Survailans, Epidiemologi dan Malaria
Sistem informasi kesehatan
Surveilens
Proses penularan penyakit malaria
Artropoda born desease
Perencanaan pengendalian vektor malaria
KLB
Epidemiologi
CMD malaria
Peranan vektor dalam penularan penyakit
Sifat vektor malaria
Mekanisme penularan penyakit oleh vektor terbagi menjadi dua macam, yaitu penularan penyakit melalui vektor secara mekanik dan penularan penyakit melalui vektor secara biologis.
Penularan Mekanik
Penularan Biologis
Penularan biologis berlangsung dengan bertindak sebagai tuan rumah (host), berarti adanya kelanjutan hidup kuman penyakit yang dipindahkan. Penularan penyakit melalui vektor secara biologis, agen harus masuk kedalam tubuh vektor melalui gigitan ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor agen berkembang biak atau hanya mengalami perubahan morfologis saja sampai pada akhirnya menjadi bentuk yang infektif melalui gigitan, tinja, atau cara lain untuk berpindah ke pejamu potensial.
Arthropod borne disease atau vector borne diseasse merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakt pada manusia, dan merupakan suatu penularan penyakit pada manusia melalu vector penyakit berupa serangga.
Jenis vektor
Nyamuk: Culex, Anopheles, Aedes
Lalat: Musca
Kutu/tuma: Pediculus
Pinjal: Xenopsylla
🔴Malaria: Plasmodium.
🔴DHF: Dengue
🔴Filariasis: Wuchereria bancrofti
🔴Cholera: Vibrio cholerae
🔴Disentri: Shigella shigae
🔴Tipus: Salmonella typhi
🔴Pest: Pasteurella pestis
🔴Toxoplasmosis: toxoplasma
🔴Ricketsiosis: Ricketsia prowasecki
transmisi dari arthropoda borne disease pada manusia:
Transmisi secara langsung
Transmisi secara tidak lansung
Transmisi secara biologi
Metode Pengendalian Vektor
Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik
-Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, Pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengaliran/ drainase, dan lain-lain)
- Pemasangan kelambu
- Memakai baju lengan panjang
- Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)
- Pemasangan kawat kasa
Metode pengendalian dengan menggunakan agen Botik
- Predator pemakan jentik (ikan, mina padi dan lain-lain)
- Bakteri, virus, fungi
- Manipulasi gen (penggunaan jantan mandul
Metode pengendalian secara kimia
- Surface spray (IRS)
- Kelambu berinsektisida
- Larvasida
- Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV)
- Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti nyamuk bakar, liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol dan lain-lain
Pengendalian lingkungan: membersihkan tempat hidup vektor
Pengendalian kimiawi: insektisida
Pengendalian biologis: predator
Pengendalian genetik: fertilitas/steril
PERLUNYA PENGENDALIAN VEKTOR
Belum banyak obat dan vaksinnya.
Beberapa obat dan vaksinnya masih belum efektif
Didapat banyak pada hewan
Sering menimbulkan kecacatan.
Cepat menjalar karena vektornya dapat bergerak cepat.
PENGENDALIAN VEKTOR KHUSUS MALARIA
Pengendalian lingkungan
Buang sampat secara teratur
Menjaga tempat penampungan
Kebersihan
Pengendalian secara mekanis
Menggunakan bednets (kelambu)
Perangkap
Penutup makanan
Pengendalian biologis
Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva.
Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dll.
Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva seperti ikan yang makan larva (ex. Ikan nila, ikan mas, guppies, dll.
Pengendalian kimiawi
Penggunaan repellents
Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk vektor dewasa.
Larvicides untuk pengendalian larva
Surveilans kesehatan adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Ruang lingkup penyelenggaraan sistem surveilans kesehatan
Surveilans kesehatan penyakit menular
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.
Surveilans kesehatan penyakit tidak menular
Surveilans kesehatan lingkungan dan perilaku
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
Surveilans masalah kesehatan
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
Surveilans kesehatan matra
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
Strategi surveilans kesehatan
Advokasi dan dukungan perundang-undangan.
