Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Abortus, Kelompok 1 RAHMA AULIA SITORUS 18082260034 - Coggle Diagram
Abortus
Etiologi
a. Faktor janin
Faktor janin merupakan penyebab yang sering terjadi pada abortus spontan. Kelainan yang menyebabkan abortus spontan tersebut yaitu kelainan telur (blighted ovum), kerusakan embrio dengan adanya kelainan kromosom, dan abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
b. Faktor ibu
Faktor yang menyebabkan abortus terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu :
1) FaktorInternal
a) Usia
pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilannya tidak dipelihara dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress. Akan meningkatkan resiko terjadinya abortus.
b) Paritas
Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas ibu.
c) Jarak kehamilan
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang
dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus). Insidensi abortus pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan aterm.
d) Riwayat abortus sebelumnya
riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali maka risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi menyatakan risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%.
e) Faktor genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
kelainan kariotip embrio yang merupakan kelainan sitogenik berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis dari fertilitas abnormal. Sebagian dari kejadian abortus pada trimester pertama berupa trisomi autosom yang timbul selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal. Insiden trisomi ini dapat meningkat dengan bertambahnya usia dimana risiko ibu terkena aneuploidi diatas 35 tahun. Selain dari struktur kromosom atau gen abnormal, gangguan jaringan konektif lainnya misalnya Sindroma Marfan dan ibu dengan sickle cell anemia berisiko tinggi mengalami abortus
2) Faktor Eksternal
) Faktor lingkungan dan pemakaian obat
b) Faktor sosial budaya
c) Pendidikan
d) Status ekonomi (pendapatan)
e) Pekerjaan
f) Alkohol
Merokok
Faktor ayah)
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus spontan. Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus dimana abnormalitas kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus
Klasifikasi abortus
Berdasarkan kejadiannya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu
a. Abortus Spontan
Adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
b. Abortus buatan/Abortus provokatus, yang terbagi menjadi 2 yaitu:
Abortus Provokatus Terapetikus (abortus buatan menurut indikasi medis). Abortus ini sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dilakukan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu, misalnya penyakit jantung, hipertensi essensial dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh Tim ahliyaitu dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.
: :. - Abortus Provokatus Kriminalis (abortus buatan kriminal) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orangyang tidak berwenang dan dilarang oleh
Berdasarkan gambaran klinis, abortus dibagi menjadi 6 yaitu
Abortus imminens (keguguran mengancam)
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Didiagnosa bila seorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Perdarahan yang terjadi dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat disertai rasa nyeri perut bawah atau punggung bawah.
Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang- kadang keluar gumpalan darah yang disertai rasa nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi, sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi.)
c. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Didiagnosa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir/teraba pada vagina, tetapi sebagian masih tertinggal di dalam rahim (biasanya plasenta). Perdarahan terus berlangsung banyak, dan membahayakan ibu. Serviks sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap benda asing, oleh karena itu uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu akan merasakan nyeri.
d. Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh bayi telah dilahirkan dengan lengkap. Pada abortus ini, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh. Serviks juga dengan segera menutup kembali.
e. Abortus tertunda (missed abortion)
Keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah janin mati. Saat kematian janin kadang ada perdarahan seperti abortus imminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air di ketuban dan maserasi janin.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang)
Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang- kurangnya 3 kali berturut-turut. Kejadiannya jauh lebih sedikit daripada abortus spontan (kurang dari 1%).
Prognosis
Prognosis abortus umumnya baik, terutama pada pasien yang baru pertama kali mengalami abortus. Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien abortus dapat hamil kembali dan melahirkan hidup dalam jangka kurang lebih 5 tahun setelah abortus, apapun penatalaksanaan yang digunakan pada abortus sebelumnya.
Edukasi
Semua ibu hamil sebaiknya diedukasi untuk segera datang ke dokter jika mengalami perdarahan pervaginam yang banyak atau persisten.
Pada pasien yang baru pertama kali mengalami abortus, pasien dapat diyakinkan bahwa kejadian abortus ini bukan kesalahanya, serta selama pasien masih dalam usia reproduktif dan tidak didapati kelainan lain, maka pasien masih dapat hamil kembali dan kehamilan berikutnya bisa normal. Namun, apabila pasien sudah mengalami abortus multipel, sebaiknya pasien diedukasi untuk dirujuk ke konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi.
Pada pasien pasca abortus, yakinkan ibu bahwa merasa berduka setelah mengalami keguguran adalah suatu hal yang normal. Tetapi ibu sebaiknya menemui profesional jika tidak dapat mengendalikan emosinya karena rasa bersalah, sedih, atau merasa kehilangan.
