Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL - Coggle Diagram
PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL
Politik Pendidikan Kolonial di Zaman VOC dan Hindia Belanda
Zaman OIC (Oost Indische Compagnie) bangsa Belanda menganggap tanah air kita sebagai objek perdagangan
Beberapa bupati mendirikan "sekolah-sekolah kabupaten" yang ditujukan untuk mendidik calon-calon pegawai
Sekolah-sekolah bumiputera mulai berangsur-angsur didirikan dengan hanya mempunyai 3 kelas dengan tujuan mendidik calon-calon pegawai negeri dan pembantu-pembantu perusahaan-perusahaan kepunyaan Belanda
Adanya kelonggaran untuk anak-anak Indonesia untuk memasuki "Europeesche Lagere School" akan tetapi hanya untuk calon-calon peserta didik "dokter jawa"
Zaman Etik dan Kebangunan Nasional
Abad ke-20 terdapat aliran "Ethische Politiek" yang dapat digambarkan sebagai haluan "kolonial lunak" yang sistem pendidikannya tetap menunjukkan sifat "intelektualistis", "individualistis" dan "materialistis". Belum mengandung cita-cita kebudayaan
Tahun 1900
Cita-cita Raden Ajeng Kartini sudah mengandung jiwa nasional
Tahun 1908
Cita-cita Dokter Wahidin Sudirohusodo sudah membayangkan aliran kultural namun organisasi teknik pendidikan dan pengajaran tetap tak berubah
Masuknya anasir kebudayaan ke dalam sekolah-sekolah yang mewujudkan perguruan kebangsaan
Masuknya anasir-anasir agama ke dalam sekolah-sekolah islam, tidak dapat menghapuskan corak warna jiwa kolonial dengan sekaligus
Zaman Bangkitnya Jiwa Merdeka
Tahun 1920
Timbulah cinta-cita baru yang menggambarkan gabungan kesadaran kultur dan ebangkitan politik
Tahun 1922
Terciptanya "Tamansiswa" di Ygyakarta sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa
Berdirinya perguruan-perguruan Tamansiswa di seluruh kepulauan Indonesia: di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku
Sekolah-sekolah yang berdasarkan "keagamaan" (islam, kristen, katolik)
Gerakan pendidikan berlaku sejalan dengan gerakan politik, dan inilah yang menyebabkan amat banyak orang-orang bekas murid nasional dapat ikut serta dalam segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam usaha pembangunan bangsa dan negara
Pendidikan Masa Kemerdekaan
1945-1950
Tujuan pendidikan berorientasi pada usaha menanamkan jiwa patrotisme dan lebih jauh dimaksudkan untuk menghasilkan patriot-patriot bangsa yang rela berkorban untuk bangsa dan negaranya
Mohammad Yamin adalah meteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, pada masa itu memberikan penerangan posisi pendidikan sebagai landasan pembangunan masyarakat Indonesia secara rasional
Berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang memiliki asas-asas perjuangan
Adanya dualisme dalam pendidikan
Pendidikan Masa Orde Lama
1950-1966
Pemerintah yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang
Perguruan tinggi telah dijadikan saran melaksanakan kehidupan politik yang hidup pada masa itu
Pendidikan Masa Orde Baru
1966-1998
Identik dengan ideologi atau slogan pembangunan
Setiap 5 tahun memiliki program pembangunan yang dikenal dengan istilah Pelita (Pembangunan Lima Tahun)
Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 (kelompok pelajaran pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dankecakapan khusus,materi bersifat teoritis bukan factual)
Kurikulum 1975 (membentuk manusia untuk pembangunan nasional berbagai bidang, metode, materi pelajaran menjadi lebih rinci, dimulai penilaian tiap akhir semester, terdapat penjurusan IPA, IPS, danbahasa)
Kurikulum 1984 (kurikulum 1975 yang disempurnakan, mengenal metode belajar CBSA/metode cara belajar siswa aktif
Kurikulum 1994 (mengenal caturwulan, berorientasi pada penguasan materi, jumlah jam pelajaran 42 jam perminggu)
Pendidikan Masa Reformasi
Kurikulum berbasis kompetensi 2004
Berorientasi pada hasil kompetensi siswa bukan proses, kurikulum berdasarkan pusat, jumlah JP 31 jam untuk SD, 34 jam untuk SMP, 36 jam untuk SMA
KTSP 2006
Desentralisasi Pendidikan (silabus sesuai dg sekolah)
berpusat pd potensi, lingkungan, dan kebutuhan siswa
Kurikulum 2013
Keseimbangan sikap-pengetahuan-keterampilan
Pendekatan saintifik pembelajaran
Sikap dan perilaku masuk dalam aspek penilaian
Kurikulum Merdeka
Berorientasi holistic kepada peserta didik (akademis dan non akademis serta kompetensi sosial, kognitif dan emosional siswa)
Pengembangan keahlian dan dan karakter Profil Pelajar Pancasila
kebebasan dalam hal menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan serta minat siswa dengan menyesuaikan konteks serta muatan lokalnya