Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
IKTERUS NEONATORUM - Coggle Diagram
IKTERUS NEONATORUM
JENIS-JENIS
Ikterus Fisiologi
Ikterus Patologik
TANDA & GEJALA
Tanda dan gejala yang timbul dari ikterus menurut Surasmi (2012) yaitu:
a) Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar.
b) Letargis (lemas).
c) Kejang.
d) Tidak mau menghisap.
e) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
f) Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme
otot, episiototonus, kejang, stenosis yang disertai
ketegangan otot.
g) Perut membuncit.
h) Feses berwarna seperti dempul
i) Tampak ikterus: sklera, kuku, kulit dan membran mukosa.
j) Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja
gelap.
Gejala menurut Surasmi (2012)
gejala hiperbilirubinemia
dikelompokkan menjadi:
a) Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama
kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum
dan hipotonus.
b) Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry)
meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat
biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
13
dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis
sebagian otot mata dan dysplasia dentalis).
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
a) Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan
bayi pada saat kelahiran.
b) Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus
pada 24 jam pertama kelahiran
Pengertian Ikterus Neonatorum
kterus neonatorum adalah menguningnya skelera, kulit, atau
jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini
merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati,
saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah
melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonatus
ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah
melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin
indirect (bilirubin tak terkonjugasi, nilai normal 0,1 – 0,4 g/dt) dan
kadar bilirubin direct (bilirubin bebas yang terdapat dalam hati dan
tidak lagi berikatan dengan albumi). Bilirubin indirect akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan bayi berat lahir
rendah, hipoksia dan hipoglikemia
Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi
Produksi yang berlebiha: golongan darah ibu-bayi tidak sesuai, hematoma, memar, spheratisosis congenital, enzim G6pd rendah.
Gangguan konjugasi hepar: Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (premature).
Gangguan transportasi albumin rendah, ikatan kompetitif dengan albumin, kemampuan mengikat albumin rendah.
Gangguan ekresi: obstruksi saluran empedu, obstruksi usus,obstruksi pre hepatik.
Faktor Resiko Ikterus
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus
nonfisiologis) menurut Moeslichan (2011)
Faktor Maternal: rasa tau kelompok etnik tertentu, komplikasi dalam kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO, Rh),penggunaan oksitosin dalam larutan hipotonik, ASI,mengonsumsi jamu-jamuan.
b) Faktor perinatal: trauma lahir (chepalhematom, ekimosis):infeksi (bakteri, virus, protozoa).
c) Faktor Neonatus: prematuritas, faktor genetic, obat (streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol), rendahnya asupan ASI (dalam sehari minimal 8 kali sehari), hipoglikemia, hiperbilirubinemia.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus
nonfisiologis) menurut Moeslichan (2011)
a) Usia ibu
b) Tingkat pendidikan
c) Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi ikterus
d) Riwayat kesehatan ibu
e) Masa gestasi
f) Jenis persalinan
g) Inkomtabilitas Rhesus
h) Inkompatibilitas ABO
i) Berat badan lahir
j) Asfiksia
k) Prematur
l) APGAR score
m) Asupan Nutrisi
n) Terpapar sinar matahari.
Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan.Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y berkurang atau pada keadaan proten Y dan protein Z terikat
oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan
anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan
kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar
(defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang menderita
gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau
sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada
bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut
dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada
sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah
otak.Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau
ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada
susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui
sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya
kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada
bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia,
hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang
terjadi karena trauma atau infeksi
DIAGNOSIS
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia pada
bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya.
Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan
dalam diagnosis dini ikterus atau hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor
risiko antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang
diberikan pada ibu hamil atau persalinan, kehamilan dengan diabetes
mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal.
Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir
atau setelah beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan peninggian
bilirubin indirek, kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga,
sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu
warna kuning kulit tampak kehijauan
KOMPLIKASI