Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
DYSENTERY, Dinda Lestari Pandia 2108260137 - Coggle Diagram
DYSENTERY
-
-
-
Referensi
-
Afifah A, Wardani IY. Stres Akademik Dan Gejala Gastrointestinal Pada Mahasiswa Keperawatan. J Keperawatan Jiwa. 2019;6(2):121.
Medina H, Lubis L. 1651-2568-1-Sm. 1(2):37–59.
Herbowo H, Firmansyah A. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatr. 2016;4(4):198.
-
-
Proses Defekasi
Diawali dengan adanya mass movement dari usus besar descenden yang mendorong tinja ke dalam rectum. mass movement timbul +/- 15 menit setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali dlam sehari. adanya tinja dalam rectum menyebabkan peregangan rectum dan pendorongan tinja spincter ani.
Terjadi pada saat adanya gelombang peristaltik yang mendorong feses ke dalam kolon sigmoid dan rektum. di dalam rektum, saraf sensorik akan terangsang dan akhirnya sadar akan kebutuhan defekasi.
Patofisiologi
Disentri Amoeba
Infeksi dimulai dengan penempelan parasit pada sel penjamu yang dimediasi oleh molekul lektin Gal / GalNAc yang merupakan salah satu faktor virulensi dari protozoa. Sel epitel usus merupakan sel pertama yang menjadi target infeksi protozoa, selanjutnya trofozoit yang menempel berpotensi membunuh sel pejamu melalui mekanisme apoptosis, fagositosis dan trogositosis. Kematian sel penjamu ini selanjutnya menyebabkan terjadinya proses inflamasi di kolon sehingga menimbulkan gejala gejala kolitis amebiasis. Setelah terjadi inflamasi, Entamoeba Histolytica mengekskresikan protein homolog sitokin proinflamatori yang disebut EHMIF (Entamoeba Histolytica mammalian macrophage migration inhibitory factor) yang selain dapat menginduksi inflamasi juga dapat meningkatkan produksi matriks metaloproteinase yang menghancurkan matriks ekstraseluler pada saluran pencernaan yang mengakibatkan peningkatan migrasi sel dan invasi pejamu.
Disentri Basiler
Bakteri shigella menyebar dengan cara salah satunya fecal oral. Bakteri shigella masuk ke dalam usus halus dan memperbanyak diri. Kemudian bakteri ini akan masuk ke dalam usus besar dan melakukan invasi pada mukosa usus besar untuk selanjutnya akan menghasilkan enterotoksin. Proses invasi yang terjadi pada sel epitel usus menyebabkan pengaktifan faktor nuklear (kappa B) di dalam sel. Aktivasi kappa B di dalam sel, dan selanjutnya produksi interleukin 8, akan mengakibatkan peradangan dan kerusakan epitel. Proses ini mendasari terjadinya gangguan absorbsi nutrisi dan diare. Bakteri Shigella dysenteriae memiliki mekanisme lain dalam merusak sel selain invasi sel, yakni pembentukan toksin. Dalam hal ini enterotoksin 1 dan 2 yang memiliki peranan penting dalam gangguan absorbsi nutrisi dan cairan. Shigella dysenteriae menghasilkan sitotoksin serotipe 1 yang berperan dalam kerusakan pembuluh darah dan sitotoksisitas di dalam kolon dan organ lainnya seperti ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya diare berdarah.
Komplikasi dan Prognosis
-
Prognosis
ASI merupakan komponen penting yang dibutuhkan pada anak hingga usia 6 bulan, karena di dalam ASI terdapat kolostrum yang berguna dalam kekebalan tubuh anak. Seseorang dengan malnutrisi tentunya akan mengakibatkan kekebalan tubuh rendah sehingga jika terinfeksi Shigella dysenteriae akan menyebabkan komplikasi berat. Pasien dengan komplikasi disentri semisal dehidrasi berat dengan penurunan kesadaran maupun kejang cenderung memiliki prognosis buruk akibat beratnya infeksi disentri pada pasien tersebut.
Pada kasus amebiasis yang terlambat atau tidak diterapi dengan tepat berpotensi terjadinya kematian. Amebiasis berat terjadi pada ibu hamil, neonatus, malnutrisi, pasien yang mendapatkan terapi kortikosteroid, atau seseorang dengan keganasan. Apabila amebiasis ditangani dengan baik maka prognosis menjadi baik. Oleh karena itu pengobatan yang adekuat diperlukan dalam penatalaksanaan kasus amebiasis.
Prognosis disentri bergantung pada beberapa hal. Keterlambatan penanganan disentri akan menyebabkan infeksi menjadi semakin berat dan berdampak pada komplikasi. Bayi dan orang tua dengan usia lebih dari 50 tahun merupakan golongan usia yang rentan untuk mengalami komplikasi berat akibat infeksi Shigella jika tidak segera mendapatkan penanganan.
-
-