Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Neurosistiserkosis - Coggle Diagram
Neurosistiserkosis
tatalaksana
praziquantel 50 mg/hari dosis tunggal
albendazole 15 mg /hari dosis tunggal
kortikosteroid (deksametasosn 10-30mg/hari atau prednsolon 60 mg lalu tappering off
antikonvulsan seperti feniton atau fenobarbital
pemcehan bila diperlukan
karakteristik taenia solium
panjang cacing kurang lebih 2-4 m, kadang bisa mencapai 8 m
skoleks : memiliki 4 batil hisap dengan rostelum
proglotid : ukuran 12x6mm, panjang 1,5xsegmen. jumlah 800-1000 buah . uterus bercabang,
bentuk infeksisus : cyscercus cellulose yang terdapat pada babi maupun telur
penceghn dan edukasi ;
Cuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama setelah menggunakan toilet, mengganti popok, serta sebelum makan atau memasak makanan
Cuci dan kupas sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan
Jaga kebersihan dan pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi sudah dimasak hingga matang, khususnya ketika bepergian ke tempat yang memiliki kasus taeniasis atau sistiserkosis yang tinggi
Hindari konsumsi daging hewan yang bisa menjadi tempat hidup cacing ini, misalnya babi
neurocysticercosis
etiologi ; disebabkan oleh bentuk larva dari parasit cacing pita Taenia solium
faktor risiko
Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing pita
Mengonsumsi buah dan sayur yang ditanam dengan pupuk dari feses manusia
Memasukkan jari yang telah terkontaminasi telur cacing ke dalam mulut
Memiliki kebisaan tidak mencuci tangan setelah menggunakan toile
Hidup bersama penderita taeniasis
Hidup di area endemik sistiserkosis
definisi : merupakan penyakit infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) .
cmd
pemfis ; anemis, kejang, penurunan penglihatan
penunjang :
pemeriksaan feses : ditemukannya telur pada feses, maupun skoleks
, pada pemeriksaan CT atau MRI adanya skoleks pada lesi kistik dan pada pemeriksaan funduskopi tampak adanya parasit pada subretina
biopsi : pengambilan sampel jaringan, untuk mendeteksi ada tidaknya kista dalam jaringan
gejala : meningitis, epilepsi, dementia, sakit kepala, mual dan muntah, gangguan status dan tidak bsa tidur, dan bisa berakibat fatal , penurunan penglihatan
diagnosa banding kejang
kejang demam
kejang tanpa demam
tumor otak
gangguan eletrolit
epilepsi
infeksi
malaria serebral
tetanus
ensefalitis
rabies
meningitis
taeniasis
kejang : perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan
kejang umum
klonik : kedutan motorik ritmik (teratur), lebih lama dari mioklonik
tonik : fleksi atau ekstensi tonik mendadak pada kepala, badan atau ekstremitas
mioklonik : kedutan motorik aritmik (tidak teratur)
tonik-klonik umum primer : kejang berawal sebagai ekstensi tonik ekstremitas atas dan bawah yang berlangsung beberapa detik dan kebingngan pasca serangan
absens : diam mendadak, tanpa aura , tanpa kebingungan pasca serangan. berlangsung <20 detik, bisa disertai automatisme atau tidak
atonik : hilangnya tonus posturnal tubuh secara mendadak (tiba-tiba jatuh )
kejang parsial (fokal)
kompleks : ada penurunan kesadaran. gejala tiba-tiba diam, melamun bengong mendadak yang diikuti dengan automatisme dan kebingungan pasca serangan
kejang tonik-klonik umum sekunder : kejang parsial yang berlanjut menjadi kejang tonik-klonik umum
sederhana : tidak ada penurunan kesadaran, gejala biasa sensorus, motoris, otonom,
patofisiologi : Manusia terinfeksi karena secara kebetulan menelan makanan yang terkontaminasi
telur cacing T. solium. Telur cacing yang tertelan di dalam usus akan pecah menjadi onkosfer, onkosfer akan menembus dinding usus lalu masuk ke
dalam pembuluh darah portal atau saluran limfe di daerah usus akhirnya mencapai sirkulasi sistemik. Onkosfer melalui sirkulasi sistemik dapat mencapai SSP. Onkosfer T. solium hidup pada jaringan sebagai kista yang mengandung cairan. Cairan di dalam vesikel berubah menjadi eksudat kaseosa dan struktur parasit menjadi hancur. Pada stadium ini nampak reaksi inflamasi yang hebat. Secara histologis stadium akhir menunjukkan jaringan fibrotik dengan infiltrasi kalkareus.
komplikasi : gangguan penglihatan, gangguan kognitif, pembengkakan otak, vaskulitis, hidrosefalus, meningitis, eplepsi, stoke, koma, kelumpuhan, dan kematan