana yang menghantarkan kepada haram maka hukumnya haram) “
Kasus mengedarkan materi pornografi dalam sistem pidana Islam termasuk dalam bab TA’ZÎR.
Jika terbukti maka bentuk dan kadar sanksinya diserahkan kepada IJTIHAD QADHI; bisa dalam bentuk tasyhir (diekspos), di penjara, dicambuk dan bentuk sanksi lain yang dibenarkan oleh syariah.
Adapun dari sisi dosa (pelaku zina), ia seperti melakukan INVESTASI DOSA, yang dosanya tetap mengalir kepadanya walaupun dia sudah meninggal.
EDUKASI SEX DARI ASPEK;
MEDIS
mengedukasi karena itu dapat membuat kecanduan. Pecandu Adalah orang yang mengalami ketergantungan psikologis & biologis secara abnormal terhadap sesuatu yang bisa mengganggu kegiatan rutinnya
pendidikan seks diawali dengan memperkenalkan bagian tubuh.
Orang tua ataupun para pendidik dapat memberitahukan dampak yang akan diterima oleh anak
Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan,
menanamkan jiwa maskulinitaspada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan. Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan
mendasar.
AGAMA
Islam melarang tabarruj (berhias berlebihan di ruang publik), berciuman, berpelukan, bercampur-baur antara pria-wanita, berkhalwat dengan wanita bukan mahram, dan segala perbuatan yang dapat mengantarkan kepada perzinaan.
ISLAM MELARANG PENYEBARAN segala bentuk PORNOGRAFI & PORNOAKSI di tengah masyarakat
Islam telah menggariskan adanya LARANGAN bagi setiap Muslim untuk mencari REZEKI dengan JALAN HARAM.
Islam pun MENGHARAMKAN menceritakan hubungan intim suami-istri, meskipun hanya diceritakan kepada istrinya yang lain.
menanamkan rasa malu pada anak Jangan biasakananak-anak,walauma sih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya, ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya.
Membiasakan anak perempuan sejak kecil berbusana muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligusmengajari anaktentang auratnya.
Islam menghendaki agar laki-laki memilikikepribadianmaskulin, dan perempuan memiliki kepribadian feminin
memisahkan tempat tidur mereka. Usia antara7-10 tahun merupakan usia saat anakmengalami perkembangan yang pesat
FISIOLOGIS PUBERTAS
PRIA
LH menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi testosteron, sedangkan FSH menstimulasi sel Sertoli memproduksi suatu peptida yang disebut inhibin yang pada gilirannya akan menimbulkan reaksi umpan balik dan menghambat estrogen FSH.
WANITA
FSH menstimulasi sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan folikel untuk mensekresi inhibin
Sementara itu LH muncul dan sedikit berperan sampai saat menarke dan menjadi pencetus timbulnya ovulasi, selanjutnya menstimulasi sel theca mensekresi androgen dan prekursornya.
REFERENSI
Stang J. and Story M. 2005. Adolescent Growth and Development. In: Stang J., and Story, M
(Eds). Guidelines for Adolescent Nutrition Services
Tahap pertumbuhan dan perkembangan
tanda-tanda seks sekunder remaja*
MEDICINA 2017, Volume 48, Number 2: 75-82
P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321
Atiqah, Mar’atul. 2015. Penggunaan Toilet Training untuk Pengenalan Pendidikan Seks pada Anak Usia 4-5 Tahun TK Pembina.
http://id.portalgaruda.org/?ref=author&mod=profile&id=236463
. 15 Juni 2015.
Rosenfield RL. Puberty in the female and its disorders. Dalam: Sperling MA, 1. penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-2. Philadelphia: Saunders; 2002. h 455-518.
Pathomvanich A, Merke DP, Chrousos GP. Early puberty:A cautionary tale. J 4. Pediatr 2000;105: 797-802.
Klein OK. Editorial: Precocious puberty: Who has it? Who should be treated? J Clin Endocrinol Metab 1999;84:1-6.
Pulungan AB, Delemarre-van de Wall HA. Management of growth disorders. 31. Paediatr Indones 2002;42:225-38.