Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
INFEKSI PARASIT PADA PENYAKIT PARU, CICI BAYU NANDA, 1808260083 - Coggle…
INFEKSI PARASIT PADA PENYAKIT PARU
Cacing (Helminthes)
Cacing merupakan organisme multiselular yang mempunyai variasi ukuran, dari ukuran yang sangat kecil (mm) sampai beberapa meter (m).
Cacing umumnya dilindungi oleh selaput tegument yang menjaga mereka dari lingkungan sekitarnya. Siklus hidup organisme ini meliputi bentuk telur, larva dan dewasa.
Infeksi pada manusia akibat tertelan oleh telur atau larva, penetrasi ke kulit oleh larva atau tranmisi serangga oleh larva
Manusia dapat menjadi penjamu satu-satunya, penjamu sementara, intermediate (reproduksi aseksual) dan penjamu defenitip (dengan reproduksi seksual di tubuh).
Terinfeksinya paru manusia oleh cacing diakibatkan oleh berbagai faktor. Adapun siklus hidup cacing yang dapat menyebabkan infeksi, diantaranya yaitu larva nematoda, telur schistosoma, dan bentuk dewasa paragonimiasis dan cestoda.
Respon imun penjamu sering menjadi gambaran mencolok dari infeksi patologik di paru. Pada hewan percobaan, tingkat kerusakan jaringan dan respon imun penjamu ditunjukkan oleh regulasi dari antibodi, imun seluler dan respon sitokin.
Protozoa
Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni (proto=pertama, zoon=hewan).
Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada manusia dan binatang. Protozoa terdiri atas (satu atau lebih) inti dan sitoplasma. Sedangkan reproduksi protozoa berlangsung secara asksual dan seksual
Penularan melalui parasit stadium infeksi ketika berpindah dari hospes ke hospes lain secara langsung atau melalui makanan dan air (E. histolitica, Trichomonas), atau penularan parasit melalui vector (misalnya plasmodium ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan vector Trypanosoma adalah lalat Glossina).
Diagnosis harus ditetapkan melalui pemeriksaan laboratorium untuk menemukan parasit dalam bahan saluran cerna (amoebiasis), darah dan jaringan (malaria). Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara sediaan apus langsung, pembiakan, tes serologi sampai PCR (polymerase chain reaction) untuk deteksi DNA atau RNA parasit.
Suhu dan kelembaban yang mempengaruhi pertumbuhan vector dan perkembangan parasit dalam tubuh vector, merupakan faktor penting dalam penularan penyakit parasit oleh vector.
PENYAKIT PARASIT PARU DAN KLASIFIKASINYA
Parasit Protozoa Paru
Parasit protozoa yang menyebabkan penyakit paru adalah Entamoeba histolytica, Leishmania donovani, parasit malaria (Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae dan P. ovale), Toxoplasma gondii, Babesia microti dan Babesia divergens
Amoebiasis Paru
Agen penyebab amoebiasis adalah parasit protozoa Entamoeba histolytica. Amoebiasis paru terjadi karena ekstensi dari penyakit amoebik hati. Penyakit ini merupakan penyebab ketiga kematian akibat infeksi parasit setelah malaria dan schistosomiasis
Diperkirakan 1 % dari populasi dunia terinfeksi, dengan 40.000-110.000 berhubungan dnegan kematian dilaporkan setiap tahunnya. Infeksi didapat dengan masuknya kista ke saluran cerna dalam bentuk tropozoit ke usus besar dan menyerang dinding usus
Selanjutknaya siklus hidup Entamoeba histolytica
Manifestasi klinis berupa demam, nyeri kuadran kanan atas, nyeri dada, dan batuk adalah gambaran pleura paru amoebiasis. Sebagian pasien tampak dengan penapasan distress dan syok. Batuk darah dan sputum pus “anchovy souce-like” menunjukkan amoebiasis.
Leishmaniasis Paru
Leishmaniasis viseral disebabkan oleh Leishmania donovani dan infeksi ditransmisi oleh berbagai sepsis dari Phlebotomus, lalat (agas).
Penyakit ini disebut juga penyakit kala azar atau tropical splenomegaly atau dum-dum fever. Endemik penyakit ini sangat luas, yaitu berbagai Negara di Asia (India), Afrika, Eropa (sekitar Laut Tengah), Amerika Tengah dan Selatan.
Di Indonesia penyakit ini belum pernah ditemukan. Anjing merupakan hospes reservoir.
Dilaporkan pasien HIV/AIDS didapatkan pneumonitis, efusi pleura dan adenopati mediastinal. Leishmania amastigotes dapat ditemukan di alveoli, septa dari paru, cairan broncoalveolar
Malaria Paru
Empat jenis malaria yang menyerang manusia (Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malaria dan P. ovale).
Parasit ditransmisi oleh nyamuk Anopheles sebagai vector. Merozoit berkembang dari skizon dengan eritrosit yang telah terinfeksi dan keluar karena proses hemolisis dengan perbedaan interval waktu tergantung dari spesis yang bersangkutan
Daur hidup keempat spesis Plasmodium pada manusia umumnya sama. Proses tersebut terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nayamuk Anopheles dan fase seksual (skizogoni) dalam badan hospes.
Metronidazole merupakan pilihan yang utama. Diberikan dosis 750 mg tiga kali sehari selama 10 hari. Agen luminal : Iodoquinol, Diloksanid furoat dan Paramomicin (humatin®) digunakan untuk eradikasi amoebiasis di saluran cerna
Toxoplasmosis Paru
Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Kucing merupakan hospes defenitip. Manusia terkena infeksi ketika termakan kista parasit dari kulit atau daging mentah, kerang matang (sate) atau produk susu.
Gejala dari toxoplasmosis paru seperti sindrom flu, pembengkakan kalenjar limph atau mialgia. Toxoplasmosis paru sering meningkat kejadiannya pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS dengan gambaran paru berupa pneumonia interstitial, kerusakan difus alveolar, konsolidasi dan efusi pleura
Diagnosis toxoplasmosis didasari dengan ditemukannya protozoa pada jaringan. Pemeriksaan PCR pada BAL pernah dilaporkan positip pada pasien HIV. Toksoplasmosis dapat diobati dengan kombinasi pyrimethamin dan sulfadiazine
Babesiosis Paru
Babesiosis paru disebabkan oleh parasit hemoprotozoa, Babesia microti dan Babesia divergens. Manusia mendapat infeksi dari gigitan kutu yang terinfeksi, Ixodes scapularis tetapi dapat juga dari kontaminasi tranfusi darah.
Parasit juga dapat menyerang sel darah merah dan dapat terjadi misdiagnosis sebagai plasmodium.
Gejala yang terkadi demam, keringat basah, kelelahan, kehilangan napsu makan, mialgia dan sakit kepala. ARDS terjadi beberapa hari setelah inisiasi terapi, hal ini merupakan hal penting dari manifestasi paru
Pengobatan dengan kombinasi dari Klindamisin (600 mg setiap 6 jam) dan kuinin (650 mg setiap 8 jam) atau Atovaquone (750 mg setiap 12 jam) dan azithromicin (500-600 mg pada hari pertama dan 250-600 mg pada hari berikutnya) selama 7-10 hari
Parasit Cacing Paru
Parasit cacing terdiri dari tiga kelas (Cestoda, Trematoda dan Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada manusia
Cestoda
Penyakit paru hydatid pada manusia disebabkan oleh Cestoda, Echinococcus granulosus dan Echinococcus multilocularis
Penyakit Paru Hydatid
Kista hydatid terutama terbentuk di hati dan paru-paru. Echinococcosis paru alveolar disebabkan oleh penyebaran secara hematogen dari lesi di hati.
Gejala paru meliputi batuk, demam, sesak dan nyeri dada. Ruptur dari kista di bronkus dapat menyebabkan hemoptisis dan ekspektorasi dari cairan kista yang mengandung membrane parasit dan dapat menyebabkan syok anafilaktik, distress pernapasan, seperti gejala asma, pneumonia persisten dan sepsis.
