Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Teori Perkembangan :red_flag: (Teori perkembangan sosial emosi Erikson…
Teori Perkembangan :red_flag:
Teori perkembangan kognitif Jean piaget
membahas munculnya dan diperolehnya schemata dalam tahapan-tahapan perkembangan
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain
Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri
Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya
Teori perkembangan vygotsky
teori kognisi sosiobudaya yang memfokuskan bagaimana perkembangan kognitif diarahkan oleh budaya dan interaksi sosial
Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
anak yang mendapatkan tugas yang dirasa sulit bagi anak untuk dikerjakan sendiri
Konsep Scaffolding
perubahan dukungan yang dialami oleh anak selama proses pembelajaran terkait dengan perkembangan kognitif
Bahasa dan Pemikiran
pembicaraan yang dilakukan oleh anak tidak hanya untuk berkomunikasi saja, melainkan untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka
Teori perkembangan sosial emosi Erikson
perkembangan mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan melalui proses interaksi sosial
Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
Jika kebutuhan anak tercukupi dari ibunya maka anak akan merasa aman dan percaya, jika tidak maka sebaliknya
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, kemampuan mengeksplorasi sekitar, dan inisiatif dalam bertindak
Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
mulai mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap identitasnya
Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut
Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain
Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)
Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan
Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang alur kehidupannya yang telah dijalani
Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
Jika anak diberi kebebasan, ia akan menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri, begitu juga sebaliknya
Teori perkembangan moral kohlberg
ukuran dari tinggi rendahnya teori moral individu berdasarkan perkembangan penalaran teori moralnya
Masa Moral Pre konvesional
individu sangat tanggap terhadap aturan aturan budaya, misalnya aturan aturan baik atau buruk, salah atau benar, dsb
Masa Punishment and Obedience Orientation
secara umum individu menganggap bahwa konsekuensi yang ditimbulkan dari suatu perbuatan sangat menentukan baik buruknya suatu perbuatan yang dilakukan, tanpa melihat sisi individunya
Masa Instrumental Relativist Orientation atau Hedonistic Orientation
suatu perbuatan dikatakan benar apabila perbuatan tersebut mampu memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun individu lain, serta perbuatan tersebut tidak merugikan
Masa Masa Konvensional
memenuhi harapan keluarga, kelompok, masyarakat, maupun bangsanya merupakan suatu perbuatan yang terpuji :
Masa Interpersonal Concordance atau Good Boy/ Good Girl Orientation
perbuatan yang bermoral adalah perbuatan yang menyenangkan, membantu, atau perbuatan yang diakui dan diterima oleh individu lain
pandangan individu selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan aturan aturan, dan juga upaya untuk memelihara tertib sosial
Masa Masa Postkonvensional
terdapat usaha dalam diri individu untuk menentukan norma norma dan prinsip prinsip moral yang memiliki validitas yang diwujudkan tanpa harus mengaitkan dengan otoritas kelompok maupun individu dan terlepas dari hubungan individu dengan kelompok
Masa Social Contract, Legalistic Orientation
menyadari perbedaan individu dan pendapat
perbuatan yang dianggap bermoral merupakan perbuatan perbuatan yang mampu merefleksikan hak hak individu dan memenuhi ukuran ukuran yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat luas
Masa Orientation of Universal Ethical Principles
moral dipandang benar tidak harus dibatasi oleh hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat
lebih dibatasi oleh kesadaran individu dengan dilandasi prinsip prinsip etis
Teori sosial bandura
manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru perilaku orang lain
Konsep-konsep Dasar
Harapan, atau ekspektasi, berarti pengetahuan seseorang harus mampu mewujudkan apa yang ia inginkan dari lingkungan, dan kepercayaannya terhadap sesuatu harus sesuai dengan kepercayaan lingkungan
Belajar observasional berarti seorang individu mendasari pengetahuannya dengan mengobservasi orang lain di dalam lingkungan.
Kapasitas behavioral merujuk pada fakta bahwa pengetahuan seseorang diperlukan untuk mempengaruhi perilakunya.
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri
Determinisme resiprokal adalah orang saling meniru perilaku saat mereka berinteraksi.
Reinforcement adalah respon dari orang lain yang dapat memperkuat/melemahkan suatu perilaku
Proses Mediasi
ATTENTION ATAU PERHATIAN
RETENTION ATAU PENGINGAT
REPRODUCTION ATAU PENGULANGAN
MOTIVATION ATAU MOTIVASI
Konsep belajar menurut behaviorisme
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon
Ciri dari teori belajar behaviorisme
mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil
bersifat mekanistis
menekankan peranan lingkungan
mementingkan pembentukan reaksi atau respon
menekankan pentingnya latihan
mementingkan mekanisme hasil belajar
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Aplikasi teori belajar behaviorisme
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah
Sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
Model hubungan stimulus-respon, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif
Kognitivisme
lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia
.Ciri-ciri Aliran Kognitivisme
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
Mementingkn peranan kognitif
Mementingkan kondisi waktu sekarang
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Aplikasi teori Kognitivisme
guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret
keaktifan siswa sangat dipentingkan
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks
guru menciptakan pembelajaran yang bermakna
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa
Teori Humanisme
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia
Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran
guru lebih mengarahkan siswa
untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar
Siswa berperan sebagai
pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri
Ciri-ciri Pembelajaran Secara Humanisme
menekankan pentingnya emosi atau perasaan siswa
menekankan pada pentinggnya komunikasi terbuka
menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.
Teori Kontruktivisme
suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun
konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data
Implikasi definisi
kontruktivisme
dalam pembelajran
Pengajaran dan
pembelajaran akan
berpusatkan murid
Pengetahuan yang dipunyai oleh murid adalah
hasil dari pada aktiviti yang dilakukan oleh murid
tersebut dan bukann pengajaran yang diterima
secara pasif
Guru akan
mengenal
pasti pengetahuan
sedia ada murid
dan merancang
kaedah
pengajarannya
dengan sifat asas
pengetahuan
tersebut
Guru berperanan sebagai pereka bentuk
bahan pengajaran yang menyediakan peluang
kepada murid untuk membina pengetahuan baru
Guru berperanan
sebagai fasilitator
yang membantu
murid membina
pengetahuan dan
menyelesaikan
masalah
Ciri-ciri
Pembelajaran
Secara
Konstruktivisme
Memunculkan gagasan/idea yang dimiliki oleh
siswa dan menggunakannya sebagai
panduan merancang pembelajaran
Mengarahkan siswa untuk bertanya dan berdialog
dengan guru
Menganggap pembelajaran sebagai satu proses
yang sama penting dengan hasil pembelajaran
Mendukung pembelajaran secara koperatif
Galang Fajar Samudro
19050974033
PTI19A