Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Tanaman Artermisia Penakluk Penyakit Malaria - Coggle Diagram
Tanaman Artermisia Penakluk Penyakit Malaria
DIMANA
China, Vietnam, dan Malaysia hakan seluruh dunia Banyak di gunakan sebagai obat malaria di Afrika dan Asia
MENGAPA
Terdapat 89% kandungan Artemisia di daunnya dan tersebar 1/3 di bagian atas (41,7%), 1/3 di bagian tengah (25%) dan 1/3 di bagian bawa (22,2%)
Pendapat lainnya berkata bahwa di bunganya kandungan artemisinin relatif tinggi, bahkan dapat disetarakan menggunakan daun. Minyak atsirinya (essential oil) beredar pada 1/3 daun permukaan (36%); sepertiga daun bagian tengah (47%) clan sepertiga daun bagian bawah (17%).
Minyak atsirinya mengandung sedikitnya 40 komponen yg bersifat volatile (menguap) pada mana keliru satu komponen utamanya adalah thujone (70%). Fungsi asal thujone galat satunya bersifat sebagai anti-oksidan, dan antimikroba dan antijamur.
APA
Plasmodium spp ialah penyebab penyakit Malaria, nyamuk Anopheles spp menularkannya, serta menjadi penyakit yang begitu ganas di Indonesia dan negara lainnya, terkhususnya di Afrika dan Asia
sampai saat ini dampak negatif asal penggunaan Artemisia menjadi obat malaria belum poly ditemui. Meski demikian, artemisinin bisa meningkatkan produksi asam lambung sebagai akibatnya perlu hati-hati bagi pasien penderita maag (gangguan pencernaan). Selain itu, penggunaannya juga sangat tidak boleh buat perempuan hamil karena keliru satu sifat dari artemisinin artinya merangsang menstruasi sebagai akibatnya dikhawatirkan bisa mengakibatkan keguguran
SIAPA
Ir. Agus Kardinan, M.Sc.
Ahli Peneliti Utama di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
BAGAIMANA
dosis optimal artemisinin buat mengobati penderita malaria ialah antara 50-70 mg per KG berat badan setiap hari yg dikonsumsi 2 kali sehari, yg diberikan selama tiga sampai lima hari, terbukti efektif menanggulangi malaria.
Pemakaian herbal (diseduh seperti teh) dengan takaran 5-nine gram natural according to liter air per hari yang dikonsumsi selama 7 hari menunjukkan kemanjurannya dalam menanggulangi pasien malaria dengan tingkat keberhasilan mencapai 74%. Suhu badan penderita malaria normal dalam waktu seventy two jam (3 hari).
Ekstraksi daun kemarau (simplisia kemarau) dengan alkohol berpotensi menjadi antimalaria. Pemakaian Artemisia di takaran yg tepat serta pada jangka pendek akan sangat berguna, namun Bila digunakan pada jangka panjang wajib hati-hati sebab bisa berdampak negatif terhadap pengguna. oleh karena itu, penggunaan harus sinkron menggunakan petunjuk dokter
Lebih asal 50 negara telah mengikuti rekomendasi WHO pada penanggulangan penyakit malaria menggunakan menggunakan obat dengan bahan aktif artemisinin yang diambil asal tumbuhan Artemisia annua, yaitu dengan penggunaan secara kombinasi menggunakan bahan lain (Artemisinin-based Combination Therapies/ACTS)
Perbanyakan tanaman bisa dilakukan secara generatif melalui bijinya yg dipanen pada tumbuhan berumur kurang lebih 13 minggu (4-5 bulan)
Pemanfaatan minyak atsiri menggunakan kandungan primer thujone asal tanaman ini perlu hatihati sebab pada pemakaian dosis tinggi (over dose), thujone dapat mengakibatkan halusinasi sehingga beberapa ahli menyetarakannya menggunakan marijuana.
Artemisia annua tumbuh di wilayah subtropis
Benih pada umumnya pada semai dan dipelihara di bedengan pesemaian. setelah berumur 40-50 hari (telah mencapai 15-20 centimeter) bibit ditanam pada lapangan. Pemupukan biasanya dilakukan dua kali. Pemupukan pertama dilakukan di umur 2 minggu selesainya tanam clan pemupukan ke 2 dilakukan satu bulan sebelum panen, ma¬sing-masing dengan takaran 90-110 KG N/ha.
Kadang-kadang pemupukan dilengkapi dengan pupuk P serta K. tanaman Artemisia umumnya dipanen pada umur 5 bulan selesainya tanam. Masa panen terbaik dilakukan antara pembentukan kuncup bunga serta pembungaan awal.
Produksi terna berkisar antara 1,lima-4 ton/ha bahan terna kemarau menggunakan kadar artemisinin 0,tiga-0,6%.
tetapi, pada Indonesia hal ini belum dilakukan, baru sebatas uji coba di luasan yang terbatas, padahal Indonesia merupakan keliru satu negara menggunakan jumlah penderita malaria yang tergolong tinggi
pada lain pihak, walaupun kina telah poly dikembangkan di Indonesia, Plasmodium telah berkembang menjadi resisten terhadap kina. Amerika sendiri di awalnya, belum berbagi artemisinin di negaranya, mengingat masalah malaria di Amerika tergolong rendah sehingga dari segi pemakaian kurang menguntungkan
tetapi, menggunakan melihat kenyataan bahwa poly tentara Amerika yang sebagai korban penyakit malaria sewaktu tugas pada daerah endemik malaria mirip pada Afrika, waktu ini Amerika sudah mulai mengembangkannya menggunakan mengadakan pengujian penggunaannya di kalangan militer.
sang sebab itu, penulis mengajak masyarakat dan pengambil kebijakan untuk menggalakkan penanaman Artemisia pada Indonesia agar kita bisa berdikari pada pengadaan obat malaria yg pada akhirnya dibutuhkan masalah malaria pada Indonesia dapat ditekan seminimal mungkin
KAPAN
1972