Radiografi dada menunjukkan gambaran opaq soliter atau multiple, seperti tumor paru. Dapat juga dijumpai gambaran crescent sign, cumbo’s sign (onion peel sign), water-lily sign dan air-fluid level pada radiografi dada dan CTscan dada. Tanda crescent sign, signet ring sign and serpent sign adalah gambaran khas CT scan dari kista hidatid paru
Trematoda
Schistosomiasis paru dan paragonomiasis disebabkan oleh parasit trematoda.
Schistosomiasis Paru
Schistosomiasis dikenal juga dengan Billharziasis dapat menyerang manusia disebabkan oleh S. haematobium, S. mansoni dan S. japonicum. Cacing yang endemic di Asia Selatan, Timur tengah, sub sahara Afrika, Carriben dan Amerika Selatan.
Telur dari shistosoma melalui urin (S. haematobium) melalui feces (S. mansoni dan S. japonicum). Infeksi didapat ketika terpaparnya kulit dengan air yang terkontaminasi dengan cercaria yang dikeluarkan oleh siput,
Diagnosis dari Schistosomiasis kronik didasari dengan didapatkannya telur pada kotoran atau kencing dengan pemeriksaan miskroskop langsung atau biopsi rectum/kandung kemih
Paragonimiasis Paru
Paragonimiasis yang dapat menginfeksi manusia disebabkan oleh trematoda Paragonimus wastermani. Area endemik utama di Asia Timur, Asia Selatan, Amerika Latin (terutama Peru), dan Afrika (terutama Nigeria).
Infeksi terjadi melalui makanan seperti ketam yang kurang dimasak atau udang yang terinfeksi dengan metacercaria. Parasit masuk ke usus dan berkembang serta melewati beberapa organ dan jaringan untuk mencapai ke sirkulasi paru
Manifestasi peradangan paru berupa demam, nyeri dada, batuk kronis dan batuk darah. Eosinofilia darah tepid an peninggian serum level IgE sering terlhat pada 80 % pasien. Foto dada mungkin menunjukkan infiltrate, nodular dan bayangan kavitas
Diagnosis dibuat dengan ditemukannya telur dalam sputum, cairan BAL dan jaringan biops paru yang terdiri protease sitein dan immunoglobulin.
Nematoda
Penyakit paru yang disebabkan oleh parasit nematoda adalah ascariasis paru, ankilostomiasis paru, strongyloidiasis paru, eosinofilia paru tropik , dirofilariasis paru, visceral larva, migrans dan trichinellosis paru.
Ascariasis Paru
Ascaris lumbricoides merupakan infeksi parasit usus yang paling umum. Migrasi parasit secara hematogen dan limfatik usus kecil ke sirkulasi paru
Strongyloidosis Paru
Penyakit strongyloidosis paru disebabkan S. Stercoralis, umumnya di Amerika Utara, Asia Selatan dan sub sahara Afrika
Diagnosis defenitip strongyloidosis paru jika diidentifikasi larva pada sputum. Tes serologi yang digunakan oleh Centers for Disease Control (CDC) berupa enzyme immunoassay (EIA) untuk deteksi antibody S. stercoralis menunjukkan sensitivity 94,6 %.(1,4,8) Pada strongyloidosis diseminata dapat
Ankilostomiosis Paru
Askilostomiosis paru disebakan oleh infeksi dari cacing tambang (Hookworn). Yang menginfeksi manusia adalah A. duodenale dan N, americanus. Manusia merupakan hospes parasit. Prevalensi di Indonesia cukup tinggi,
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Eosinofilia darah tepi merupakan penemuan penting. Untuk membedakan spesies A. duodenale dan N. americanus dapat dilakukan dengan biakan misalnya dengan cara Haeada-Mori.
Pengobatan dengan Mebendazol dan Albendazol. Mebendazol diberikan 100 mg dua kali sehari selama 3 hari. Albendazol diberikan dosis tunggal 400 mg. Sedangkan Pirantel pamoat dosis 11 mg/kgBB oral (maksimum 1 gr) dalam dosis tunggal
CICI BAYU NANDA
1808260083