Penyakit paru obstrukrtif VS Penyakit paru restriktif

Definisi

sekolompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara

Selompok penyakit paru tersebut adalah bronkitis kronis, emfisema paru-paru dan asma bronchial

penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara, bersifat progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya

merujuk pada beberapa hal yang menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. Meskipun beberapa jenis seperti, bronkitis obstruktif, emfisema

terjadi sebagai hasil dari peningkatan resistensi sekunder terhadap edema mukosa bronkus atau kontraksi otot polos

dapat diakibatkan oleh penurunan kelenturan, seperti pada emfisema. Kelenturan (elastic recoil) adalah kemampuan mengempiskan paru dan menghembuskan nafas secara apasif

Etiologi

Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif

Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi produksi mukus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi

Kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus

Faktor resiko lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi saluran nafas saat anak-anak, dan keturunan

Paparan terhadap beberapa polusi industri tempat kerja juga dapat meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif

Riwayat merokok

Perokok aktif

Peroko pasif

Bebas perokok

Derajat berat merokok berdasarkan banyak rokok yang dihisap perhari dibagi menjadi 2 klasifikasi

Ringan : 0-10 batang / hari

Sedang : 11-20 batang / hari

Berat : >20 batang / hari

Patofisiologi

Bronkitis obstruksi kronis merupakan akibat dari inflamasi bronkus, yang merangsang peningkatan produksi mukus, batuk kronis, dan kemungkinan terjadi luka pada lapisan bronkus

Berbeda dengan bronkitis akut, manifestasi klinis bronkitis kronis berlangsung minimal tiga bulan selama satu tahun dalam dua tahun berturut-turut

Bronkitis kronis ditandai dengan hal-hal berikut

Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar submukosa pada bronkus yang menyebabkan peningkatan produksi mukus

Peningkatan jumlah sel goblet yanag juga memproduksi mukus.

Terganggunya fungsi silia, sehingga menurunkan pembersihan mukus.

Emfisema adalah gangguan yang berupa terjadinya kerusakan pada dinding alveolus

Kerusakan tersebuat menyebabkan ruang udara terdistensi secara permanen.

Akibatnya aliran udara akan terhambat, tetapi bukan karena produksi mukus yang berlebih seperti bronchitis kronis.

Beberapa bentuk dari emfisema dapat terjadi akibat rusaknya fungsi pertahanan normal pada paru melawan enzim-enzim tertentu

Peneliti menunjukkan enzim protease dan elastase dapat menyerang dan menghancurkan jaringan ikat paru.

Asma melibatkan proses peradangan kronis yang menyebabkan edema mukosa, sekresi mukus, dan peradangan saluran nafas

Ketika orang dengan asma terpapar alergen ekstrinsik dan iritan

saluran napasnya akan meradang yang menyebabkan kesulitan napas, dada terasa sesak, dan mengi.

Radikal bebas mempunyai peran besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru.

Pada bronkitis kronis akan terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi saluran pernafasan, hipertrofi otot polos serta distorsi yang diakibatkan fibrosis

Manifestasi klinik

susah bernapas, kelemahan badan, batuk kronik, nafas berbunyi, mengi atau wheezing dan terbentuknya sputum dalam saluran nafas

Perubahan bentuk yang terjadi yaitu diameter bentuk dada antero-posterior dan transversal sebanding atau sering disebut barrel chest

menggunakan otot bantu pernafasan dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi hipertropi otot dan pelebaran di sela-sela iga atau daerah intercostalis

Komplikasi

Infeksi Saluran Nafas

akibat terganggunya mekanisme pertahanan normal paru dan penurunan imunitas

pernafasan sudah terganggu, infeksi biasanya akan mengakibatkan gagal nafas akut dan harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit

Pneumothoraks Spontan

Pneumothoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya belb (kantong udara dalam alveoli) pada penderita emfisema

Pecahnya belb itu dapat menyebabkan pneumothoraks tertutup dan membutuhkan pemasangan selang dada (chest tube) untuk membantu paru mengembang kembali

Dypsnea

Pasien sering mengeluh sesak nafas yang bahkan muncul saat tidur (one set dyspnea)

Selama tidur terjadi penurunan tonus otot pernafasan sehingga menyebabkan hipoventilasi dan resistensi jalan nafas meningkat

Hipoksemia

Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan tingkat PO2<55 mmHg dengan nilai saturasi O2<85%.

awalnya pasien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul gejala seperti sianosis

