Sesak Nafas

Perbedaan sesak nafas akibat obstruktif dan rektriktif

ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO

KLASIFIKASI ASMA

Penatalaksanaan nonfarmakologi dan farmako

DD dengan keluhan sesak nafas dengan definsi

CMD ASMA BRONCHIAL

Mengapa muncul sesak nafas dan penyebabnya

Patofisiologi sesak nafas pada paru obstruktif

Definisi

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hiprereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.

Anamnesis: Tanyakan tanda dan gejala serta faktor risiko asma; Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam hari menjelang dini hari?, apakah mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan?, dll.

Pememriksaan Fisik: Inpeksi = pasien terlihat gelisah, sesak, sianosis, Palpasi : biasanya (-) gejala, berat (pulsus paradoksus), Perkusi : biasanya (-) gejala, Auskultasi : ekspirasi memanjang (bronchial), mengi, suara, lendir.

Pemeriksaan Penunjang: pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow meter, uji reversibilitas, pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer, uji alergi.

Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otototot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat banyak. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki.

adanya proses penuaan yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paruparu. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas jaringan paru dan dinding dada yang mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan kontraksi otot pernapasan dan menyebabkan kesulitan dalam bernapas. Selain itu faktor kebiasaan buruk merokok juga dapat menyababkan cedera pada sel epitel jalan napas yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi, dimana pada kandungan asap rokok dapat merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru-paru.

Faktor host : Faktor genetik, obesitas, jenis kelamin Faktor lingkungan : alergen, infeksi, Sensitisasi akibat pekerjaan, perokok, diet

1). PPOK = Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau gas yang berbahaya. 2). Bronkitis akut = proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. 3). pneumonia = proses inflamasi parenkim paru yang sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, parasit) atau bisa juga disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll)

  1. intermitten = gejala <1x/minggu, gejala malam <= 2x/bulan 2. persisten ringan = gejala >1x/minggu, gejala malam >2x/bulan, tetapi <1x/hari 3. persisten sedang = gejala setiap hari, gejala malam >1x/minggu, gg. aktivitas, butuh bronkodilator setiap hari. 4. persisten berat = gejala terus menerus, gejala malam sering, sering kambuh, aktivitas terbatas.

Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma: Ringan, sedang, berat, dan dengan ancaman henti napas


Berdasarkan peyebabnya asma di klasifikasikan : Asma Ekstrinsik (alergik), asma Intrinsik (nonalergik), dan asma gabungan

NON: Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma, Mencegah kekambuhan, Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya, mengupayakan aktivitas harian, menghindari efek samping obat.


FARMAKO: obat anti asma :a. Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol b. Antikolinergic ipratropium bromid (atrovont) c.Kortikosteroid Predrison, hidrokortison, orodexon. d.Mukolitin BPH,OBH, bisolvon, mucapoel

Penyakit paru restriktif juga dapat terjadi secara bersama - sama dengan penyakit paru obstruktif Penyakit paru restriktif ditandai dengan gangguan pada parenkim, pleura, dinding thorax atau neuromuskular dan menyebabkan menurunnya Total Lung Capacity (TLC). Sedangkan pada penyakit paru obstruktif contohnya asma dan COPD (Chronic Obstructif Pulmonary Disease), terjadi peningkatan TLC. Penyakit paru restriktif yang disebabkan oleh karena parenkim paru yaitu berkurangnya transfer oksigen, yang ditandai dengan terjadinya desaturasi setelah latihan