Pengembangan sistem surveilans sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan program secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota, termasuk penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan bencana.
Peningkatan mutu data dan informasi epidemiologi.
Peningkatan profesionalisme tenaga epidemiologi.
Pengembangan tim epidemiologi yang handal.
Penguatan jejaring survailans epidemiologi.
Peningkatan surveilans epidemiologi setiap tenaga kesehatan.
Peningkatan pemanfaatan teknologi komunikasi informasi elektromedia yang terintegrasi dan interaktif.
KLASIFIKASI NYAMUK
kingdum : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : insecta
Subkelas : Pterygota
Infrakelas : Neoptera
Subperodo :Endoptery
Ordo : Diptera
Subordo :Nematocera
Infraordo : Culicomorpha
Superfamili : Culicidae
Famili :Culicidae
Genus :Anopheles
Spesies : Anopheles sp.
MORFOLOGI NYAMUK
Siklus Hidup Nyamuk Anapholes
Telur
Larva
Pupa
Nyamuk dewasa
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Spesies dan stadium plasmodium. c) Kepadatan parasit.
Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi.
Pemeriksaan fisik
Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Sklera ikterik
Pembesaran Limpa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali)
Anamnesis
Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu
Kriteria
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dpt dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb:
Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tdk diketahui
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam,hari,minggu…….)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun)
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dgn angka rata2 per bulan dlm tahun sebelumnya
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dgn angka rata2 perbulan dalam tahun sebelumnya
Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya
Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yg sama dlm kurun waktu/tahun sebelumnya
Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS,SARS,avian flu,tetanus neonatorum
etiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pd daerah endemis
tdp satu atau lebih penderita baru dimana pd periode 4 mgg sebelumnya daerah tsb dinyatakan bebas dr penyakit yg bersangkutan
Beberapa penyakit yg dialami 1 (satu) atau lebih penderita :
- keracunan makanan
- keracunan pestisida
Klasifikasi
Menurut penyebab nya
Toxin
Infeksi (virus, protozoa,cacing)
Toxin kimia
Toxin biologis (racun jamur, afla toxin, plankton, racun ikan, racun tumbuh2an)
- zat kimia organik :logam berat (air raksa, timah), sianida
- nitrit, pestisida
- gas beracun : CO, CO2, HCN
- enterotoxin : mis yg dihasilkan Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Shigella
- exotoxin (bakteri) :mis yg dihasilkn Costridium botulinum, Clostridium perfringens
- endotoxin
MENURUT SUMBER KLB
Sumber dr manusia :mis jln napas, tangan, tinja, air seni, muntahan spt salmonela, shigela, hepatitis
Bersumber dr keg manusia : toxin dr pembuatan tempe bongkrek, penyemprotan pencemaran lingkungan
Bersumber dr binatang spt binatang peliharaan, rabies, binatang mengerat
Bersumber pd serangga (lalat, kecoak ) mis :salmonella, staphylococcus, streptococcus
Bersumber dr udara mis staphylococcus, streptococcus virus
Bersumber dr permukaan benda2/alat2 mis :salmonella
Bersumber dr makanan/minuman mis :keracunan singkong, jamur, makanan dlm kaleng
Tiras epidemiologi
Faktor Host
Umur,
Jenis kelamin,
Suku/ras/warna kulit,
Pekerjaan,
Status perkawinan,
Status sosek,
Faktor Agen
Nutrisi,
Kimiawi,
Fisik,
Biologis,
Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik : Geologi, iklim, geografik
Lingkungan Biologis : Kepadatan penduduk, Flora, Fauna
Lingkungan Sosial : Migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, kekacauan, bencana alam, perang
Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan secara alamiah adalah infeksi parasit malaria yang dimasukan oleh nyamuk anopheles melalui gigitan yang mengandung sporozoit malaria kedalam tubuh manusia
Penularan yang tidak alamiah
Penularan tidak alamiah adalah penularan malaria bukan melalui gigitan nyamuk Anopheles, terdiri dari :
Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria.
Penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.)
Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum yang tidak steril lagi, penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposable)