“Parji sudah tidak punya orang tua lagi, dan rumah orang-tuanya. Maklumlah, Pinuk akan perempuan pertama yang menikah. Sering Parji bertanya diri apakah dia dianggap menantu ataukah permpok anak perempuan.” (Mangunwijaya, 92).
Dalam kutipan ini, dapat diketahui bahwa Parji sudah tidak punya orang tua dan walau punya istri, mereka berdua tak pernah hidup bersama. Maka, Parji anggap dirinya sendiri tidak layak untuk istrinya.