Kajian Psikologik Manusia:
a. Egoisme dan Altruisme
•Thomas Hobbes (Abad 17) meyakini bahwa banyak tindakan kita didasari oleh keinginan untuk mementingkan diri sendiri.
psikologi egoisme
•Psikologi egoisme dekat dengan psikologi hedonisme, yang merupakan pandangan bahwa kenikmatan merupakan tenaga pendorong khusus dibelakang segala tindakan kita.
•Joseph Butler (Abad 18) setuju bahwa instink mementingkan diri sendiri dan kenikmatan memancing kebanyakan perilaku kita.
psikologi altruisme
•Manusia memiliki kapasitas psikologi inheren untuk memperlihatkan kebaikan kepada orang lain/perilaku dimotivasi insting berbuat baik
b. Emosi dan Penalaran
•Kajian kedua dari psikologi moral adalah perdebatan tentang peran penalaran yang memotivasi tindakan moral, apakah pikiran rasional atau ekspresi perasaan.
•David Hume (Abad 18); penilaian moral melibatkan emosi, dan bukan penalaran.
Kita dapat menghimpun segala penalaran yang kita inginkan, namun diperlukan reaksi emosional khusus untuk membuat keputusan moral.
•Immanuel Kant (Abad 18); walaupun faktor-faktor emosional sering mempengaruhi perilaku kita, namun kita harus menahan diri dari goncangan semacam itu. Tindakan moral sejati hanya dimotivasi oleh penalaran ketika bebas dari emosi dan keinginan.
c. Moralitas Laki-laki dan Perempuan
•Menurut banyak filsuf feminis, moralitas tradisional berpusat pada laki-laki karena menggunakan model praktik yang secara tradisional didominasi oleh laki-laki, seperti mendapatkan harta kepemilikan, melakukan kontrak bisnis, dan mengatur masyarakat.
•Sistem aturan kaku yang dibutuhkan untuk perdagangan dan pemerintahan diambil sebagai model sistem kesetaraan yang kaku dari aturan moral, seperti daftar dari hak dan kewajiban.
Sebaliknya, perempuan secara tradisional memiliki peran pengasuhan dengan membesarkan anak dan mengawasi kehidupan rumah tangga. Tugas-tugas ini menuntut lebih sedikit aturan yang harus dipenuhi, dan lebih banyak tindakan spontan dan kreatif.
•Jika perempuan sebagai model dari teori moral, perempuan menjadi bagian dari situasi/lingkungan dan secara penuh menunjukkan kepeduliannya.
•Berbeda dengan model moralitas laki-laki sebagai aktor mekanis yang melaksanakan tugas sesuai tuntutan yang diberikan padanya, tapi tetap dapat menjaga jarak atau tidak terpengaruh oleh situasi.
Pendekatan moral berbasis kepedulian diajukan oleh pakar etika feminis sebagai pengganti sistem tradisional laki-laki. Sehingga muncullah aliran feminisme.
•Feminisme yaitu suatu aksi atau gerakan yang berangkat dari kesadaran tentang terjadinya penindasan baik fisik maupun mental terhadap perempuan dalam masyarakat. Kesadaran ini memicu, memotivasi adanya suatu aksi memperjuangkan keseimbangan gender antara perempuan dan laki-laki dalam mendapatkan haknya di masyarakat sosial.