Pemeriksaan Penunjang

Chest X-ray : dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskuler/bullae

Uji Faal Paru Dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-bronchodilator) : berguna untuk menegakkan diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan menentukan prognosis pasien

TLC (Total Lung Capacity) : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asma, menurun pada penderita emfisema

Kapasitas Inspirasi : menurun pada penderita emfisema

Defenisi

Penyakit paru restriktif merupakan penyakit paru yang insidennya lebih jarang dan hanya dalam jumlah terbatas yang bersifat reversibel

Penyakit paru restriktif ditandai dengan gangguan pada parenkim, pleura, dinding thorax atau neuromuskular dan menyebabkan menurunnya Total Lung Capacity (TLC).

Etiologi

penyakit paru intrinsik

Penyakit Fibrosis Idiopatik meliputi peneumonia interstisial akut, pneumonitis interstisial limfositik dan pneumonitis interstisial desquamatif.

Penyakit kolagen vaskular yaitu : skleroderma, polimiositis, dermatomiositis, SLE, RA dan ankilosing spondilitis

Obat-obatan : nitrofurantoin, amiodarone, preparat emas, phenitoin, bleomisin, siklopospamid, metotrexat, radiasi, dll

Penyakit lain berupa : sarkoidosis, pulmonary langerhans cell histiocytosis. Pulmonary vasculitis, pneumonia eosinofilia, alveolar proteinosis.

Paparan debu anorganik : silikosis, asbestosis, pneumoconiosis, beryliosis, metal fibrosis.

Paparan debu organik : farmers lung, bird fanciers lung, bagassosis, hipersensitivitas pneumonitis.

Penyakit paru ekstrinsik

Penyakit nonmuskular dinding thorax baik primer atau sekunder seperti kiposis, polio, muskular distropi, fibrothorax, efusi pleura masif, obesitas, ankilosing spondilitis dll.

Gangguan neuromuskular seperti miasteniagrapis, miopati atau miositis, quadraplegia,dll.

Gangguan pleura meliputi efusi, asbestosis dll.

Epidemologi

Di Amerika Serikat, gangguan paru intrinsik dengan prevalensi 3-6 kasus per 100.000 penduduk.

Prevalensi idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) 27-29 kasus per 100.000 orang, denga usia antara 35-44 tahun. Prevalensi pada usia > 75 tahun meningkat yaitu 175 kasus per 100.000 orang.

Faktor risiko pada gangguan ini adalah terpapar debu, metal, larutan organik dan pekerja agrikultural.

Mortalitas dan morbiditas dari penyakit paru restriktif tergantung pada penyebab utama.

Survival rate penyakit IPF sekitar 3 tahun. Faktor prediksi mortalitas yaitu : usia tua, laki-laki, fungsi paru yang buruk, derajat keparahan fibrosis

respon yang lemah terhadap terapi, terdapatnya gambaran fibroplasia pada histopatologi

Berdasarkan ras dilaporkan bahwa ras kulit putih penderita sarkoidosis di US memiliki risiko 10-17 kali dibandingkan ras kulit hitam.

Gejala dan Tanda

Evaluasi awal berupa riwayat pekerjaan, paparan, kebiasaan dan faktor risiko HIV pada pasien ditanyakan kepada pasien untuk mengidentifikasi etiologi penyakit

onset terjadinya penyakit dapat dibagi 3

Onset akut : beberapa hari- minggu, contoh interstisial pneumonitis, pneumonia eosinofilia, difuse alveolar hemorage

Onset subakut : beberapa minggu – bulan, contoh sarkoidosis, connective tissue diseases, alveolar hemorrage, drug induced interstisial lung diseases

Onset kronik : IPF, sarkoidosis, pulmonary langerhans cell histiocytosis

Gejala

Sesak nafas

Penyakit paru restriktif

Batuk kering. Batuk produktif merupakan gangguan parenkim paru difus

Hemoptisis pada pasien sindroma alveolar difus hemorage dan vaskulitis

Wheezing merupakan manifestasi yang jarang, tetapi dapat timbul pada pasien

gejala ekstrinsik

Penyakit nonmuskular pada dinding thorax yaitu kiposkoliosis. Pasien dengan usia < 35 tahun biasanya bersifat asimtomatik, sedangkan usia dewasa menengah biasanya mengalami dispneu, menurunnya toleransi latihan dan infeksi pada sistem respirasi.