Selanjutnya informasikan pada pasien mengenai kemungkinan akan mengalami haid tidak teratur dan kram perut pada beberapa minggu pertama. Haid selanjutnya dapat terjadi pada 4-6 minggu pasca abortus.
Ovulasi bisa terjadi 2 minggu pasca abortus. Oleh karena itu, kontrasepsi dianjurkan pada 2-3 bulan pertama pasca abortus jika ibu atau pasangan belum siap mendapatkan kehamilan kembali. Kontrasepsi juga berguna untuk memulihkan keadaan hormonal. Namun, pada penelitian tidak ditemukan efek samping yang lebih besar jika interval antar kehamilan lebih pendek.
Fakoris resiko
Faktor plasenta, baik kelainan bentuk atau letak plasenta.
Faktor serviks dan uterus, meliputi inkompetensi serviks, uterus bersepta, uterus unikornis, bikornis, atau uterus didelfis. Faktor risiko lain adalah sinekia uteri, sindrom Asherman, endometriosis, fibroid di submukosa atau intramural, dan sindrom ovarium polikistik.
Usia tua : Peningkatan usia ibu berkaitan dengan risiko aneuploidi >30% pada wanita usia 40 tahun.
Adanya gangguan metabolik antara lain defisiensi korpus luteum, diabetes melitus, hipertensi tidak terkontrol, gangguan ginjal, tiroid, obesitas, dan malnutrisi
Infeksi selama kehamilan meliputi infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, dan Others seperti sifilis), Parvovirus B19, Mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis, malaria, HIV, demam dengue, influenza, dan bakterial vaginosis.
Adanya abnormalitas sistem imun misalnya lupus eritematosus sistemik dan Antiphospholipid Syndrome (APS).
Paparan lingkungan berupa radiasi, timbal, formaldehid, rokok, alkohol, obat-obatan tertentu misalnya anestesi, NSAID, kafein, kokain, dan antidepresan.
Kadar homosistein yang tinggi serta kadar asam folat yang rendah juga dilaporkan berhubungan dengan abortus spontan dan berulang.
Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
komplikasi
Pendarahan
Perforasi
Infeksi
Syok
Pencegahan
Kebanyakan kejadian abortus tidak dapat dicegah. Dokter sebaiknya tidak membuat pasien merasa bersalah dengan mengatakan pada pasien bahwa jika ia melakukan tidakan preventif ini dan itu, maka kejadian abortus tidak akan terjadi. Dokter juga sebaiknya tidak menimbulkan kegelisahan pada pasien untuk kehamilan-kehamilan berikutnya.
Pemeriksaan rutin antenatal harus dilakukan oleh semua pasien hamil, minimal 4 kali selama kehamilan.
Hindari rokok karena nikotin memiliki efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta
Tatalaksana
Iminens
• Pertahankan kehamilan
• Tidak perlu pengobatan khusus.
• Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual. Bedrest
• Jika perdarahan berhenti: pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal (kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu). Nilai ulang bila perdarahan terjadi lagi.
• Jika perdarahan tidak berhenti: nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab
Insipiens
• Jika usia kehamilan <16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila. perlu)
Rencanakan evakuasi segera.
• Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
Th khusus
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu:
– Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
– Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes / menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
– Berikan misoprostol
Inkomplit
Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat:
– Evakuasi isi uterus. Metode yang dianjurkan adalah aspirasi vakum manual (AVM). Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak tersedia.
– Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
Th khusus inkomplit
Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan atau sedang:
– Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri eksterna dengan jari atau forsep cincin.
– Rekomendasi FIGO: Misoprostol 600μg per oral dosis tunggal atau 400μg sublingual dosis tunggal.
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu:
– Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
Komplit
• Tidak diperlukan evakuasi.
• Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
• Observasi keadaan ibu.
• Apabila terdapat anemia lihat tatalaksana anemia pada
ibu hamil
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
Missed abortion
• Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <12 minggu:
– evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
– Rekomendasi FIGO: Misoprostol 800μg pervaginam setiap 3 jam (maksimal x2) atau 600μg sublingual setiap 3 jam (maksimal x2)
• Jika usia kehamilan ≥12 minggu namun <16 minggu:
– pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
Th khusus
• Jika usia kehamilan 16-22 minggu:
– lakukan pematangan serviks.
– Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
– Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
Septik
• Bila terdapat tanda-tanda abortus septik maka berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
– Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
– Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
DD
Kelompok 1
RAHMA AULIA SITORUS
18082260034