Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
DIFTERI - Coggle Diagram
DIFTERI
Pencegahan
Makan makanan yang telah dimasak hingga matang dan masih hangat saat dihidangkan
Menghindari konsumsi susu mentah. Sebaiknya hanya mengonsumsi susu yang telah menjalani teknik perebusan atau pasteurisasi
Hindari minum es kecuali es tersebut dibuat dari air yang bersih dan aman.
Bila ragu terhadap kebersihan air minum, sebaiknya air direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi
Mencuci tangan dengan air dan sabun terutama setelah berkontak dengan hewan peliharaan, hewan ternak atau setelah keluar dari kamar mandi
Sebelum dikonsumsi, sayur dan buah harus dicuci dengan baik, bila memungkinkan setiap sayur dan buah yang akan dikonsumsi harus dikupas terlebih dahulu
vaksin Ty21a dan Vi polysaccharide efektif untuk mencegah demam tifoid pada dewasa dan anak lebih dari 2 tahun di daerah endemis
Faktor Resiko
Memiliki sistem imun lemah
Tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru/booster
immunocompramised
Tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis
menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi
DD nyeri menelan
faringitis
reflux esophaginitis
Mumps
Pertusis
Tonsilitis
Komplikasi
polineuropati
miokarditis
lumpuh
infeksi parus
saluran nafas tertutup
Tatalaksana
Anti Difteri Serums (ADS)
Diphteria pharyng dose: 40.000
IV dengan D5% 100 ml, 1-2 jam
Prehospital care
stabilisasi pernafasan dan kardiovaskular.
Antibiotik
penicillin V oral
120-250 mg
eritromisin
40-50 mg/kgBB/hari
penisilin G
100.000 - 150.000
isolasi
2-3 minggu hingga tes kultur -
Edukasi
pentingnya isolasi dan pembatasan kontak dengan masyarakat umum saat terinfeksi
mengaja imunitas tubuh
berisitrahat yang cukup
meminum obat dengan teratur sesuai anjuran dokter
Klasifikasi
tipe respirasi
difter hidung (anterior nasal diphteria)
difteri faucial
Difteri tracheolaryngeal
difteri maligna
tipe kutan/kulit
tempat lain
otitis eksterna
mata
purulen dan ulseratif konjungtivitis)
traktus genitalis
purulen dan ulseratif vulvovaginitis)
CMD
Anmnesis
Riwayat tempat tinggal permanen
Riwayat perjalanan ke daerah endemik demam tifoid
Status sosial ekonomi,
Pola hidup, seperti jajan makanan di luar rumah dan defekasi di jamban
Onset dan durasi penyakit
Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi
Riwayat minum air yang kurang higienis
Kontak dengan hewan
Gigitan serangga
Makan makanan setengah matang
Pemeriksaan fisik
Minggu 1
Demam, bradikardi relatif
Minggu 2
Lidah tampak kotor. Distensi abdomen, tanda perforasi ileum (tenderness, rigiditas, dan tahanan dinding abdomen). Rose spots (jarang), pucat, tanda dehidrasi seperti mata cekung, kulit kering, dan letargi. Jaundice, splenomegali.
Minggu 3
Pada tampakan keadaan umum: pasien akan tampak toksik, anoreksik, dengan penurunan berat badan yang signifikan.
Bila terjadi komplikasi perforasi saluran cerna, maka akan ditemukan tanda dari pemeriksaan fisik berupa distensi abdomen dan peritonitis.
Pada komplikasi pneumonia, pasien akan ditemukan tanda seperti takipnea dan crackles pada auskultasi di basal paru.
Pada komplikasi sistem saraf pusat seperti meningitis, akan ditemukan kaku kuduk
Pp
Pemeriksaan Darah Tepi
Tes Serologis Widal
Kultur Darah
Kultur Feses
Kultur Sumsum tulang
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Rapid Diagnostic Test (RDT)
Patofisiologi.
menempelnya bakteri Corynebacterium diphtheria pada sel epitel mukosa. Selanjutnya, bakteri ini mengeluarkan eksotoksin yang dapat menyebabkan reaksi peradangan lokal, destruksi jaringan, dan nekrosis
Organisme penyebab difteri memproduksi toksin yang dapat menghambat sintesis protein seluler, merusak jaringan lokal, dan membentuk pseudomembran yang merupakan karakteristik dari penyakit ini.
Bakteri yang menghasilkan toxin
gram +
gram positive rods
clostridium tetani
corynaebacterium diptheriaea
clostridium difficile
clostridium botulinum
bacillus anthracis
gram positive cocci
staphylococcus aureus
streptococcus pyogenes
gram -
escheria coli
vibrio cholerae
bordetella pertusis
Serum & Vaksin
kekebalan aktif
kekebalan pasif
Definisi
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menghasilkan racun.
Etiologi
Corynebacterium
Prognosis
setelah ditemukannya ADS dan antibiotik lebih baik
daripada sebelumnya