Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Psychological Well Being pada Mahasiswa yang Mengalami Quarter Life Crisis…
Psychological Well Being pada Mahasiswa yang Mengalami Quarter Life Crisis
KONSEP
Definisi
Ryff (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019
Psychological well being adalah sebuah kondisi individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat mengambil keputusan sendiri dan dapat mengatur tingkah laku sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhan, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri
Friedli, 2002 (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019)
Psychological well being adalah kondisi di mana individu telah memahami kemampuan mereka, mampu mengatasi stress sehari-hari, bekerja secara produktif, dan berkontribusi terhadap lingkungan
Keyes, Shmotkin & Ryff, 2009 (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019)
Psychological well being bukan hanya kepuasan hidup dan keseimbangan antara afek positif dan afek negatif, namun juga melibatkan persepsi dari keterlibatan dengan tantangan-tantangan selama hidup
Ryff (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019)
Psychological well-being dapat dicapai apabila individu berupaya untuk mewujudkan tujuan-tujuan hidupnya hingga dapat mengembangkan diri selengkap mungkin, serta mampu mewujudkan kebahagiaan yang disertai dengan pemaknaan hidup
Aspinwall (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019)
Psychological well being atau biasa juga disebut kesejahteraan psikologis menggambarkan bagaimana psikologis berfungsi dengan baik dan positif. Selanjutnya Schultz mendefinisikan kesejahteraan psikologis (psychological well being) sebagai fungsi positif individu, di mana fungsi positif individu merupakan arah atau tujuan yang diusahakan untuk dicapai oleh individu yang sehat
Freire et al, 2016 (dalam Aulia, S., Panjaitan, R. U, 2019)
Kesejahteraan psikologis terkait dengan kemampuan untuk mengadopsi strategi koping adaptif dalam konteks akademik, yaitu mereka yang mendapat skor lebih tinggi akan cenderung mengadopsi strategi adaptif
Bowman, 2010 (dalam Aulia, S., Panjaitan, R. U, 2019)
Individu yang tinggi pada kesejahteraan psikologis mampu menavigasi dirinya secara efektif dan terampil dalam menghadapi tantangan yang muncul
Ryff & Singer, 1996 (dalam Kurniasari, Epi dkk, 2019
Kesejahteraan psikologis berasal dari perspektif perkembangan masa hidup manusia, yang menekankan berbagai tantangan yang dihadapi pada berbagai fase dalam siklus hidup yang dijalani oleh manusia
Bradburn, 1970; Huppert, 2009 (dalam Kurniasari, Epi dkk, 2019).
Kesejahteraan psikologis juga didefinisikan sebagai sebuah kondisi dimana kehidupan manusia berjalan dengan baik sebagai hasil kombinasi dari perasaan yang baik dan perasaan yang berfungsi dengan efektif
Ryff, 1989 (dalam Halim, C. F., Dariyo, A, 2016)
Psychological well-being merupakan konstruksi multidimensional yang terbentuk dari sikap terhadap hidup seseorang.
Psychological well-being merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas dalam kehidupan ehari-hari, serta mengarah pada pengungkapan perasaan-perasaan pribadi atas apa yang dirasakan oleh individu sebagai hasil dari pengalaman hidupnya.
Ryff, 1989 (dalam Mami, L., Suharnan, 2015)
PWB dapat diartikan sebagai sebuah kondisi individu memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain, dapat mengambil keputusan sendiri dan dapat mengatur tingkah lakunya sendri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Ryff, 1996 (dalam Mami, L., Suharnan, 2015)
Psychological well-being sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dimana individu tersebut dapat menerima kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, menciptakan hubungan positif dengan orang lain yang ada di sekitarnya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan mandiri, mampu dan berkompetensi untuk mengatur lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan merasa mampu untuk melalui tahapan perkembangan dalam kehidupannya
Aspek
Ryff & Singer, 2008 (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019)
Penerimaan Diri (Self Acceptance)
Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others
Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Penguasaan Lingkungan (Enviromental Mastery)
Otonomi (Autonomy)
Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995; Ryff & Singer, 1996 (dalam Kurniasari, Epi dkk, 2019)
Penerimaan diri
Penerimaan diri yaitu kondisi individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima banyak aspek diri, termasuk kualitas baik dan buruk, merasa positif tentang kehidupan masa lalu
Hubungan yang positif dengan orang lain
Hubungan positif dengan orang lain digambarkan dengan memiliki hubungan yang hangat, memuaskan, saling percaya
Kemandirian
Kemandirian adalah penentuan nasib sendiri dan independen
Penguasaan lingkungan
Penguasaan lingkungan adalah suatu kondisi dimana individu memiliki rasa penguasaan dan kompetensi dalam mengelola lingkungan
Tujuan hidup
Tujuan dalam hidup individu adalah kondisi dimana individu memiliki tujuan hidup dan perasaan terarah
Perkembangan pribadi
Pertumbuhan pribadi pada diri individu merupakan sebuah kondisi dimana individu memiliki perasaan perkembangan yang berkelanjutan
Ryff (dalam Compton, 2005 ; Halim, C. F., Dariyo, A, 2016)
self-acceptance (penerimaan diri),
personal growth (pertumbuhun diri),
positive relations with others (relasi yang positif dengan orang lain),
autonomy (otonomi)
purpose in life (tujuan dalam hidup),
environmental mastery (penguasaan diri).
Ryff (dalam Ryff dan Singer, 2008; Mami, L., Suharnan, 2015)
Penerimaan diri yang merupakan pandangan positif terhadap diri sendiri.
Hubungan positif dengan orang lain, yaitu adanya jalinan hubungan yang hangat dengan orang lain.
Otonomi yang merupakan sikap mandiri dalam menentukan dan menjalani kehidupan.
Penguasaan lingkungan yaitu kemampuan untuk memanipulasi lingkungan dan sumber daya yang ada.
Tujuan hidup yaitu memiliki arah dan tujuan dalam menjalani kehidupan.
Pertumbuhan pribadi merupakan proses untuk berkembang dari memperbaiki potensi yang ada dalam diri.
VARIABEL TERKAIT
Kecemasan
Stress
Loneliness
FAKTOR
Ryff & Keyes, 1995 (dalam Mami, L., Suharnan, 2015)
Usia
Jenis kelamin
Status ekonomi
Budaya
Faktor dukungan sosial
Evaluasi terhadap pengalaman hidup
Kepribadian
Religiusitas
Harga diri
DAMPAK
Ryff, 1989 (dalam Mutiarachmah, D., Maryatmi, A.S., 2019).
Individu yang memiliki psychological well-being yang baik, maka individu bebas dari indikator kesehatan mental negatif, salah satu nya terbebas dari kecemasan.
Freire et al, 2016 (dalam Aulia, S., Panjaitan, R. U, 2019)
Mereka yang mendapat skor lebih tinggi dalam kesejahteraan psikologis cenderung mengadopsi strategi adaptif seperti komitmen, penilaian ulang positif, atau mencari dukungan instrumental dan emosional.
Mereka yang memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah cenderung menggunakan strategi koping yang lebih disfungsional seperti mengabaikan masalah, menyalahkan diri mereka sendiri tentang situasi, atau berlindung dalam pikiranpikiran fantastis
(Halim, C. F., Dariyo, A, 2016)
Semakin tinggi psychological wellbeing maka kecenderungan mahasiswa untuk memiliki perasaan loneliness semakin rendah.
Asri Anjani Sapaat / 1176000032 / 6E