Penyebab gagal nafas biasanya bersifat multifaktorial dan merupakan penyebab kedua dari deformitas spinal, kelemahan otot, gangguan kontrol ventilasi, gangguan bernafas dan penyakit saluran nafas.

Gangguan neuromuskular muncul sesuai dengan progresifitas kelemahan otot bantu nafas. Pasien mengalami sesak nafas saat latihan, diikuti dispneu saat istirahat dan kondisi ini berpotensi untuk terjadinya gagal nafas.

Pasien dengan gangguan neuromuskular menimbulkan kelemahan otot nafas dan menyebabkan kelelahan, dispneu, gangguan kontrol sekresi dan serangan infeksi saluran nafas berulang.

gejala intrinsik

Velcro crackles merupakan tanda yang sering pada penyakit paru interstisial.

Ronkhi inspiratoar pada bronkiolitis

Sianosis saat istirahat jarang ditemukan pada penyakit paru interistial. Hal ini merupakan manifestasi pada kondisi berat

Clubbing finger sering ditemukan pada idiopatik pulmonary fibrosis dan jarang pada kondisi lain seperti sarkoidosis atau pneumonitis hipersensitivitas

Extrapulmonary berupa eritema nodosum sebagai salah satu tanda sarkoidosis. Makulopapular rash merupakan tanda conective tissue disease, atau drug induced. Raynoud phenomenon merupakan tanda connective tissue disease dan teleangiectase merupakan tanda skleroderma. Tanda dari sarkoidosis sistemik berupa limpadenopati perifer, pembesaran kelenjar liur, hepatosplenomegali. Uveitis dapat muncul pada sarkoidosis dan ankilosing spondilitis.

Cor pulmonale Chronicum muncul pada fibrosis paru tahap lanjut atau kiposkoliosis tahap lanjut. Hipertensi pulmonal dan cor pulmonale ditandai dengan adanya pergeseran jantung ke kanan, gallop.

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Anemia dapat ditemukan pada vaskulitis, polisitemia merupakan tanda hipoksemia yang dapat terjadi pada kasus berat, leukositosis merupakan tanda pneumonitas hipersensitivitas akut.

Antinuclear antibodi dan Rheumatoid faktor untuk menilai penyakit kolagen vaskular, creatinin kinase untuk poliomiositis, anti neutropilic cytoplasmic antibodi untuk vaskulitis dan antiglomerular basement membran antibody untuk goodpasture syndrome.

Terdapat antibodi terhadap antigen pada pneumonitis hipersensitivitas. Serum angiotensin-converting enzim pada sarkoidosis

Foto thorax

Diagnosa dari penyakit paru interstisial biasanya melalui foto thorax abnormal. Hanya sekitar 10% foto thorax normal.1,6

Gambaran foto thorax berupa : reticulonodular, ground glass appearance

High Resolution Computed Tomography (HRCT)

CT scan torax dengan resolusi tinggi dapat menegakkan penyakit paru restriktif. IPF dapat ditegakkan secara klinis dan dengan CT scan tanpa memerlukan biopsi. Zona paru perifer bibasiler merupakan zona yang dapat terlibat pada IPF, asbestosis, connective-tissue disease, pneuminia eosinopilia.

Gangguan sepanjang bronkovaskuler merupakan sarkoidosis atau lymphangitic carcinoma.

Kelaiann pada zona atas paru sering ditemukan pada sarkoidosis, granuloma eosinopilia, pneumonitis hipersensitive kronik sedangkan pada zona bawah merupakan kelainan IPF, asbestosis dan rheumatoid artritis.

Zona bawah dan infiltrasi perifer sering ditemukan pada IPF atau asbestosis.

tes fungsi faal paru

Pada penyakit restriktif paru diperoleh penurunan Total Lung Capcity (TLC), Functional Residual Capacity (FRC) dan Residual Volume (RV).

Penurunan Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) dan Forced Vital capacity (FVC) dengan nilai normal atau peningkatan rasio FEV1 terhadap FVC menunjukkan suatu kondisi restriktif

Contoh penyakit

Idiopathik Pulmonary Fibrosis

Pneumonia desquamatie interstisial

Connective Tissue Diseases

Anti-Neutrophil Cytoplasmic Antibody (ANCA)-associated vasculities

Penyakit Paru Eosinopilia

Bronchiolitis obliterans with organizing pneumonia/cryptogenic organizing pneumonia

Asbestosis

Sarkoidoiosiss

CICI BAYU NANDA

1808260092