GIZI BURUK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

a. Ras/etnik atau bangsa.

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.

c. Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

e. Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

Faktor luar (eksternal).

A. Faktor Prenatal

a. Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b. Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.

c. Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

d. Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.

Peran Nutrisi

Mulai diberikan pada usia 6 bulan

Jika ASI tidak cukup maka dapat diberikan paling dini usia 4 bulan

Tidak boleh diberikan lebih lambat dari usia 6 bulan

Hindari makanan mengandung nitrat pada bayi usia <6 bulan

Screenshot (84)

Screenshot (83)

Penyimpanan ASI

Mencuci tangan sebelum memerah ASI

Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih.

Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi

Beri label berisi nama anak dan tanggal ASI diperah

Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru pada wadah penyimpanan.

Jangan menyimpan ASI yang sudah dikonsumsi.

Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen penting dalam susu

Screenshot (86)

10 TATALAKSANA GIZI BURUK

image

Penilaian status gizi

image

cara pemeriksaan anak dengan gangguan gizi

ANAMNESIS

click to edit

PEMERIKSAAN FISIK

Ukuran Antropometrik

Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:

  1. tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB) terhadap umur,

lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.

Untuk dapat memberikan pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut diperlukan

keterangan yang akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya adalah di daerah-daerah

tertentu, penetapan umur anak kurang tepat karena orang tua tidak ingat bahkan tidak ada catatan mengenai tanggal lahirnya.

  1. tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), lingkaran lengan
    atas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).

Hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu

misalnya NCHS dari Harvard atau standar baku nasional (Indonesia) seperti yang terekam pada

Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku

tersebut maka dapat diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk

menilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan posisi anak tersebut pada persentil (%)

keberapa untuk suatu ukuran antropometrik pertumbuhannya, sehingga dapat disimpulkan

apakah anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu juga dapat

diamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.

Anamnesis yang baik dan terarah akan memudahkan dalam menegakkan

diagnosis, sehingga dibutuhkan anamnesis yang lengkap pada pasien, termasuk

riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, makanan, imunisasi, pertumbuhan dan

perkembangannya serta riwayat keluarga dan corak reproduksi, dan sebagainya.

Dengan perkataan lain, dokter harus memperhatikan seluruh aspek tumbuh kembang anak

Anamnesis sebaiknya dilakukan dalam suasana yang kondusif dan nyaman

sehingga orang tua atau pengantar pasie dapat mengemukakan keadaan pasien

dengan spontan, wajar namun tidak berkepanjangan. Anamnesis biasanya dilakukan

dengan cara tatap muka, dan keberhasilannya tergantung pada kepribadian,

pengalaman dan kebijakan pemeriksa. Pemeriksa harus bersikap empati dan

menyesuaikan diri dengan keadaan social, budaya, pendidikan serta memperhatikan

kepribadian dan kondisi emosional orang tua yang diwawancarai.

Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat

mungkin memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menceritakan riwayat

penyakit pasien sesuai persepsinya, bukan memberikan pertanyaan yang jawabannya hanya “ya” atau “tidak”.