Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Difteri (Naura Nafisa…
Difteri (Naura Nafisa Medina 1908260131)
Patofisiologi nyeri menelan
Nyeri menelan, biasanya akibat ulserasi mukosa orofaring atau esofagus. Bedakan dengan:
Disfagia : kesulitan menelan, Globus pharyngeus / sensasi globus: sensasi benda asing di kerongkongan yang tidak berhubungan dengan menelan
Cara Menegakkan Diagnosis difteri
Pemeriksaan Fisik
Pseudomembran bewarna putih keabuan, berdarah jika diangkat
Bullneck (biasanya bilateral)
Demam subfebris
Pemeriksaan Penunjang
Swab Tenggorokan : kultur media tellurite
Anamnesis
Gejala : demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, sehingga pasien tampak sangat lemah, pilek, nyeri waktu menelan, sesak napas, suara serak dan strido
Riwayat Imunisasi DPT
Riwayat kontak dengan penderita difteri
Diagnosis banding nyeri menelan
Tonsilitis
Faringitis
Difteri
Rhinofaringitis
GERD
Sinusitis
Kanker Esofagus
Edukasi & Pencegahan difteri
Edukasi
Pasien yang telah didiagnosis menderita difteri perlu diedukasi mengenai pentingnya isolasi dan pembatasan kontak dengan masyarakat umum hingga dibebaskan oleh dokter yang bertugas. Pasien yang terinfeksi difteri, baik yang bergejala maupun tidak, dapat menularkan selama 4 minggu. Transmisi bisa melalui kontak langsung dengan lesi kulit atau inhalasi droplet. Infeksi juga bisa terjadi melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi. Pasien perlu melaporkan riwayat kontak erat dengan keluarga atau orang terdekat. Jika ada kontak erat, sebaiknya segera menghubungi petugas kesehatan untuk dilakukan pelacakan kontak erat.
Pencegahan
Cara yang paling baik untuk mencegah adalah pemberian imunisasi aktif. Biasanya pemberian vaksin difteri bersamaan dengan pertusis dan tetanus (DPT).
Komplikasi & Prognosis difteri
Komplikasi
Kelainan pada ginjal ; nefritis
Paralisis/paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia (suara
sengau), tersedak/sukar menelan. Dapat terjadi pada minggu I –II.
Kardiovaskuler : miocarditis yang dapat terjadi akibat toksin yang
dibentuk kuman difteria
Paralisis/paresis otot-otot mata; dapat mengakibatkan strabismus, gangguan akomodasi, dilatasi atau ptosis yang timbul pada minggu III
Pada saluran pernapasan : terjadi obstruski jalan napas dengan segala akibatnya, bronkopneumonia, atelektasis
Paralisis umum yang dapat terjadi setelah minggu IV. Kelainan dapat mengenai otot muka, leher, anggota gerak dan yang paling berbahaya bila mengenai otot pernapasan
Prognosis
Letak lesi difteria. bisa dihitung tergolong ringan.
Keadaan umum pasien, bila keadaan gizinya buruk, prognosis buruk.
Perjalanan penyakit, makin lambat makin ditemukan, makin buruk
keadaannya.
Terdapat komplikasi miokarditis sangat memperburuk prognosis.
Umur pasien : makin muda usia, makin jelek prognosisnya.
Pengobatan, terlambat pemberian ADS, prognosis makin buruk.
Perbedaan endotoxin & eksotoxin
Endotoxin
Dihasilkan oleh beberapa bakteri gram positif dan gram negatif
Eksotoksin disekresikan oleh bakteri
Polypeptida antigen (Ag) yg baik terbentuknya antibodi antitoksin berguna untuk pencegahan atau pengobatan penyakit spt, tetanus
Contoh
Bakteri gram positif
Clostridium botulinum : Botulinum toksin
Clostridium difficile toxin : watery diarrhaea
Clostridium perfringens : Multiple toxin
Clostridium tetani : Tetanus toxin (tetanospasmin)
Corynebacterium diptheriae : Diptheria toxin
Bakteri gram negatif
E. Coli : diare berdarah
Vibrio cholerae : kolera
Eksotoxin
Antigenisitas endotoksin rendah - tidak digunakan sebagai vaksin
Contoh : Salmonella, Shigella, Brucella,Neisseria, Pseudomonas aeruginosa
Endotoksin merupakan komponen dari dinding sel -
lipopolisakarida (LPS) - Lipid A
Endotoksin hanya ada pada bakteri Gram-negatif
Patofisiologi difteri
cyanobacterium diphteriae -> kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi -> masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan -> aliran sistemik -> masa inkubasi 2-5 hari -> membentuk pseudomembran dan mengeluarkan toksin (eksotoksin) -> nasal, tonsil, laring -> peradangan mukosa, tenggorokan sakit, demam
Definisi, etiologi, faktor risiko difteri
Etiologi
Corynebacterium diphteriae, bakteri gram positi yang
bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Faktor risiko
riwayat imunisasi anak tidak lengkap
Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri
Tinggal di area padat penduduk atau buruk kebersihannya
Definisi
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Difteri adalah penyakit yang sangat menular.
Tatalaksana difteri
Pengobatan umum
perawatan yang baik, isolasi, istirahat di tempat tidur minimal 2 – 3 minggu, makanan lunak atau cair bergantung pada keadaan klien dan pengawasan EKG yang dilakukan pada permulaan dirawat, 1 minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal.
Pengobatan Spesifik
Anti biotik.Dibrikan Penicilin procain 50.000 u/kgBB/hari sampai 3 hari bebasdemam. Pda psien yang dilakukan trakeostomi ditambahkanKloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
Kortikosteroid.Untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangatmembahayakan, dengan memberikan Prednison 2 mm/kgBB/hariselama 3 – 4 minggu.
Antidiphteria serum (ADS), 20.000 u/hari selama 2 hari berturutturut dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata